You're Not Alone

619 68 9
                                    

"Apa rapat Orde biasa selama ini? Aku benar-benar sudah sangat lapar."

"Sepertinya begitu, ini juga untuk kebaikan Harry."

"Mungkin sedikit lagi selesai."

Kau menatap ketiga juniormu itu datar dan kembali membaca buku. "Apa kau lapar, Y/N?" Tanya Hermione.

"Lumayan." Jawabmu.

Bukumu tiba-tiba melayang, kau menghela nafas kasar dan menatap George yang sedang tersenyum jahil. "Baiklah George, kembalikan." Ucapamu.

"Woah, kau bisa membedakan mereka berdua? Aku saja tidak bisa." Ucap Ron.

"Pintar seperti biasa," George mengembalikan bukumu.

"Kau dalam mood yang buruk, Y/N?" Tanya Fred yang tiba-tiba merangkulmu.

Kau mengabaikannya dan kembali fokus dengan bukumu. Fred dan George terus saja mengganggumu. "Kau tidak seru, Y/N! Ayo dan bermain dengan kami."

Kau berdecak malas. "Jangan menggangguku."

"It's dinner time, kids!" Teriak Molly dari bawah. Sepertinya rapat Orde sudah selesai. Mendengar teriakkan itu, Ron segera berlari turun dan diikuti oleh yang lainnya. Kamu turun terakhir setelah dirasa semua orang sudah berada di lantai bawah.

Sesampainya di lantai bawah, kau disambut oleh pelukan hangat Molly membuatmu sedikit membeku karena tindakannya. "Tersenyumlah dear." Molly mengambil sesendok masakannya dan membuatmu mencicipinya.

"Bagaimana rasanya?"

Kau tanpa sadar tersenyum tipis membuat Molly terkejut. "Delicious, masakanmu selalu enak, Mrs Weasley."

"Lihat senyuman tadi, sangat lembut eh?" Molly segera membawamu duduk di kursi yang berada di sebelah Arthur. Ia tidak ingin ada adu mulut hari ini.

Molly mengusap rambutmu lembut. "Makanlah yang banyak. Jika kurang, katakan saja padaku."

Kau mengangguk dan akhirnya mulai menyantap makananmu.

Meja makan terasa ramai karena saling mengobrol satu sama lain. Arthur dan Remus yang berada di kiri kananmu hanya bisa melirik satu sama lain.

"Benar bukan, Y/N?" Ucap Harry sembari menatapmu.

Kau tidak membalas ucapannya sama sekali membuat Harry tersenyum kikuk. Sirius yang melihat itu geram dan menatapmu tajam. "Seingatku kau tidak tuli, Nona Black." Sindir Sirius pada putrinya itu yang tidak dibalas sama sekali.

Merasa tidak diindahkan sama sekali, Sirius menggebrak meja membuat semua orang kaget bahkan kamu. "Apa kau tuli, Y/N?! Harry dari tadi bertanya padamu!!" Teriaknya murka. "Tatap aku!"

Sirius mendadak membeku melihat sorot mata penuh kebencian itu mengarah padanya. "Kau.. sangat menjengkelkan.. Father."

"Selalu saja Harry. Harry dan Harry. Aku tidak pernah di perhatikan sama sekali olehmu, Father. Bahkan saat kau berhasil kabur dari Azkaban, kau hanya memeluk Harry. Bukan aku." Kau bangkit berdiri dan menatap Sirius sekali lagi. "Aku bahkan mengira, kau bukan ayahku sama sekali."

Mereka semua menatapmu dengan tatapan berbeda-beda. Remus menoleh menatap sahabatnya itu. "Mate.."

"Dia bukan anak-anak, Remus."

Remus menggeleng pelan. "Walaupun begitu, dia tetaplah putrimu Sirius. Tolong perhatikan dirinya."

Sirius menghela nafas kasar dan kembali menyantap makanannya.

...

Menggunakan mantra verbal, kau membuat kamarmu kedap suara. Suara tangisan terdengar dari ujung kamar. Kau menangis sambil memeluk lutut. Selama ini, ia hanya ingin disayangi oleh ayahnya. Tapi, Sirius hanya akan melihat Harry. Bukan dirinya.

"Harusnya aku tidak pernah berharap... " Gumammu dan kembali menangis.

Di sana hanya terdengar suara isakan darimu yang masih pada tempat yang sama. Bahkan saat Hermione mengetuk pintumu, kau tetap duduk disana.

