BAB 2 : BANDEL

47 15 8
                                    

Tiap semester baru. Ada saja murid pindahan. Tepat hari ini lewat orang asing yang belum pernah Dini lihat sebelumnya.

"Pasti murid baru, lagi-lagi tiap semester sekolah kedatangan murid baru. Malah cantik banget lagi jadi incaran senior, kapan ya bisa secantik itu," ucap Dini sambil memperhatikan murid baru.

Dini melihat Juan memasuki ruangan kelas. Dini duduk disebelah Juan.

"Menurut lo cewe itu harus cantik dulu ya baru disukain ga dilihat dari hatikah? atau emang semua cowo begitu?" ucap Dini.

"Pertanyaan lo ada-ada aja Dini Indah. Ga semua cowo kayak gitu, beda orang beda pendapat," ucap Juan.

"Kok bisa, kan setau gue cowo itu penyembah fisik semua, semua cowo sama aja," ucap Dini.

"Dini astaga," ucap Juan sambil menghela nafas sejenak.

"Mau gue cerita sesuatu?" ucap Juan.

"Mau," ucap Dini.

"Dulu kakak gue dibully sama cowo karena gendut, jelek," ucap Juan.

"Ga mungkin, kok adeknya ganteng," ucap Dini.

"Mungkin aja sih," ucap Juan.

"Jadi lo bilang kakak lo jelek?" ucap Dini.

"Gimana ya harus jelasinnya ntar salah lagi," ucap Juan.

"Tapi lo ga kasian gitu sama kakak lo," ucap Dini.

"Kasian si, dia juga pernah nangis gara-gara itu cuman mau gimana ya kita ga bisa ngontrol apa yang orang mau ngomongin itu hak mereka yang kita bisa kontrol itu respon kita, sampai sini paham? ga semua orang itu sama Dini inget itu," ucap Juan.

"Oh gitu," ucap Dini.

"Lo pemikirannya kayak bocah," ucap Juan.

"Oh jadi gue bocah," ucap Dini.

"Iya, emang kenapa?" ucap Juan.

"Jahat lo," ucap Dini.

"Fakta," ucap Juan.

"Gue sakit hati lho ini," ucap Dini murung.

"Iya-iya becanda," ledek Juan.

"Gue juga," ucap Dini tersenyum.

"Dasar! Tapi ya kalau menurut gue sih cantik itu bonus yang penting hatinya dulu," ucap Juan.

"Oke buktiin," ucap Dini.

"Oke, ini sekarang gue suka sama lo," ucap Juan.

"Berarti gue jelek dong," ucap Dini.

"Engga hey, semua cewe cantik," ucap Juan.

"Sakit hati beneran gue, parah lo," ucap Dini sambil meninggalkan Juan.

Handphone Dini berdering melihat pesan dari sahabatnya Novita. Dini menjauhi Juan.

"Dini lo kemana? Kumaha atuh, ada ada aja neng geulis," ucap Juan

Dari kejauhan. "Makasi," ucap Dini.

"Iya si paling-paling deh," ucap Juan.

PESAN

Novita : Dini.. lo kenal Juan?

Dini : Kenal kenapa?

Novita : Gue jatuh hati semenjak pertama kali ketemu sama dia.

Dini : Ketemu dimana?

Novita : Anaknya teman nyokap gue, gue mau dijodohin cogg.

Dini : Kok bisa mau sama dia?

Novita : Gimana ga mau orang ganteng banget mau pingsan gue. Menurut lo oke ga?

Dini : Entahlah, bye gue udah masuk.

Novita : Belajar yang bener Dini sayang, loveee.

Dini : Too

"Buset Juan, buaya emang teman gue dipincut sama dia," ucap Dini sambil memasuki kelas untuk memulai pelajaran.

Perbincangan di dalam kelas.

"Sst," panggil Dini.

"Kenapa lagi?" ucap Juan.

"Kemarin Novita cerita sama gue, katanya lo suka sama dia itu bener?" ucap Dini.

"Emang bener," ucap Juan.

"Lo suka dia dari apa?" ucap Dini.

"Karena dia baik," ucap Juan.

"Itu doang? kok bisa," ucap Dini.

"Ya bisalah, lagian pasti lo mikir semua cowo itu samakan mandang fisik, tapi gue beda," ucap Juan.

"Temen gue cantik kali masa lo lihat baiknya doang," ucap Dini.

"Menurut gue ya, maaf tapi dia ga cantik tapi gara-gara dia baik itu yang bikin cantik," ucap Juan.

Dini terdiam sejenak.

"Oke terserah, intinya jangan lo sakitin aja si," ucap Dini.

"Gue pernah nyakitin cewe?" ucap Juan.

"Pernah," ucap Dini.

"Siapa?" ucap Juan.

"Lo ga sadar?" ucap Dini.

"Entahlah," heran Juan.

"Terus lo jadiin gue apaan Juan?" batin Dini.

"Lupain," ucap Dini.

Dalam hati Dini cemburu ternyata omongan Novita benar, tapi demi kebahagian sahabatnya sendiri apasih yang tidak. Saat Juan dan Dini ngobrol di kelas Bu Tari melihat mereka berdua. Bu Tari adalah guru matematika paling killer di sekolah kerjaannya ngehukum murid terus.

"DINI, JUAN," teriak Bu Tari.

"Ada apa Bu?" ucap Dini dan Juan.

"Kalian pas ibu ngejelasin malah pacaran ya kalian berdua keluar kelas sekarang," ucap Bu Tari.

"Baik Bu," ucap mereka berdua.

Mereka berdua melangkah keluar kelas.

"Cie parah si, pacaran kok ga bilang," ucap Naufal.

"Kok bisa Juan suka sama si Dini yang jelek itu? ga salah?" ucap Hendry.

"Jaga mulut lo ya," ucap Juan.

"Tipe orang beda-beda kali, lo diam aja Hendry," ucap Dendy.

Setelah keluar dari kelas. Dini menghela nafas.

"Astaga," keluh Dini.

"Udah jangan sedih kan ada gue," senyum Juan.

"Pret," ledek Dini.

REBEL (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang