"Jangan harap aku mau ciuman sama kamu, sebelum kamu sadar sama keegoisanmu itu!"

---0---

"Catuh uwaw catuh uwaw awww akik ena!!!" Teriak Bluena Dewisumbi Resikvy Manjakani saat tidak sengaja kaki kecilnya diinjak dokter perempuan magang, teman Jung Jeno.

"Maaf maaf, Jen ini anak lo jangan dibawa ke rumah sakit rawan penyakit."

"Ena tunggu disini dulu Papa mau meriksa orang sakit." ucap Jeno mencegah Bluena mengikuti nya sampai ke dalam ruang IGD

"Dokter magang, sudah kamu tangani pasien ranjang 12?" tanya Dokter yang nampaknya sudah puluhan tahun berada di rumah sakit swasta milik yayasan SB Group, tempat anak Fakultas Kedokteran, SBU magang.

Merasa perhatian Jung Jeno pada Lee Bluena teralihkan, menjadikan kesempatan si kecil untung keliling rumah sakit dengan mata bobanya yang melihat-lihat beberapa orang berlalu lalang, sesekali gadis kecil ini menjulat jilat stand banner yang dipajang di samping ruang IGD, hanya karena ada gambar eskrim disana.

"Gejala thalasemia, sudah saya hubungi PMI untuk kirim ampul darah." jelas Jeno pda dokter yang menjadi penanggung jawab internship mahasiswa kedokteran umum disitu.

"Pasien ranjang 19?"

"Sudah masuk 36 minggu kehamilan, masih menunggu cek lab hepatitis untuk persiapan operasi sc."

"Setengah hari saja kamu sudah menangani 46 pasien dengan baik. Hari ini kamu boleh pulang."

"Loh Pak? Nggak adil! Kita semua stay 24 jam disini."

"Sudah bekerja sebaik Jung Jeno?"

"lagian kerjaan saya diambil alih semua sama Jeno."

"Dia mengambil alih karena kamu membahayakan nyawa mereka. Di lapangan rasa egoismu terhadap nilai harus kamu kurangi. Nilai itu tidak ada apa-apanya dibandingkan nyawa."

"Gelar S.Ked saya cumlaude dan IPK saya lebih tinggi dari Jeno Dok! Dokter jangan meremehkan saya."

"Tapi skill kamu kalah jauh dengan Jung Jeno yang bahkan cumlaude saja nggak." cibir Dokter senior itu kemudian berlalu meninggalkan keduanya, sementara disana Jung Jeno menepuk bahu Winter, sembari melepas jas dokter miliknya untuk ia sampirkan di bahu kokohnya.

"Pulang dulu."

"Brengsek lu!"

"Lo gabisa pake nyawa orang buat kepentingan akademik pribadi." Winter bergegas pergi sebelum semakin kesal akrena kompetitornya telah pulang duluan.

"Jenoh yiatt!! Ukakan tuk ena!!" teriak balita mungil berambut bob tampak menenteng satu renteng coklat koin berbentuk kelinci yang entah ia mencomotnya darimana.

"Punya siapa itu?"

"Nyunya ena!!" teriaknya percaya diri padahal tidak tau bocah ini mencuri jajan lucu-lucu itu darimana. Sampai Jeno menyadari ada anak kecil yamg menangis sedang mencari sesuatu di kolong tempat duduk ruang tunggu farmasi.

"Bluena sayang, gaboleh ambil punya orang, nanti Papa beliin." Jeno reflek menggendong Bluena dengan satu tamgan menghampiri balita laki-laki yang tampaknya seusia dengan Lee Bluena.

"Itu punya Jarell!" teriak bocah itu sambil menangis.

"Yaudah ini ambil, cowok kok nangis." cibir Jeno mengembalikan lagi satu renteng coklat yang tadi Bluena ambil.

"Ena inta catu yah catu ja ena moon.." bujuk Ena bernegosiasi ingin meminta coklat bunny milik bocah bernama Jarell.

"Ndakkk!!" teriaknya galak lagi-lagi sambil menangis semakin kencang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Script SwiftWhere stories live. Discover now