Rain

499 65 7
                                    

Hujan menjadi saksi.

Kau tidak pernah terpikirkan bahwa semua ini tidak akan terjadi.

Semuanya diluar kendalinya. Kekuatan ini sebuah kutukan.

Harusnya, harusnya kau tidak pernah mendengarkan ucapan pria itu.

Tepat di bawah hujan, dengan tangan gemetar memegang tongkat. Kau berhasil membunuh banyak orang. Tatapan mereka penuh dengan ketakutan dan kebencian yang tertuju kepadanya.

"Ibu.. apa.. pilihanku, salah? Apa... Aku melakukan hal... Benar..?"

•••

Gadis es seantero Hogwarts. Dikenal sebagai seorang yang selalu berada dalam bayang-bayang Hogwarts. Dimana dan kapanpun, berdiam diri dalam megahnya pilar dalam kesunyian.

Hari itu, hujan turun deras selama sehari penuh membuatmu duduk termenung di ujung tebing tinggi yang langsung berhadapan dengan lautan.

Kau benci hujan dan selamanya akan begitu.

Bagaikan pertanda bahwa kau tidak akan pernah melupakan kejadian pembantaian yang terjadi. Karena dibawah hujan dengan tubuh bermandikan darah, kau membunuh karena kesalahanmu bahkan, kedua orangtuamu menjadi korban atas perbuatanmu.

Berbeda denganmu, para guru Hogwarts khawatir dengan nilaimu yang tidak mengalami peningkatan sama sekali.

"Ini tidak bisa dibiarkan, Albus. Seluruhnya nilainya sangatlah jauh memenuhi standar!" Ujar Minerva.

"Saya setuju, Headmaster. Mrs L/N bahkan jarang memasuki kelas." Tambah Filius. "Saya akui bahwa memang Mrs L/N cerdas, namun nilai OWL miliknya tidak akan cukup untuk ikut dalam ujian NEWT tahun ini."

"Kadang dia juga tidak memperhatikan pelajaran sama sekali dan memilih tidur di kelas." Sahut Severus datar.

Mendengar keluhan para guru, Albus dengan tenang menjelaskan bahwa kau memiliki sedikit trauma yang sulit untuk dihilangkan.

"Apa Mrs L/N selalu bolos saat hujan?" Tanyanya yang langsung dijawab anggukan serempak.

Albus tersenyum sesaat. "Suara hujan memang menenangkan bagi beberapa orang, namun tidak untuknya. Kadang jika kekuatan itu lepas kendali, Hogwarts mungkin akan menjadi danau darah."

"Dan aku tidak ingin mengambil resiko itu." Albus kembali tersenyum.

"Well, sepertinya dia sudah terlalu lama dibawah hujan dan aku takut dia akan demam besok."

"Kau punya jadwal kosong, Severus?"

Pria itu hanya menghela nafas panjang dengan pertanyaan Albus.

"Of course, Headmaster."

...

Punggung gadis itu terlihat, udara dingin tidak membuat bahu itu bergetar.

"Kau bisa saja jatuh,"

"Bukannya bagus? Itu pasti akan sangat menyenangkan."

Severus kembali berjalan mendekat dengan payung, memayungi gadis itu agar tidak terus terguyur hujan.

"Kami khawatir dengan keadaanmu, Mrs L/N."

"Tidak perlu, itu membuang-buang waktu kalian."

Hening. Hanya terdengar suara hujan ditambah udara dingin membuat kau maupun Severus tidak membuka suara sama sekali.

"Sir, aku ingin tahu caranya pergi tanpa merasakan sakit. Kau tau maksudku." Ucapmu sambil terus menatap lurus kedepan.

Severus melirik sebentar, pertanyaan aneh terus kau tanyakan padanya tanpa henti. "Aku akan menjawabnya jika kau ikut denganku kembali ke Hogwarts." Ujarnya sembari membantumu bangkit berdiri.

Ia membawamu mendekat ke arahnya dan melingkarkan tangannya pada pinggangmu sembari menahanmu erat. "Ayo keringkan dirimu."

