Homepage

769 71 2
                                    

Kau merupakan seorang penulis yang telah menerbitkan banyak sekali buku-buku yang mendunia. Banyak orang yang sangat menyukai seluruh bukumu.

Walaupun begitu, kau merasa kosong. Seperti tidak berwarna sama seperti hari-harimu yang sangat abu-abu.

Tapi suatu hari, seseorang datang dan mengubah semuanya tentangmu. Hingga akhirnya kau memutuskan untuk membuat sebuah cerita tentangmu dan dirinya.

"Hey Love, merenung lagi?" Sapa seorang pria dan mengecup ringan bibirmu.

Kau tersenyum kecil dan menatap taman yang berada di hadapanmu. "Aku ingin membuat cerita tentang kita, Sev. Kau mengizinkannya?" Tanyamu pada pria itu. "Kau ingat saat pertama kali kita bertemu?"

Pria itu duduk di sebelahmu dan menatapmu intens. "Hmm.. bagaimana ya. Our first meeting was a bit full of drama."

"Ayolah Severus, tapi itu kenangan yang akan diingat olehmu bukan?" Ledekku membuatnya terkekeh geli.

"Yeah, itu akan diingat olehku selamanya." Severus tersenyum kecil dan menepuk kepalamu pelan. Kau yang merasa nyaman segera menjatuhkan kepalamu di bahunya.

Hening sejenak karena kalian yang menikmati semilir angin yang menerpa. "Severus, menurutmu siapa yang menang pada perdebatan kita dulu?"

"Come on!" Ucap Severus yang sedikit kesal mengingat perdebatan mereka pertama kalinya. "Kita sudah membicarakan ini."

"Just kidding, kau sekesal itu, ya?"

Severus mengangguk dan mencubit hidungmu pelan. "Aku benci mengingatnya karena perdebatan itu membuatmu terluka dan harus dirawat inap karena ulahku." Ucapnya menyesal.

Kau tersenyum dan mengusap pipinya lembut. Benar, dulu kalian pernah adu mulut hebat sampai Severus tanpa sengaja melemparkan sebuah mantra yang membuatmu terlempar. Kau yang setengah sadar hanya bisa menyimpan keterkejutan di dalam hati dan lebih mementingkan rasa sakit pada seluruh tubuhmu.

Severus yang sadar dengan perbuatannya segera menghampirimu dengan air mata berjatuhan. Ia tidak sadar karena kemarahan benar-benar menguasainya dan tanpa sengaja menyerangmu.

Tapi untunglah, ada beberapa orang yang melihatmu dan menelpon ambulans. Kau bahkan sampai koma sepuluh hari dan itu membuat Severus tidak fokus mengajar karena terus mengkhawatirkan dirimu.

Setelah sadar, Severus langsung memelukmu dan meminta maaf terus menerus. Ia benar-benar menyesal dengan tindakannya dan berjanji akan mengendalikan emosinya.

Tapi kau lebih terkejut saat Severus mengatakan jati dirinya yang sebenarnya tentang dirinya yang seorang penyihir dan seorang guru di sebuah sekolah sihir. Dan yang lebih mengejutkannya, ia sampai membawa kepala sekolahnya! Bisa bayangkan betapa terkejutnya dirimu melihat penyihir yang dianggap dongeng kini berdiri di hadapanmu?!

Jangan tanyakan. Kau benar-benar terkejut sampai pingsan karena saking terkejutnya.

"I've forgotten it. Biarkan itu menjadi cerita kenangan." Ujarmu dan kembali menatap pena yang sedari tadi kau putar-putar. "Menurutmu, bagaimana tentang halaman pertamanya?"

Severus menoleh. "Kau bertanya padaku?" Tanyanya kaget, ayolah ia lebih hebat membuat ramuan dari pada berdiam diri memikirkan cerita yang menurutnya membuang-buang waktu.

"Yeah. Aku juga butuh pendapatmu, sayang. Ini tentang kita." Jawabmu dan bersiap menulis."So?"

Severus tersenyum dan menatapmu berhadapan. "Bagaimana tentang cinta pandangan pertama?"

Kau memutar bola mata malas. "Terlalu klise."

Ia menatapmu protes. "Bukannya ini sesuai dengan mauku?"

"Nope." Jawabmu. "Aku menanyakan pendapatmu, Sev. Bukan keinginanmu." Kau tersenyum jahil saat melihat wajah datar Severus yang menatapmu malas.

"Carilah sesuatu yang lebih menarik dan sedikit berbeda!" Seruku padanya.

"Kau tau aku tidak bisa dalam hal ini, kan?" Ucapnya sembari mendengus dingin.

Kau hanya bisa menghela nafas panjang dan kembali duduk dengan tidak bersemangat. Severus menyadari itu, ia segera memelukmu erat sembari mengecup pucuk kepalamu. "Sorry for not being able to help you, Love."

"That's okay, aku mengerti dengan dirimu yang hanya suka berdiam diri dan membuat ramuan-ramuan aneh." Jawabmu membuatnya tersenyum.

"Karena itu tugasku, ok?"

Severus tiba-tiba saja mendapatkan ide. "Bagaimana tentang Amortentia? Kau tahu, semacam ramuan cinta yang membuat siapapun yang meminumnya akan semakin jatuh dalam pesona orang yang memberikannya."

"Hm? Tumben sekali otakmu berjalan." Gurauku. "Tapi bukan ide buruk, tapi dalam versi modern?"

"Of course."

Kau tersenyum kecil dan mencium bibir Severus sebagai ucapan terima kasih. "You are the best, Sevy."

"Just kiss?" Ucapnya meminta lebih membuatmu bingung dan berdiri tepat dihadapannya.

"What reward do you want, Mr Snape?" Tanyaku sambil bersedekap dada.

Severus tersenyum miring dan itu membuat bulu kudukmu merinding, ini bukan firasat bagus.

"I want to play tonight. Aku ingin mendengar suara serak yang meminta terus meneriak―"

"OKAY! CUKUP SEVERUS!" Teriakmu dan menutup bibirnya agar tidak melanjutkan ucapannya. Wajahmu memerah padam karena perkataannya.

"Deal, Love?" Ucapnya dan bernafas tepat di lehermu membuat kau merinding hebat.

"Uh― alright.." kau mendorong Severus menjauh dari lehermu. "Cih, kau curang."

"If it's for tonight, of course."

END.

𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐔𝐬Where stories live. Discover now