11

693 92 6
                                    

Kemarahan Yoongi bukanlah karena ia benci pada Seokjin, namun Yoongi menyayangi nya, ia tak mu sesuatu yang buruk terjadi pada sahabatnya. Jika ia benci Seokjin, ia tak akan berada disisi Seokjin sampai hari ini, mengompres Seokjin yang demam tinggi.

"Yoon, maaf," ucapnya lemas. Seokjin masih menutup mata, tertidur dengan tidak nyaman dan terus mengigau.

"Ssshh.."

Yoongi menepuk pelan tangan Seokjin agar ia bisa tidur lebih nyenyak.

"Permisi, pasien Seokjin."

"Iya sus."

Perawat itu masuk mendorong meja berisi obat-obat. Ia memeriksa Seokjin dengan beberapa alat yang Yoongi tak mengerti.

"Seokjin harus diambil darahnya karena trombositnya terus naik."

Perawat tersebut mengambil darah Seokjin membuatnya tersadar dan membuka mata.

"Eungh.. Yoon."

"Tidurlah lagi."

Kini suara Yoongi mulai lembut. Ia tak tega melihat Seokjin seperti ini. Mungkin Seokjin sudah biasa namun bagi Yoongi melewati masa sulit sendirian adalah hal yang berat.

"Kau sudah memaafkan ku?"

"Hm."

"Terimakasih," seokjin menggegerkan tubuhnya ke samping dan memiringkan tubuhnya menghadap Yoongi.

"Kau juga istirahat Yoon. Kau kelihatan lelah. Tidurlah disini bersamaku."

Seokjin menepuk tepi kasurnya. 

"Ayolah, Yoon." Paksa Seokjin kala Yoongi kentara ragu.

"Kau kesempitan nanti."

"Tidak akan. Cepatlah!"

Yoongi pun mulai naik. Dengan hati-hati ia menidurkan dirinya disamping Seokjin.

"Apa kau pernah membayangkan sebelumnya bagaimana rasanya memiliki seseorang yang selalu ada disini?"

"Aku pernah memilikinya tapi sekarang aku sudah kehilangan hal itu."

"Kalau aku, baru kali ini merasakan sebenarnya. Ternyata menyenangkan."

"Hm."

"Terimakasih, Yoon."

"Kau pernah membayangkan memiliki saudara kandung?"

Seokjin menggeleng.

"Aku ingin jadi Hyung. Tapi ibuku sudah pergi, dan aku tak mau ada yang menggantikannya."

"Adopsi saja."

"Hm kirana sekarang tidak perlu," ucapnya lalu menoleh pada Seokjin dengan tersenyum.

"Aku punya hyung tapi, dia sepertinya tidak suka punya adik seperti ku."

"Coba sentuh pipimu dengan jari telunjuk."

"Seperti ini?"

"Seperti ini?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
RumahWhere stories live. Discover now