9 | Perhatian kecil

23.4K 1.6K 53
                                    

Sejak semalam sampai pagi ini, Atthar masih mendiami Ara. Bahkan beberapa kali ara meminta maaf tetap tak di gubris oleh Atthar. Atthar ingin memberitahu jika ia juga bisa marah. Tindakan istrinya itu tidak memikirkan resiko. Jika Atthar biarkan, takutnya ia melakukan tindakan ceroboh lagi. Bukan hanya pada dirinya sendiri, tapi juga pada orang lain.

Atthar memang tak se-peduli itu pada Ara. Namun jika menyangkut keselamatan tak mungkin Atthar diam saja. Tingkah istrinya itu memang benar-benar seperti bocah. Padahal ia tau jika usianya sudah 20 tahun. Harusnya di usia segitu sudah bisa berpikir jernih sebelum melakukan sesuatu. Bahkan banyak yang usianya di bawah itu sudah bisa berpikir jernih.

"Dokter Atthar," panggil Arabella.

"Ada apa?"

"Dokter mau makan siang ya?"

"Iya."

"Aku boleh bareng? Soalnya aneh saja jika makan sendirian."

"Boleh."

Arabella mengekori Atthar. Semenjak Atthar sudah menikah, sepertinya Atthar sedikit menjauh darinya. Padahal Arabella tak berbuat kesalahan. Arabella pikir jika Atthar mulai mencintai istrinya. Padahal nyatanya tidak, Atthar mendiami semua orang karena moodnya selalu rusak sejak awal nikah. Menghadapi bocah labil membuat emosinya naik turun.

Di kantin rumah sakit, Attar makan siang setelah sholat zuhur. Arabella duduk di hadapan Atthar. Pandangannya tak lepas dari wajah Atthar. Ia selalu berharap ada keajaiban untuk Atthar kembali padanya. Padahal pernikahan itu terpaksa, namun ternyata bertahan sampai hari ini.

"Atthar," panggil Arabella.

"Hm?"

"Kamu mencintai istrimu?"

"Saya mencintai apa yang saya miliki."

Arabella mengerti maksudnya, sepertinya tak ada harapan lagi untuk Arabella. Tapi entah mengapa hatinya seolah tak terima. Hatinya selalu berkata jika Atthar itu lebih pantas bersamanya. Hatinya menginginkan Atthar, meski raganya tak mampu mendapatkan itu.

Selesai makan siang bersama di kantin, mereka melanjutkan pekerjaan masing-masing. Atthar hari ini pulang cepat karena hanya tinggal 1 jadwal lagi. Nanti malam pun ia tidak ada jadwal. Alhasil jam 2 siang Atthar sudah bersiap untuk pulang. Ia merapikan ruangannya sebelum meninggalkannya. Atthar tidak langsung pulang ke rumah karena ia menjemput bocah itu dulu di kampus.

Sesampainya di kampus, banyak pandangan yang tertuju padanya. Atthar mencari-cari keberadaan Ara agar segera bertemu dan bisa langsung pulang. Ia risih jika banyak yang memperhatikannya seperti itu. Dari kejauhan dilihatnya istrinya sedang berjalan dengan seseorang yang ia ketahui adalah sahabat istrinya, Fitri.

"Lama," celetuk Atthar. Setelah menutupkan pintu, ia memutari mobil dan masuk ke dalam mobil.

"Dokter, saya——"

"Saya sedang tidak ingin bicara dengan kamu."

"Tapi——"

"Jangan mengganggu saya."

Ara diam, tak berani melanjutkan ucapannya lagi. Apakah ia se-salah itu? Mengapa suaminya sampai marah sekali. Tapi mengapa Atthar tak menceraikannya saja jika memang se-benci itu? Padahal Ara mengharapkan hal itu. Meskipun ia menyesali perbuatannya, tapi keinginannya tak berubah. Ia masih tetap ingin mencari cara agar mereka bisa bercerai.

"Dok——"

"Saya bilang diam!"

"T-tapi kepala saya pusing hiks ... Jangan marah-marah, takut," ucapnya dengan nada gemetar.

ATTHARA : My Personal Doctor! [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now