•••

Sepertinya langit ingin terus mengingatkan peristiwa itu. Seminggu sudah hujan terus turun tanpa henti. Kau berada di Hospital Wings, sesuai dugaan, kau akan sakit dan suhu tubuhmu bahkan mencapai 40°C. Madam Pomfrey menyarankan agar seminggu untuk tetap beristirahat.

Sebagai siswi asrama Griffindor, Professor McGonagall selalu memeriksa keadaanmu, mungkin setiap menit. Takut hal buruk terjadi.

"Anda tidak punya kelas, Professor?" Tanyamu pada Minerva yang sedang membaca buku. "Hampir setiap hari anda menjenguk saya."

Minerva tampak menghela nafas. "Kami khawatir dengan keadaanmu, nak. Ini bahkan sudah seminggu dan.. tidak ada kemajuan bahwa kau akan membaik. Kesehatanmu semakin menurun."

Kau terdiam mendengar ucapannya. Melihat keterdiamanmu, Minerva menutup bukunya dan duduk di samping ranjang. "Jika kau memerlukan tempat untuk meringankan bebanmu, kau bisa memanggil kami para profesor. Kami akan mendengarkan semua keluh kesah yang kau rasakan."

"Itu tidak akan berhasil, kau tau itu, Professor."

"Tidak ada yang tidak mungkin, nak."

Sesaat setelah Minerva berkunjung, muncul lagi seorang Profesor galak yang sangat dikenal oleh Hogwarts.

"Kau tertinggal di kelas ramuanku, Miss."

"Bukan hanya anda, Professor. Hampir semua kelas."

Sepertinya menatap keluar saat hujan adalah hal yang paling kau suka dari pada menatap Professormu yang kini duduk di kursi dekat dengan ranjangmu.

"Kesehatanmu menurun."

"Aku tau."

"Apa kau tidak ingin merasakan perasaan bahagia lagi?"

"Setelah kejadian itu, apa itu perasaan bahagia? Bahkan aku tidak merasakan kehangatan lagi. Disini.. sudah sangat dingin dan beku." Kau meletakkan tangan di dada.

Severus tampak menatapmu rumit, tanpa diberitahu pun oleh Madam Pomfrey maupun Albus, hidupmu tidak akan bertahan lama.

Kau menoleh merasakan pergerakan dari samping ranjangmu. Disana, Severus sedang mengulurkan tangannya. Kau memiringkan kepalanya tanda kebingungan.

"Take my hand."

"Ini membuang-buang waktu."

"Akan aku tunjukkan, apa itu perasaan bahagia dan kehangatannya."

Ia berujar yakin. Kau perlahan mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Severus pelan. Seketika itu juga, sesuatu yang panas mengalir pelan dari tanganmu.

Inikah perasaan hangat?

Severus mengeratkan genggamannya membuatmu menatapnya. Kau terkejut, seutas senyum kecil muncul dari bibirnya.

"Bagaimana perasaanmu?"

Entah sihir apa, tubuhmu perlahan melemas dan bersandar pada bantal dibelakangmu. Ini sangat nyaman dan membuatmu mengantuk. Genggaman tanganmu perlahan melemas dengan deru nafas beraturan.

"Sir.."

"Hm?"

"Apa anda masih ingat pertanyaanku saat di tebing dulu?"

Severus terdiam sambil terus menggenggam tanganmu erat.

Kau menoleh menatap lesu. "Anda sudah menjawabnya. Tidak ada rasa sakit. Hanya kehangatan dan perasaan bahagia penuh ketenangan.."

"Thank you for your help, Professor."

"Severus. Kau bisa memanggilku Severus."

Senyuman tipismu perlahan menghilang dan mata yang perlahan tertutup. "Severus.. ya..."

Severus menundukkan kepalanya. Kau tidak lagi menggenggam tangannya. Ia membenarkan posisi tubuhmu sembari menatapmu lamat.

"You can rest now. Rest in peace."

Setelah mengatakan itu, hujan perlahan berhenti, memperlihatkan matahari yang telah lama tidak terlihat. Ia menatap langit sembari tersenyum tipis.

"Kau pantas mendapatkannya, Y/N."

END.

𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐔𝐬Where stories live. Discover now