4 | Rencana gagal

24K 1.6K 18
                                    

Malam ini, di kediaman keluarga Arzan. Mereka semua terkejut atas kedatangan orang yang tak mereka kenal. Setelah mendengar penjelasannya, mereka makin terkejut lagi. Terlebih Ara, tak menyangka jika masalah itu langsung dibahas malam ini juga. Saat ini hanya ada Nadia dan Arzan. Sementara Ayana dan suaminya sedang istirahat di kamar karena baru pulang dari rumah sakit sore tadi.

Awalnya mereka bingung karena Ara tak datang ke ruangan Ayana. Padahal Ara bilang jika siang itu dia akan bermain dengan baby Ala. Saat sore hari setelah Ayana dibolehkan pulang, ternyata Ara sudah ada di rumah. Namun ara hanya menceritakan soal kecelakaan waktu itu.

"Maaf, apa itu benar?" tanya Arzan.

"Saya juga tidak menyangka jika anak saya berniat untuk melakukan hal kurang ajar itu. Jadi, saya berniat untuk menikahkan mereka daripada jadi fitnah," jelas Nizam.

Ara tak berani bicara, karena yang ia tau kejadiannya memang seperti itu. Dokter itu langsung naik ke atas ranjangnya begitu saja. Ingin menjelaskan agar bisa menolak, tapi Ara tak tau harus menjelaskan apa. Sementara Atthar, ia sudah tau jika ia tak punya ruang untuk menjelaskan. Alhasil Atthar juga diam saja.

"Jika memang begitu, saya setuju. Saya tidak terima jika putri saya diperlakukan seperti itu."

"Ya sudah, pernikahannya akan diadakan seminggu lagi. Soal persiapan, biar anak saya yang tanggung. Anggap saja itu bentuk tanggung jawab atas perbuatannya."

Setelah perbincangan menegangkan itu, keluarga Nizam pamit pulang. Orang tua Atthar juga sepertinya masih marah padanya. Atthar hanya diam saja di bangku belakang sambil bersandar dan memijit pelipisnya. Ia akan mencari cara agar pernikahan itu tidak jadi dilangsungkan.

Sesampainya di rumah, Atthar memasuki kamarnya. Ia merogoh ponsel di dalam kantong celananya. Atthar menghubungi seseorang. Panggilan pertama tidak dijawab oleh nomor yang dituju. Hingga panggilan itu di jawab saat sudah beberapa panggilan.

"Hallo, Assalamu'alaikum. Ada apa Thar?"

"Wa'alaikumussalam. Maaf mengganggu waktumu. Saya ingin bicara hal penting, apa bisa?"

"Bisa. Hal penting apa memangnya?"

"Jadi begini, sebelumnya kan kamu pernah bilang ke saya kalo kamu lagi cari calon istri. Nah, kebetulan saya ada kenalan perempuan yang mungkin cocok buat kamu. Dia masih anak kuliahan, dari yang saya tau usianya masih dua puluh tahun. Dia cantik, shalihah, bahkan lemah lembut. Apa kamu mau saya kenalkan?" jelas Atthar.

"Wahhh ... Kamu serius Thar? Boleh dong, kenalkan saya ke wanita itu. Siapa tau dia jodoh saya yang belum saya temukan."

"Ya sudah, kalo gitu besok saya kenalkan."

"Oke, terimakasih informasinya Thar. Saya lanjut kerja dulu, sepertinya malam ini saya lembur."

"Iya silahkan dilanjutkan, maaf ya menganggu waktumu padahal kamu sedang banyak jadwal operasi."

"Tidak apa, tidak mengganggu. Kalo gitu saya matikan ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Saat sambungan telepon telah terputus, Atthar kaget bukan main saat Zakiyyah sudah berdiri di ambang pintu. Jantungnya serasa ingin lepas kala melihat tatapan mengerikan Umi-nya. Jangan bilang jika tadi Umi-nya mendengar obrolannya? Semoga saja tidak. Jika dengar, Atthar bisa-bisa di geprek oleh Umi-nya.

"Hapalkan ijab kabul, besok kamu nikah dengan gadis itu!"

Tas!

Zakiyyah sedikit membanting pintu setelah mengatakannya. Sementara Atthar, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia merasa bodoh sekali tidak menutup pintu kamarnya. Terlebih lagi ia tidak sadar jika Umi-nya mendengar pembicaraannya. Atthar sudah tidak tau harus berbuat apa. Apakah Atthar kabur dari rumah? Tidak. Bisa-bisa ia dicoret dari KK oleh orang tuanya. Lalu bagaimana? Atthar harus apa?

ATTHARA : My Personal Doctor! [SUDAH TERBIT]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن