Petunjuk

41 16 0
                                    

°~° HAPPY READING °~°
^•^

Hinata berdiam diri disebuah ruangan yang sangat gelap tanpa adanya penerangan cahaya sedikit pun. Hinata bahkan tidak bisa melihat tubuhnya sendiri sangking gelapnya.

Tentu saja pria bersurai orange itu merasa takut, bahkan sangking takutnya Hinata hanya berjongkok dan menangis.

"Aku ingin pulang." Kata Hinata.

"Iya, kalian harus pulang. Ini bukan tempat kalian." Kata seseorang yang membuat Hinata mendongak menatapnya. Sosok itu memakai pakaian serba putih dan membawa sebuah lentera untuk penerangannya.

Hinata dapat melihat dengan jelas sosok yang juga ikut berjongkok dihadapannya. Hinata menatap sosok itu dengan bingung. Sosok itu tersenyum.

"Kau harus keluar dari tempat ini." Kata sosok itu.

"Aku juga mau keluar tapi kami tidak tau caranya." Hinata masih terus menangis.

"Di buku bersampul biru kalian akan menemukan cara untuk keluar dari tempat ini, kami belum pernah mencobanya karena keburu tewas." Sosok itu tertawa. "Tapi mungkin kalian bisa mencobanya."

Hinata mengerjapkan matanya. "Aku akan mencarinya." Hinata berdiri dengan semangat yang sontak membuat sosok itu tertawa.

"Dia memiliki teman yang lucu ya." Sosok itu bergumam yang membuat Hinata menyerit bingung.

Dia siapa?

Sosok itu melambaikan tangannya. "Semoga berhasil."

~~~

Hinata terbangun dari tidurnya dengan mata yang agak sembab. Sepertinya Hinata terus menangis saat tidur. Hinata melirik jam yang ada di ponselnya, jam yang menunjukan pukul 3 pagi.

Hinata terdiam mengingat-ingat pesan yang disampaikan oleh sosok itu. "Buku bersampul biru." Hinata mengangguk-anggukkan kepalanya.

Krtt... Krtt... Krtt... Suara seseorang mencakar pintu itu terdengar dari luar kamarnya, sepertinya sosok itu mencakar-cakar pintu kamar satu.

Karena penasaran, Hinata tidak membuka pintu tapi Hinata mengintip dari lubang kunci pintu. Hinata tidak melihat apapun selain sesuatu berwarna merah darah. Hinata saat itu tidak berpikir apapun. Ia mengira jika Bokuto atau Atsumu menempel sesuatu berwarna merah karena takut sesuatu terlihat dari lubang kunci.

Tapi suara itu tidak hilang justru semakin keras. Hinata takut tapi penasaran, akhirnya Hinata memutuskan untuk membuka pintu kamar dan ternyata tidak ada apapun. Karena kamar satu berhadapan dengan ruang tengah Hinata melihat Kageyama sedang tertidur di sofa.

Hinata berjalan mendekati Kageyama dan memegang leher Kageyama. Dingin sekali tubuhnya, sepertinya Kageyama menggigil.

Disini tidak ada yang begitu paham tentang ilmu medis jadi mereka semua hanya dapat melakukan pertolongan pertama saja.

"Apa aku ambil air kompres aja ya?" Gumam Hinata. Ia takut tapi melihat Kageyama tidur di sofa sendirian rasa takut Hinata menghilang dan terganti menjadi rasa tertantang.

"Kageyama aja berani masa aku takut." Gumam Hinata yang akhirnya berjalan ke arah dapur. Di dapur Hinata mengambil air hangat dan handuk kecil.

BRAK. Hinata mematung sesaat ketika pintu kamar mandi tertutup dengan keras, setelah tertutup dengan keras pintu kamar mandi itu kembali terbuka lalu tertutup, terbuka lagi lalu tertutup lagi.

Selain itu Hinata pun merasakan ada sesuatu yang mengawasinya dari balik pintu gudang yang ada disampingnya. Jantung Hinata berdetak dengan kencang. Hinata memilih untuk bernyanyi dengan suara yang agak keras sembari memasak air hangat.

Hinata tidak peduli jika teman-temannya terbangun karena suaranya, justru itu lebih baik dari pada dirinya harus menahan rasa takut terus tiba-tiba di tampakkan. Bisa pingsan dia.

Setelah selesai Hinata pun buru-buru berbalik dan berjalan menuju sofa. Dari ekor matanya ia dapat melihat sosok wanita berambut panjang, dengan kuku panjang dan wajahnya yang gosong tengah berdiri di depan pintu gudang. Hinata buru-buru kabur dari tempat itu.

Saat berada di ruang tengah Hinata melihat Kageyama yang terduduk di sofa.

"Maaf, apa aku membangunkan mu?" Kata Hinata yang meletakan baskom air hangat itu di atas meja. Kageyama tidak menjawab dan hanya menatap kearah lemari dengan tatapan kosong.

Ini seperti saat Kageyama berada di dalam mobil saat perjalanan kesini. Wajah Kageyama pucat pasih dan hanya terdiam. Seketika Hinata merinding, pasti ada yang tidak beres dengan hal ini.

BRUK. Terdengar seperti ada sesuatu yang terjatuh dari kamar tiga, sepertinya bukan hanya Hinata saja yang dengar. Tapi seluruh penghuni rumah mendengarnya apalagi mereka semua langsung keluar dari kamarnya masing-masing.

"Ada apa?" Tanya Bokuto dengan mata yang sedikit terpejam.

"Suaranya berasal dari kamar tiga." Kata Akaashi.

"Eh? Jangan-jangan itu Kageyama, Kageyama gk ada di kamar." Celetuk Sakusa.

Hinata menyerit heran ketika mereka semua mempertanyakan Kageyama, jelas-jelas Kageyama ada disampingnya masa mereka tidak lihat. "Loh, ini Kageyama." Hinata menoleh kesampingnya dan tidak menemukan apapun, kosong sofa itu.

Hinata jelas terkejut, ia berlari kearah kamar tiga dan membuka pintunya. Tapi ia juga tidak menemukan apapun di kamar tersebut.

"Kosong?" Gumam Atsumu bingung. Kenapa bisa kosong? Jelas-jelas suara keras itu berasal dari kamar ini, Kageyama juga menghilang.

Bokuto mencari Kageyama di seluruh ruangan yang bisa di buka, kamar satu, kamar dua, kamar tiga dan kamar mandi. Tapi nihil tidak ada Kageyama dimanapun.

"Apa Kageyama keluar? Kabur dia karena gk tahan disini." Kata Osamu menerka-nerka.

Oikawa mengibas-ngibaskan tangannya. "Gk mungkin anak itu kabur, berjalan pun pasti oleng. Kan Kageyama sedang sakit." Benar juga, tapi bagaimana bisa Kageyama menghilang.

"Kalian lupa? Kan ada satu ruangan yang belum kita periksa." Kata Akaashi yang membuat mereka semua menatapnya.

"Gudang."

^•^ BERSAMBUNG ^•^
Thanks For Reading 🤗
Don't Forget For Votmen 🥰

Kageyama kemana gaess😁

Cannibal Village {HAIKYUU}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang