Mencari

50 13 0
                                    

°~° HAPPY READING °~°
^•^

"Ah, gila. Padahal kita mau ngebantu orang tapi kenapa malah kita yang nyasar ke tempat asing ini?" Gerutu Atsumu sembari menyiapkan beberapa bahan makanan.

Sekarang sudah pagi, walaupun mereka takut mereka harus tetap memasak. Mereka gk mau kalau nanti mereka malah mati kelaparan.

Di depan kamar tiga ada Akaashi dan Iwaizumi yang tengah asik dengan ponselnya. Memangnya apa yang mereka lihat? Lagipula disini tidak ada sinyal sama sekali.

"Kau sih gk niat berbuat baik, jadi di sasarin kan." Celetuk Osamu tanpa dosa membuat Atsumu kesal.

"Eh, itu mulut ya sembarangan banget kalau ngomong." Walaupun Atsumu ogah-ogahan tapi bukan berarti dia gk ikhlas. Lagipula dosa apa sih yang mereka perbuat sampai-sampai dikasih musibah antara hidup atau mati.

Mereka tuh mau mati dengan normal-normal aja kayak sakit atau kecelakaan gitu, mereka gk mau mati karena setan apalagi dijadiin tumbal.

'Ih amit-amit deh.' Membayangkannya saja membuat Atsumu bergidik ngeri.

Osamu mengambil beberapa potong kayu yang di gunakan untuk bahan bakar mereka memasak. Osamu membuka kotak besi itu dan seketika wajah Osamu mendadak pucat pasih.

BRAK. Osamu dengan cepat menutup kotak besi itu, ia tidak jadi memasukan kayu bakarnya karena terlalu syok. Tentu saja hal itu membuat Akaashi, Iwaizumi dan Atsumu menatap kearah Osamu.

"Eh, apa yang kau lihat?" Tanya Atsumu yang melihat wajah Osamu pucat pasih.

"Kau lihat lah sendiri."

"Hah? Ogah." Elak Atsumu. Tapi kalau kayu bakarnya gk dimasukin mereka gk bisa makan, bagaimana ini?

Pada akhirnya Iwaizumi yang maju untuk memberanikan diri tapi saat membuka kotak besi itu Iwaizumi tidak melihat apapun.

"Gk ada apa-apa kok." Kata Iwaizumi dengan bingung, tentu saja Osamu juga bingung. Jelas-jelas tadi ada sosok anak kecil berlumuran darah yang lagi meringkuk kok, tapi bisa ilang tiba-tiba begitu ya?

"Kau gk berhalusinasi kan?" Tanya Atsumu dengan mata memicing curiga.

"Mana ada aku halu. Jelas-jelas tadi anak anak kecil yang berlumuran darah kok." Osamu menunjuk kearah kotak besi itu.

"Anak kecil?!" Seru Oikawa yang tiba-tiba muncul membuat mereka semua terkejut. "Dimana? Dimana anak kecil itu?" Oikawa bertanya dengan cukup heboh.

Osamu menunjuk kearah kotak besi itu yang membuat Oikawa langsung membukanya tapi Oikawa tidak menemukan apapun selain setumpuk kayu dan abu bekas kayu terbakar.

Iwaizumi dengan heran menepuk pundak Oikawa. "Ngapain kau nyariin anak kecil? Hantu pula."

Oikawa hanya melirik Iwaizumi dan kemudian melengos pergi. "Gk apa-apa." Oikawa hanya ingin bertanya sesuatu karena semalam anak kecil itu terlihat gelisah, mungkin saja anak kecil itu bisa membantu mereka.

•⭐•

"Anak kecil?" Ucap Kageyama heran. "Ngapain nyariin dia?"

"Entah kenapa aku merasa kalau anak kecil itu bisa membantu kita." Ucap Oikawa setelah menceritakan tentang hantu anak kecil tersebut.

Kageyama memang pernah lihat anak kecil itu sih tapi saat ia berada di gedung tua kemarin, apa mungkin sosok anak kecil itu mengikuti mereka?

"Aku tidak mengerti kenapa kau mencarinya, tapi kalau aku melihatnya aku akan bilang untuk menampakkan diri pada mu."

"Eh?" Oikawa gk bermaksud untuk melihat anak kecil itu juga sih karena sosoknya yang cukup menyeramkan tapi karena Oikawa merasa kalau anak kecil itu bisa diandalkan jadi tak masalah.

