Maurer dan Daryl tersenyum di sudut bibirnya, Kyra hanya dapat membekap mulutnya karena kaget. Yang paling parah adalah Bryan tertawa sambil memukul-mukul mejanya. Gilby yang tidak terima bangkit berdiri dan menjambak rambut Rhea.
Rhea yang tidak terima balas menjambak rambut Gilby sampai Gilby berteriak kesakitan dan melepaskan jambakannya pada Rhea. Tapi Rhea tetap saja menjambak rambut Gilby dengan kuat, membuat kedua orang temannya yaitu Yura dan Xia membantu Gilby melepaskan rambutnya dari tangan ganas Rhea.
Karena tak lepas-lepas Kyra bangkit berdiri dan turut turun tangan, ini adalah hari pertamannya ikut MOS, nggak lucu banget sebelum MOS dimulai mereka sudah mendapatkan hukuman.
"Lepasin dia Rhea!” suruh Kyra yang tak digubris oleh Rhea, tarikan rambutnya malah makin menguat.
Terpaksa Kyra memegang salah satu tangan sahabatnya ini mengunakan tangan kanannya dan tangan kirinya meninju perut Rhea agak keras. Mereka berdua sama-sama ikut karate, untuk melepaskan jambakan maut Rhea tidak cukup hanya medorongnya apalagi memarahinya dengan kata-kata.
Rhea mundur beberapa langkah ke belakang tapi tangannya masih dapat menjambak ujung rambut Gilby. Kesempatan itu tidak disia-siakan Kyra dengan cepat dia mendorong tubuh Gilby ke arah Yura lalu menarik tangan Rhea.
"Apaan sih lo!! Sakit pe-ak!!!" bentak Rhea pada Kyra dengan tangan mengelus perut yang tadi ditinju oleh Kyra.
Walaupun katanya sakit wajahnya tak menampakan rasa sakit itu. Maurer dan gengnya juga anak sekelas yang lain melongo melihat kejadian barusan. Tak menyangka Kyra akan melakukan hal itu pada Rhea.
"Kalo lo lanjutin, kita bakal dapet masalah sebelum MOS dimulai gara-gara lampir satu ini. Mau Lo?" tanya Kyra dengan santainya.
Rhea sadar bahwa ucapan sahabatnya benar, dia hanya bisa berdecak sambil menatap Gilby penuh amarah. Gilby yang tidak terima hendak menarik rambut Kyra, dengan sigap Kyra menghindarinya lalu menangkap tangan Gilby.
"Tangan lo nggak bisa diem ya... mau gue patahin sekarang?" tanyanya dengan wajah datar sambil mencengkram tangan Gilby keras.
"Lepas! Lepas!" teriak Gilby sambil menangis menahan sakit di pergelangan tangannya. Tapi Kyra tak segera melepaskan cengkramannya itu.
"Lepasin tangan Lo! Dia yang salah!" kata Yura sambil mengarahkan dagunya pada Gilby. Kyra menatap wajah Yura datar tanpa melepaskan cengkramannya.
"Katanya nggak mau dapet masalah? Gimana sih lo!" ujar Rhea dengan senyum isengnya.
Kyra yang kembali sadar melepaskan tangan Gilby dari cengkramannya lalu berganti menatap Yura dengan tajam.
"Yura! Kok lo malah belain mereka sih?" omel Gilby.
"Diem Lo! Emang lo bisa ngelawan juara pertama dan kedua karate tingkat provinsi?" Tanya Yura pada Gilby. Wajah Gilby mendadak pucat.
"Me-me-mereka??" tanya Gilby kaget dan diangguki oleh Yura.
"Ngapain juga lo mau duduk di sini hah?! Kita tu di kelas Pattimura!" bentak Yura galak pada Gilby.
Mereka bertiga langsung pergi keluar kelas, sedangkan semua anak-anak di kelas sibuk meniti Kyra dan Rhea dari atas sampai bawah. Sama sekali tidak ada tampang pesilat, malah mirip princess dari negeri dongeng.
"Ck! Dia sekolah di sini juga. Kasihan Lynn..." ucap Kyra pelan namun dapat di dengar oleh orang disekitarnya.
"Lo bener Ra." ujar Rhea sambil terus melihat kepergian ketiga orang itu sampai menghilang di balik pintu.
"Wah... wah... cantik-cantik galak juga lo berdua. Cewek gini ni yang asyik buat di pake. Ya nggak Rer?" kata Bryan cengengesan dan meminta persetujuan pada Maurer.
Kyra dan Rhea yang tadinya hendak duduk mendadak menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah sumber suara yang membuat hati panas itu.
"Gue hajar juga lo ntar!" ancam Rhea.
"Uh... takutt.." ucap Bryan dengan akting wajah takutnya yang membuat seisi kelas tertawa terbahak-bahak.
Rhea hendak melayangkan tinjunya tapi ditahan oleh Kyra dengan cepat. Mereka berdua kembali duduk di kursi masing-masing pas ketika bel sekolah berbunyi nyaring.
"Eh, BTW Lynn tu siapa? Teman kalian ya? Cantik juga nggak?" tanya Bryan dengan wajah mesumnya.
"Kepo aja lo!" sahut Kyra galak.
Maurer yang dari tadi diam menatap wajah Kyra dan Rhea penuh ketertarikan. Senyum tipis tercetak jelas di bibirnya.
◆◇◆◇◆
Saat pertama melihatmu
Kujatuh hati padamu
Ingin rasanya memelukmu
Namun hatimu bukan untuk diriku
Tapi tetap aku inginkanmu
Untuk jadi kekasihku
Untuk menjadi nafasku
Nafas bagi hidupku
Aneh bukan?
Tapi kupikir inilah cinta
Aku tak akan menyangkalnya
Bahwa aku mencintaimu
Dan mungkin akan selalu seperti itu...
LOVE LYNN
Seorang gadis memandangi surat beramplop biru itu dengan wajah sendu. Surat yang dituliskan untuk orang yang telah mengisi hatinya selama setahun ini. Terlambat! Tidak, bukan terlambat. Sejak awal hati laki-laki Jepang itu bukan miliknya.
Kini dia hanya bisa tersenyum kesal karena kebodohannya. Bagaimana bisa dia menulis sebuah surat berbahasa Indonesia untuk seorang pria asli Jepang yang tak tahu sama sekali bahasa Ibunya. Tapi toh tak mengapa, gadis itu sama sekali tak berminat untuk menyerahkannya. Biarlah rasa itu hanya dirinya yang tahu.
Dialihkan padangan matanya menuju dua koper besar yang tergeletak di lantai kamar tidurnya. Segera gadis itu beranjak dan mengecek kembali barang-barang dalam koper yang hendak dibawanya pulang menuju negeri kelahirannya. Indonesia. Tanah air yang ditinggalkannya dua tahun lalu untuk pergi menuntut ilmu ke Jepang.
Dua tahun lalu Ia memutuskan untuk pergi sejauh-jauhnya dari Negeri Nusantara. Negeri Sakura adalah pilihannya. Berat memang untuk kembali, tapi tak mungkin gadis itu terus melarikan diri dari takdirnya. Bohong bila dia bilang sama sekali tak merindukan negeri asal kelahirnya. Dia sangat merindukannya bahkan lebih dari yang orang lain bayangkan. Walaupun, di negeri itu juga semua rasa sakitnya berasal.
Seorang wanita berumur sekitar 40-an memasuki kamar gadis itu dan menatapnya sendu. Gadis itu tersenyum lembut padanya.
"Lynn, kamu yakin akan baik-baik saja?" tanya wanita itu lembut.
"Akane san, aku akan baik-baik saja. Aku pasti merindukanmu. Aku juga akan merindukan tempat ini...”
ucapnya sambil memeluk wanita itu.
Wanita yang dipanggil Akane-san tersenyum lalu membalas pelukan gadis cantik itu penuh rasa sayang. Dalam dekapannya gadis itu tersenyum tulus.
Mata yang teduh dengan hidung mancung khas orang asia, rambutnya yang lurus dan bergelombang di bagian bawahnya tergerai indah menambah cantik penampilannya. Bibir yang bewarna merah muda itu tersenyum merekah berusaha menyakinkan wanita yang kini tengah mengusap lembut rambutnya.
"Janji?"
"Janji!" balasnya mantap.
"Kamu memang keras kepala!" kata Akane san sambil mencubit pipi Lynn dengan gemas.
"Aww.." rintihnya dengan sebuah cengiran lebar.
"Kubantu memasukkan kopermu ke dalam bagasi. Kamu harus menemaniku belanja dan berkeliling di Tokyo sampai jam keberangkatanmu nanti."
"Siaappp!!!" jawab Lynn sambil memberi hormat layaknya seorang tentara.
◆◇◆◇◆
YOU ARE READING
I'm Not A Troublemaker #1
General FictionTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...
PART 1
Start from the beginning