"He will never love me." Ucapmu.

Perlahan kau mengangkat kepala karena merasa ada yang mengelusnya. Tatapanmu jatuh pada iris hitam yang menatapmu dalam.

"Severus.."

"Jangan menangis lagi."

Tangismu malah semakin kencang. Severus dengan lembut membawamu dalan dekapannya dan menenangkanmu.

"Dia tidak menyayangiku sama sekali.. dia hanya melihat Harry. Aku tidak pernah dianggap sebagai putrinya, Severus." Ucapmu sembari menangis.

"Hei, jika memang di tidak menyayangimu, ada aku disini. Aku akan selalu menyayangimu," ucapnya dan menghapus sisa air mata di pipimu.

"Jangan menangis lagi, ok?" Severus tersenyum lembut dan mengecup keningmu. "Aku disini denganmu."

•••

"Sirius―"

"Aku tidak salah! Dia yang salah karena tidak mendengarkan ucapanku! Gadis itu sangat keras kepala."

"Dan itu menurun darimu, Sirius." Molly berdecak pinggang menatap pria didepannya. "Kau terlalu mengabaikannya. Dia anakmu Sirius, anak yang kau tinggalkan sendirian hingga akhirnya Remus menemukannya, hampir mati."

Sirius menegang, hampir mati?

"Apa maksudmu?" Tanya Sirius.

"Aku menemukannya dia dalam gang di London. Dia terlihat sangat kelaparan dan penuh dengan lebam. Kau memang tidak melihatnya tapi, Molly dan Hermione bahkan sampai berkaca-kaca melihat luka lebam itu." Sirius terdiam menatap Remus yang disampingnya. "Setelah kau ditangkap, dia hanya mempercayai dirinya sendiri."

"Tapi dia―"

"Don't look from the outside, Mate. Dia hanya gadis kecil yang butuh perlindungan dari ayahnya."

Sirius membisu setelah mendengar ucapan Remus mengenai dirimu yang tidak ia ketahui.

"Go and meet her, Sirius. She needs you." Molly tersenyum sembari mendorong Sirius menuju kamarmu di lantai dua.

Setelah sampai di depan kamarmu, Sirius menarik nafas sejenak dan akhirnya membuka pintumu. Tubuhnya seketika membeku melihat Severus yang sedang duduk di samping kasurmu sembari menggenggam erat tanganmu.

"KAU?! APA YANG―"

"Pelankan suaramu, Black." Potong Severus dengan dingin. "Dia baru saja tidur."

Sebelum Sirius menarik keluar tongkatnya, Severus lebih dulu mengacungkan tongkatnya tepat di depan Sirius. "Sudah kukatakan, jangan berisik." Gumamnya rendah.

"KAU!?!―"

"Dingin.." ucapmu pelan membuat mereka semua disana menatapmu yang sedang tertidur lelap di sana. "Dingin, Severus.."

Tatapan Severus melunak, hal itu membuat mereka yang disana terkejut. Severus perlahan mendekat dan memeriksa suhumu. Sesuai dugaannya, demam.

Melihat pemandangan itu, Sirius benar-benar kesal. Kenapa harus di rambut berminyak itu dan putrinya?!

"Mate," panggil Remus sembari tersenyum. "Kali ini, kita percayakan saja padanya."

"Apa kau bercanda?!" Sirius tidak terima.

"Ayolah, kau tidak lihat tatapannya tadi? Seorang Slytherin sangatlah setia dan kita baru saja melihatnya." Sirius terdiam. Ia kembali menatap Severus yang merawatmu dengan baik, bahkan lebih baik dari dirinya sebagai seorang ayah.

Molly menepuk bahu Sirius pelan. "Y/N tidak sendiri, Sirius. She had Severus by his side who would look after her."

"Dia bahkan lebih baik darimu." Tambah Molly menyindir dan segera menarik Sirius yang lemas keluar dibantu oleh Remus.

Kau perlahan membuka matamu dan menatap Severus. "Ada apa?" Tanyanya.

"Peluk, ini sangat dingin." Ucapmu lemah.

Severus tersenyum dan menaikki kasur dan berbaring di sebelahmu. Segera kau memeluknya dan menenggelamkan wajahmu pada dadanya.

"I'm always here, with you. Because you're not alone." Ucapnya dan mengecup bibirmu pelan. "Aku menyayangimu."

"Aku juga, Sev.."

END.

𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang