6. Kisah yang buruk

617 88 3
                                    

Balikan? Apa dia salah dengar.

Balikan, maksudnya keduanya kembali bersama. Sungguh apa dia sedang bermimpi, sebab dia sama sekali tidak berpikir atau menginginkan mantannya mengatakan kalimat itu.

Hasrat ingin memuaskan nafsunya dengan kue telah usai ketika mendengar tujuan sosok disampingnya mendatanginya.

“Kamu bercanda? Kalau gitu aku pamit,” ucapnya seraya berdiri dari kursi.

Junho tersentak dengan ucapan serta tindakannya yang tampak terganggu itu, dia bertanya-tanya apakah dirinya tak berpengaruh lagi untuknya.

Junho menahan lengannya, menatapnya serius.

“Aku serius, bisa kamu duduk sebentar dan dengerin aku dulu.”

Mau tidak mau Ningning dengan enggan duduk kembali, menanti semua hal yang ingin dia bicarakan padanya.

“Aku serius soal aku ingin balikan sama kamu, alasannya karena aku masih sayang kamu dan setelah kita putus aku baru sadar kamulah cewek yang benar-benar aku inginkan.”

Setiap kalimatnya jelas dan mengandung kepastian, akan tetapi itu tak menyentuh relung hatinya bahkan getaran sekecil apapun tidak terasa dalam benaknya seolah sosoknya kehilangan makna.

“Aku gak bisa balikan sama kamu, alasannya karena aku udah gak punya perasaan sama kamu. Jadi aku harap kamu berhenti melakukan hal yang sia-sia.”

Penolakannya sangat menyakitkan perasaan Junho. Keberanian yang telah lama dikumpulkan bukan untuk mendapatkan penangkisan atas perasaannya.

Kali ini dengan rasa sedikit kasian dari mata sedih mantannya, ia pura-pura tak melihatnya dan berniat berdiri meninggalkan tempat ini.

Junho ikut berdiri tanpa menahan lengannya dan berkata.

“Orang tidak langsung mendapatkan apa yang mereka inginkan. Aku gak akan menyerah untuk kamu, sampai kamu kembali ke pelukanku.”

Dia belum pergi jauh dan secara pasti menangkap tiap kata-katanya, namun Ningning menganggapnya sebagai angin lewat. Dia tak percaya dengan seseorang yang pernah mengkhianatinya tiba-tiba menginginkannya lagi seakan-akan dia sedang menguji perasannya.

Sangat disayangkan dia ditakdirkan untuk kecewa karena selama seminggu ini Junho terus-terusan datang padanya, seolah-olah itu sebuah kewajiban baginya.

Apa dia tidak bosan atau menganggap ini melelahkan? Karena jujur saja Ningning sendiri merasakannya dan berdoa semoga Junho berhenti mengganggu kedamaiannya, buruknya doanya tak dikabulkan lantaran seminggu berlalu tetapi tidak ada indikasi Junho akan berhenti.

Dengan rasa kesal Ningning melemparkan hpnya ke meja.

“Lu kenapa sih, keliatan bete gitu?”

“Mungkin pesannya dari gebetannya gak dibales, makanya ngamuk gitu,” jawab Juhyeon asal mewakili pertanyaan dari Liz.

Beberapa waktu yang mereka habiskan Juhyeon menyadari temannya selalu fokus memainkan hp dan ketika dia mengajaknya jalan dia terkadang menolak, alibinya dia punya janji ditempat lain tapi setahunya temannya tak punya teman dekat lain. Terkecuali dia diam-diam memiliki gebetan.

Ningning memukul meja menampik pernyataan temannya.

“Sembarangan! Gue gak punya gebetan tapi yang ngejar gue ada,” jawabnya bosan.

“Siapa? Apa orang yang diam-diam liatin lu.”

Dahi Ningning berkerut mendengarnya. Astaga, dia nyaris melupakan sosok cabul yang pernah mengawasinya sebab hidupnya dipenuhi gangguan dari mantan pacarnya.

“Bukan, kali ini mantan pacar gue.”

Baik Juhyeon atau Liz terkejut dengan kata-katanya, meski ada pemuda yang mengejar sahabatnya tapi tidak satupun dari mereka yang berhubungan dengannya. Dan dengan pengetahuan ini keduanya mengira Ningning belum pernah pacaran, atau temannya sedang berhalusinasi?

“Lu bercanda?”

Liz sangat setuju dengan kalimat Juhyeon dan dengan serius dia menanggapinya.

“Iya, jelas lu keliatan gak dekat dengan siapa-siapa. Atau jangan-jangan lu halu doang kali.”

