2.17 Copy & Paint

234 41 54
                                        

Chapter 2.17

"Kita mulai kerja kelompok, tugasmu menulis hal-hal yang membuat kamu hancur di atas kertas, tugasku merobek semua tanpa ada kertas sempurna berbekas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kita mulai kerja kelompok, tugasmu menulis hal-hal yang membuat kamu hancur di atas kertas, tugasku merobek semua tanpa ada kertas sempurna berbekas."
-Naleggio Jaem

"masuk Lee Taeyong, jangan diambang pintu."

Jeno hanya berdiri terpaku sampai sesuatu seperti buntalan gembung menyentuh kaki panjangnya. Siapalagi jika bukan Bluena Lee yang mencoba menyadarkan Jung Jeno. Dengan tubuh gempalnya, balita itu menarik tangan Jeno namun hukum semesta tak dapat curang, tetap saja tubuh kecilnya yang tertarik  karena massa tubuh laki-laki itu lebih besar.

"ish mamuh tuh!" (ish kamu tuh!) sebal Bluena melihat Jeno tak kunjung bergerak.

Laki-laki di dalam sana menyambut dengan senyum, Jeno melangkah masuk, seiring tangan miliknya dengan segera diarahkan Bluena pada sang pengusai lukis. Jabat tangan keduanya disatukan oleh tangan gendut milik Lee Bluena.

"nenayan yudu yiay majnadi meman!" (kenalan dulu biar menjadi teman) Bluena dengan semangat mendongak melihat kedua laki-laki yang lebih tinggi dari dirinya. Melihat gadis kecil yang penuh semangat, sosok disana tersenyum.
"anak kalian lucu." puji laki-laki yang tak henti diduga Jung Jeno.

"..." Jeno hanya terdiam, tidak bisa menduga barang sekalipun.

"saya papanya Na Jaemin." jelasnya menyudahi jabatan tangan.

"tapi saya bukan Taeyong." balasnya kemudian menarik Lee Bluena yang hendak mengacau sana-sini.

"lalu?"

"Jeno."

"Oh... Jung Jeno?" tanya laki-laki setengah baya disana sempat menjeda dengan raut wajah yang berubah. Ia segera memeluk sahabat putranya, punggung kokohnya acapkali ditepuk-tepuk, tirta hangat dirasa laki-laki itu, menyadari air mata nya jatuh di bahu.

Tentu, Jeno menahan setengah mati sebuah cair yang menggenang dipelupuk mata, ia sangat merasakan betapa dalam rindu yang disimpan seorang ayah pada anak laki-laki semata wayangnya.

"Jaemin..."

"..."

"dia ninggalin Papanya..."

"bukan cuma om, dia ninggalin kita semua." Ayah mendiang Na Jaemin melepas pelukannya, lalu berjalan mengangkat lengannya hendak menunjuk lukisan yang bersandar di sebuah kursi.

"lukisan itu, saya selalu menimpa catnya dengan warna yang sama setiap tahun sejak dia meninggal."

"apa Jaemin bilang sesuatu tentang lukisan itu?" 

"perempuan yang sama."

"Go Eunbelle?"

"Dia tidak pernah cerita apapun tentang ibu gadis kecil ini?"

Script SwiftWhere stories live. Discover now