Aku sedikit meringis saat Kak Lisa menyebut kata habitat. Itu sebutan para peneliti untuk bagian gedung yang berisi sel-sel subjek, tapi aku tidak tega untuk menggunakannya. Di mataku, subjek-subjek itu tetap terlihat sebagai manusia.

Di depan pintu ganda, aku dan Danum menunggu sementara Kak Lisa meletakkan kartunya di pemindai. Segera setelah pintu terbuka, Kak Lisa berjalan mendahului sambil mengetikkan sesuatu di tablet pintar yang ia bawa.

Suasana lorong lebar itu berbeda sekali dengan saat sarapan pagi. Kini, lorong diisi oleh para subjek yang berkumpul sambil mengobrol dengan santai. Lantai di bagian tengah lorong membuka, dan dari sana muncul sebuah meja besar berwarna putih polos dan kursi-kursi makan.

Kak Lisa memberi gestur padaku dan Danum untuk masuk. Tepat saat aku berada di ambang pintu, para subjek menyadari keberadaanku.

“Hei, kau, Orang Baru!” sapa Subjek 04 riang. Aku tersenyum tipis, sedikit canggung. Melihat subjek-subjek itu tanpa dibatasi jendela dan pintu-pintu baja seperti ini, membuatku menyadari bahwa rupa mereka memang luar biasa menarik. Meskipun begitu, pada wajah-wajah yang nyaris sempurna itu juga dihiasi oleh bekas-bekas luka.

Aku meletakkan nampan diatas meja dan mengumpulkan keberanian untuk balas menyapa Subjek 04, “hai, bagaimana kabarmu?”

Tanpa perlu melihatpun, aku bisa merasakan semua mata tertuju padaku, termasuk Kak Lisa dan Danum. Subjek 04 tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang putih bersih. Lagi-lagi ia terlihat seperti memendarkan cahaya halus.

“Kabarku tidak baik dan tidak buruk,” jawabnya, masih memperlihatkan cengiran.

Aku belum sempat menjawab saat suara dingin Kak Lisa memanggilku, “Ran.”

Teguran kecil. Aku mengangguk mengerti, dan berbalik. Kak Lisa mengedikkan dagu ke pintu. Tanpa menunggu lama, aku dan Danum langsung melangkah kembali ke balik pintu ganda.

Matahari sudah terbenam saat aku, Kak Lisa, dan Danum keluar dari Gedung Bayasura, bersiap untuk pulang. Lampu-lampu menerangi jalanan yang kami lalui dari Bayasura ke Gajasura. Beberapa opsir masih terlihat mondar-mandir, walaupun tidak banyak. Mayoritas sudah kembali ke barak mereka di dekat Lawasura.

Kami berjalan dalam diam, hingga sampai di gerbang utama fasilitas. Kak Lisa meletakkan kartunya di mesin pemindai, dan gerbang perlahan bergeser membuka. Aku menatap gerbang baja itu, yang sedikit demi sedikit memperlihatkan pemandangan di baliknya. Tampak bis kuning sudah menunggu di luar, tetapi badai berkecamuk dalam kepalaku. Aku masih penasaran dengan subjek-subjek di dalam sana, ingin mengenal mereka lebih dekat.

Mata hitam segelap batu onyx kembali melintas di kepalaku.

Ini adalah kesempatan. Aku berseru pada Kak Lisa, “Kak, kayaknya ada barangku yang ketinggalan di kantor. Kakak duluan aja.”

Kak Lisa yang sudah berada di sisi lain gerbang menoleh kaget. “Tapi ini sudah malam. Kamu nggak apa-apa sendirian?”

“Nggak masalah. Cuma sebentar kok.”

“Yasudah, kalau masih ada opsir, minta antar saja sampai gerbang sini,” tambahnya tepat sebelum gerbang baja itu tertutup sempurna.

Satu detik, dua detik. Aku menenangkan diri, menatap gerbang baja yang masih menutup.

Tanpa berpikir, aku berbalik dan lari secepat yang kubisa menuju Bayasura.

Di depan pintu ganda, aku merogoh tas, berusaha menemukan ID card-ku sendiri. Kartu hitam itu kutemukan di dasar tas, dan tanpa membuang waktu, aku mendekatkannya pada mesin pemindai.

Sebelum kartu menyentuh mesin, aku ragu sesaat. Apakah ini memang tindakan yang benar? Bagaimana kalau ada yang mengetahui aku masuk secara diam-diam seperti ini dan memutuskan untuk menghukumku?

Namun, rasa penasaranku jauh lebih besar.

Dengan mantap, aku menempelkan kartu pada mesin. Terdengar bunyi halus saat kartu dipindai, disusul suara berdenting dan lampu indikator pun berkedip hijau. Aku menghela napas lega. Pintu ganda mulai terbuka, dan aku bisa mendengar suara-suara para subjek di dalam sana.

Aku melangkah masuk, dan suara-suara itu menghilang seiring dengan para subjek yang terperangah. Menyunggingkan senyum terbaikku, aku mengangkat tangan.

“Hai semuanya.”

Notes
Ternyata aku masih punya draft Jaga! Mungkin akan ku-update sedikit-sedikit tiap 3-4 hari sekali sampe cadangannya abis. Masih ada lumayan banyak, tapi jujur aku belum nulis sampe ending 😅 jadi sedapetnya dulu yaa~

J A G AWhere stories live. Discover now