18. Ada yang marah dan senang

340 54 6
                                    

Apa, ada Jay dan Sunghoon? Temannya pasti bercanda, karena Ningning tidak percaya.

Cukup sudah mengusiknya dengan omong kosong soal siapa yang semestinya dia taksir, jangan menambahnya dengan fakta dua tokoh utama dalam cerita temannya berada disini.

Memikirkannya saja membuatnya merinding, dia tak siap.

Merasa temannya sekedar menggodanya, Ningning tersenyum lega, tetapi saat itu juga dia tersadar reaksi dua sahabatnya tampak serius memandang bagian arah belakangnya. Dia pun sontak berbalik dan terperanjat.

Gila, ada Jay serta Sunghoon yang juga sedang menatapnya.

Ningning segera memperbaiki posisinya seolah tindakannya barusan sebuah ketidaksengajaan, dia sangat malu membayangkan bahwa dua pemuda itu mendengar omongan Liz.

Dia tak tahu apa mereka mendengarnya, atau tidak sama sekali? Tapi dia agak resah.

Berpura-pura santai, dia berkata.

“Lu kalau ngomong suka sembarangan, lagian sekarang gue gak lagi suka siapa-siapa.”

Setelah penegasannya Jay maupun Sunghoon berlalu pergi melewatinya.

Ada kejengkelan yang nampak dari raut Jay, dan di balik wajah tenang Sunghoon terselip kelembutan yang tersembunyi.
Dan Ningning yang menyebabkan kedua hal ini hanya ingin melarikan diri dari keduanya.

Setelah jam kelas di mulai, seorang guru pria tengah sibuk menjelaskan sebuah materi di papan tulis dengan mata siswa yang fokus menatap. Tak semuanya yang berniat melakukan itu, sebab mata Ningning justru mau tertutup.

Gadis itu sedang dilanda rasa kantuk, dan dalam kepalanya yang sedang terbayang ialah tempat tidur, bantal plus gulingnya.

Sudah kesekian kalinya dia mencoba menahan rasa kantuknya, tapi selalunya dia di kalahkan dan berakhir kurang puas lantaran sekarang waktunya belajar. Lalu di waktu yang sama gadis ini menyadarkan kepalanya di meja, kemudian jika gurunya menangkap apa yang dia kerjakan pasti dia akan di hukum.

Maka dari itu, selanjutnya Ningning memilih pamit ke kamar mandi.

Dalam toilet, didepan cermin Ningning membasuh wajahnya dengan air agar kepala serta dirinya kembali terjaga.

Tepat dia akan keluar dari kamar mandi. Kain bajunya bagian pergelangan tangan justru tersangkut. Ketika dia hendak selesai merapatkan pintu tersebut.

“Kok kayak ada yang nahan?”

Gadis itu menengok dan terkejut. Bajunya terjepit dan selagi dia bermaksud membuka pintu itu, malah pintunya tak mau terbuka.

Luar biasa! Ternyata penyebab pintu ini tertutup rapat serta tidak terbuka, karena bajunya. Ningning kehilangan kata-kata.

Dikala dia berusaha membuka pintu itu, ada sekitar dua orang pemuda lewat di depannya, dan Ningning pura-pura bertindak santai seakan dia sedang berdiri tanpa maksud lain.

Sehabis itu dia lagi-lagi bertekad membuka, mengabaikan suasana sekitarnya, dan tak sekalipun dia berkeinginan meminta bantuan siapapun.

Disaat dia dari perpustakaan. Sunghoon mau ke toilet untuk mencuci tangan. Kebetulan toilet pria dan wanita bersebelahan, juga tidak mungkin Sunghoon tak melihat Ningning.

Pemuda itu berhenti, memperhatikan kegiatan Ningning yang sama sekali tak menyadari kehadirannya. Dia sedikit mengangkat sepatunya dan menurunkannya ke lantai agar Ningning mendengarnya, tapi gadis itu terlalu fokus dengan kegiatannya.

Sunghoon menggeleng.

“Ehemm.”

Ningning akhirnya sadar.

“Ah, Sunghoon?”

“Hm, lagi apa?”

Dia terlalu malu untuk jujur tentang apa yang dialaminya.

“Gak ngapa-ngapain, cuman santai aja.”

“Disaat jam belajar, didepan toilet?”

Rasanya ada yang aneh, tetapi Ningning iya-iya saja.

“Kayak gak ada tempat yang lebih normal.”

Ningning tersentak.

“Ya, suka-suka gue. Mending lu pergi.”

Bila dia pergi, Ningning bertekad kembali membuka pintu tersebut.

Alih-alih menuruti perkataanya malahan Sunghoon maju, membuat Ningning terpaku ditempat.

“L-lu mau ngapain?”

Sunghoon berdiri di samping Ningning. Memegang pergelangan tangannya dengan tangan kirinya, dan tangan kanannya membuka pintu itu tanpa hambatan.

Ningning melongo pas melihat pintu ini terbuka tanpa kendala sepertinya.

“Udah kebuka, masih mau santai di sini?”

Seraya bertanya Sunghoon melepas genggamannya.

Ningning tertawa malu.

“Hehehe gak lah, tapi tau darimana baju gue tersangkut.”

“Keliatan.”

“Ah, lu diam-diam liatin gue ya?”

Tebakan Ningning benar, tetapi bukan berarti Sunghoon mau mengakui.

“Gue punya mata, dan ini tempat umum.”

“Iya, juga ya.”

Betapa sederhananya pikiran Ningning hingga membuat Sunghoon agak menyesal.

“Kalau gitu gue mau masuk.”

Sunghoon mengangguk dan sebelum dia bergerak Ningning menarik pakaiannya.

“Lu mau coklat?”

Sunghoon tidak suka coklat, sebab rasanya terlalu kuat dan manis.

“Boleh.”

Anehnya kenapa dia tak menolak coklat dari Ningning?

Ketika Ningning akan berjalan pergi ke kelasnya. Matanya bertemu dengan tatapan Jay.

Ningning terpana dan cepat-cepat mengalihkan perhatiannya, dan saat dia melihat ke tempat yang sama sosok Jay sudah hilang.

“Apa gue salah liat?”



19/02/23

Bukan 400 atau 500 kata, melainkan 693 kata...

Jangan lupa vote ya, biar gak sia-sia tanganku berotot.

Hey, aku baru nulis cerita baru yang judulnya 'aplication pair' monggo mampir siapa tahu sukak.

Hey, aku baru nulis cerita baru yang judulnya 'aplication pair' monggo mampir siapa tahu sukak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
polaroid love 📷Where stories live. Discover now