Seandainya Ningning bisa muntah darah sekarang mungkin ini akan langsung terjadi. Sosoknya yang begitu baik bagaimana tak boleh mendapatkan pacar? Apa di mata temannya dia tak layak.

“Omong kosong! Gue gak halu dan ini nyata soal gue pernah punya ayang.”

“Kenapa lu gak cerita dari awal?”

“Betul, dan sejak kapan lu punya cowok? Dari kita kenal pertama sampai sekarang jelas lu keliatan jomblo banget.”

Menahan diri untuk mengumpat atas balasan akhir dari Liz dia melotot tidak terima.

“Kalian ingat kan waktu SMP gue pindah dan sekolah ditempat nenek gue. Disitulah gue ketemu dia dan kita jadian pas gue kelas 3 tapi putus setelah lulus. Dan sekarang gue pindah balik kesini jadi gue gak cerita karena gue pikir itu bukan kenangan yang indah.”

Ketika Ningning tamat dari sekolah dasar kedua orangtuanya memintanya tinggal dengan neneknya, saat itu bisnis kedua orangtuanya sedang berkembang memungkinkan keduanya tak punya waktu untuk menjaga atau memperhatikan putri mereka.

Ningning yang pindah merasa sulit beradaptasi lantaran dia tidak punya teman sebaya, tiba neneknya mengenalkan anak tetangganya yang bernama Junho. Dengan permintaan neneknya untuk menjaga dan membantu Ningning saat di sekolah, menciptakan kedekatan yang akrab antara Junho dengan Ningning.

Junho sangat baik dan mempedulikannya, hanya saja di mata Ningning sikapnya sekedar tanggung jawab dari permintaan neneknya tetapi sejujurnya sejak melihat Ningning pertama kali dia sudah menyukainya.

Ningning tak pernah tahu perasaannya bila Junho tidak mengaku di tahun keduanya di sekolah. Dia yang begitu kaget dan tak tahu harus bagaimana memilih menolaknya, dia pikir dia akan berhenti mengejarnya tetapi tidak.

Di tahun ketiga Ningning menerimanya karena dia melihat kesungguhan serta ketulusannya. Setelah berhubungan Junho merasa tak yakin dengan perasaan Ningning padanya.

Selagi dia bersama atau tampak dekat dengan gadis lain Ningning tidak pernah cemburu ataupun merasa marah, dirinya nampak cuek dan kurang peduli. Di sisi lain Junho ingin dia cemburu dengan begitu setidaknya dia merasa dia tak menyukainya sendirian.

Perasaan lelah dengan hubungan tanpa balasan emosi dari Ningning menyebabkannya menghindarinya sejenak, diwaktu itu juga dia bertemu dengan gadis yang mengaku telah menyukainya setahun dan berharap bisa dekat dengannya walau sesaat.

Dia menerima perasaan gadis itu dengan dorongan mencari tahu sikap seperti apa yang akan ia dapatkan dari sosok yang suka padanya. Keduanya berhubungan diam-diam dibelakang Ningning. Gadis itu sangat perhatian dan lembut serta berusaha menyenangkan perasaan Junho, dia juga mengaku betapa terlukanya dia melihatnya bersama Ningning tapi merasa tidak apa-apa asal Junho bersedia bersamanya. Keinginannya terpuaskan oleh gadis itu.

Dengan adanya orang ketiga dan kurangnya komunikasi antara Ningning dan Junho membuat hubungan mereka agak mendingin, tetapi Ningning tak sadar dan masih mengira Junho suka padanya.

Perkiraannya disalahkan saat ulang tahun Junho dia yang diam-diam ingin mengejutkannya, dengan kue serta hadiah yang dibawakannya
menemukan pacarnya memeluk mesra gadis lain dan berkata sayang.

Kue yang harusnya diberikan pada Junho berakhir di wajah kedua orang yang bermesraan itu, Ningning tak akan membiarkan orang yang melukai perasaannya jadi saat itu juga dia membalas perbuatan mereka dengan melemparkannya kue. Kemudian hari itu juga hubungannya berakhir.

Lalu apa dia harus membagikan kisah yang berakhir sad ending ini? Ningning menggeleng, dan bernostalgia betapa naif nya dia pada waktu itu berasumsi bahwa Junho akan selalu menyukainya lantaran dia tidak menyerah mengejarnya, tapi pada akhirnya waktu menamparnya.


27/03/22

Jangan lupa untuk tekan bintang atau klik suka.

Capek nulis tapi masih berharap cerita ini berakhir selesai kayak Wayo 🤍

polaroid love 📷Where stories live. Discover now