"Tapi kau mau kemana Tobio?" Tanya Oikawa saat melihat Kageyama mengenakan sepatu dengan pakaian cukup rapi.

"Aku ada urusan sebentar." Ucap Kageyama yang langsung pergi meninggalkan Oikawa yang berdiri di depan pintu masuk.

"Urusan? Jangan bilang dia.... Aishh anak itu benar-benar deh." Oikawa tau dengan betul apa yang mau Kageyama lakukan.

•⭐•

Kageyama berjalan-jalan mengelilingi desa itu berharap ada sesuatu yang bisa ia temukan, mungkin habis ini Kageyama akan pergi ke gedung tua itu lagi. Tapi Kageyama takut kalau pas ia keluar dari gedung tau-tau sudah bulan purnama mengingat sepertinya ada sedikit perbedaan waktu di tempat itu.

Tapi Kageyama masih penasaran dengan lantai empat yang terkunci itu. Kageyama mengeratkan jaketnya ia merasa ada hawa dingin yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Kageyama menghentikan langkahnya saat berhadapan dengan gedung tua itu, ini memang nekat tapi Kageyama tidak bisa membendung rasa penasarannya dan juga kenapa orang-orang disini menjadi kanibal dan melakukan sesuatu pada bulan purnama. Ya semua ini juga bisa dianggap sebagai Kageyama yang berencana mengungkap misteri kematian kakak sepupu tersayangnya.

Tapi sebelum masuk Kageyama menoleh kebelakang. "Kenapa kalian mengikuti ku?" Tanya Kageyama saat melihat ada Sakusa dan Hinata yang bersembunyi di balik pohon. Sebenarnya hanya Hinata yang bersembunyi dibalik pohon, Sakusa jelas terang-terangan menunjukan dirinya.

"Kau terlihat mencurigakan jadi kami mengikuti mu, tapi sepertinya kau sudah tau sejak tadi." Kata Sakusa dengan santainya. Ya Kageyama memang sudah tau sejak tadi lagipula Kageyama tidak berniat merahasiakan apapun.

Toh mereka bukan musuh tapi orang yang sama-sama terjebak di dunia ini jadi seharusnya mereka bekerjasama agar bisa keluar dari tempat ini, bukannya saling merahasiakan dan mencurigakan.

Hinata yang merasa sudah ketahuan pun menampakkan tubuhnya. "Kau kenapa kesini? Ini sangat menyeramkan dan tidak enak." Kata Hinata yang tiba-tiba saja merinding.

"Ditempat ini ada 4 lantai, kemarin aku sudah menjelajahi seluruh lantai dan aku menemukan petunjuk kecil. Tapi lantai ke empat terkunci jadi aku penasaran, aku merasa ada sesuatu yang di sembunyikan." Jelas Kageyama yang membuat mereka mengangguk.

"Jadi kau mau menyelidiki lantai ke 4?" Tanya Sakusa.

"Ya."

Tempat ini memang tidak enak tapi mendengar cerita Kageyama membuat Sakusa penasaran juga. "Aku ikut." Celetuk Hinata antusias.

"Dasar bodoh, kita tidak sedang bersenang-senang kenapa kau malah antusias sekali?"

"Aku tau, hanya saja bukankah kalau kita menemukan petunjuk lebih cepat tandanya kita juga bisa cepat keluar dari tempat ini? Aku juga ingin pulang." Kata Hinata dengan senyum cerah di bibirnya, Hinata merasa ia akan segera pulang sebentar lagi.

Hinata memanglah orang yang sangat positif, apa dia tidak pernah memikirkan kemungkinan terburuknya? Ah, sudahlah.

Lagipula bukan setahun atau dua tahun Kageyama mengenal Hinata tapi sudah hampir 6 tahun mereka saling kenal.

Kageyama berjalan memasuki gedung itu. "Aku tidak akan tanggungjawab kalau kau menangis ketakutan."

"Ku rasa itu adalah kata-kata yang harus kau simpan untuk dirimu sendiri Kageyama." Hinata tersenyum. Apapun yang terjadi Hinata sudah siap.

^•^ BERSAMBUNG ^•^
Thanks For Reading 🤗
Don't Forget For Vote And Coment 🥰

Cannibal Village {HAIKYUU}Where stories live. Discover now