Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kamu bagaikan sebuah buku yang mengganti rangkaian alfabet dengan aljabar. Sama sekali tak kufaham."
-pengemis waktu
Agustus mendung, mereka yakin hujan enggan datang saat belum waktunya. Eunbelle yang sempat hilang kendali beberapa waktu lalu kini memilih mengaliri tenggorokannya dengan segelas jus jambu yang saat ini es nya sedang digigit-gigit.
"mau makan apa?" tanya laki-laki yang menyampirkan jas labnya di sebelah bahu lebar miliknya.
Yang ditanya menggeleng, "jangan lihatin gue, malu."
"gimana kalau orang lain yang nemuin lo nangis di tangga, bisa disangka gila."
"udah bertahun-tahun gue nggak ketemu banyak orang dan balik lagi ngerasain sekolah."
Daripada memberi tanggapan, Jung Jeno memilih untuk menyulut marlboro merah di sela jari kemudian memberi perisa baru untuk mulutnya yang sudah masam.
"biasanya ada dia Jen, yang buat gue gak takut." sambung si gadis masih disimak oleh pria tampan berhidung runcing yang sedang mengepulkan asap rokoknya ke udara.
"siapa nyuruh lo kuliah?" tanyanya tak segan, tatapan tajam dan sempitnya menghardik si gadis yang sudah sembab pelupuknya.
"gue yang mau,"
"buat apa kuliah? oh biar suami manfaatin lo kelar wisuda, cih segitu kere nya Taeyong."
"jangan jelekin dia!" bentak Eunbelle pada saudara tirinya
"kapan dia baik sama lo?" Jung Jeno memberi serangan balik, membuat ia tergelagap. Banyak hal baik, tapi hal baik yang dilakukan tak sepadan dengan kehancuran yang dia terima.
"lo sama nana sama aja kenapa sih Jen? Its ok suami gue brengsek dulu dan jaemin benci, tapi sekarang kenapa lo sebegitu bencinya sama dia?" gadis itu menyerah dan memilih untuk mengganti topik berlandas alasan mengapa saudara tirinya tampak membenci seseorang yang harus ia lebih benci.
"gasuka,"
"gasuka sama kak Taeyong?"
"kalian."
"lo suka sama gue?" cetusnya tanpa basa-basi. Mereka berhadapan tak menyahut satu sama lain, memilih saling melempar pandang.
"ga ngaca?" hardik Jeno menghina.
"ya lo seakan-akan cemburu gue sama dia."
"udah dua kali gue nemuin lo nangis di tangga,"
"pertama kapan?"
Jeno diam, dirinya tidak akan melewatkan satu sisi pun masa lalu.
Dulu, dia juga menemukan gadis ini ditangga dengan ucapan gila diluar batas kesadaran karena terpengaruh oleh alkohol yang terpaksa ia tengguk akibat ulah para oknum yang tidak bertanggung jawab saat di Bandung, sialnya Jeno tidak akan lupa tentang itu.