Prolog

63 20 23
                                    

Semester 2 akan dimulai tiap sekolah mulai aktif kembali pembelajarannya. Akan tetap ada suatu peristiwa yang tidak mengenakkan bagi Dini. Siapa sangka omongan orang bisa membuat sikap orang berubah. Akan tetapi, tidak akan ada habisnya jika kita mengejarnya dengan menuruti semua kesempurnaan atas dasar omongan orang lain. Dini siswa yang terkenal polos dan tidak pernah bermasalah dan disayangi oleh guru-guru serta penjaga asrama kini dibenci oleh orang yang dulu membanggakannya dan dia kecewa dengan sikap Dini. Padahal Dini tidak bersalah. Ini awal mulanya.

"Pak saya mau menjawabnya," ucap Dini.

"Boleh silahkan Dini," ucap Pak Beni.

"Jawabannya A," ucap Dini.

Satu kelas tertawa. Dini menahan nangis.

"Bodoh banget," ucap Rifat.

"Rifat kamu yang sopan," ucap Pak Beni.

"Baperan banget," bisik Rifat.

Bel istirahat pun berbunyi.

"Baik anak-anak silahkan keluar main nanti kita lanjutkan," ucap Pak Beni.

Tak lama Pak Beni mulai menjauh dari pintu kelas.

Raina melihat Dini menelpon.

"Kamu kenapa Dini?" ucap Raina.

"Siapa lagi? gara-gara Rifat," ucap Dini menahan emosi sambil mengeluarkan air matanya.

Telepon Dini diangkat oleh ayahnya.

"Ayah anak teman ayah si Rifat ngata-ngatain Dini," ucap Dini menangis kencang.

"Ayah datang ke sekolah ya?" ucap Pak Lukman.

Tiba-tiba Pak Beni datang ke kelas dan memanggil Dini.

"Dini kamu kenapa? Selesaikan baik-baik sini cerita sama bapak dulu," ucap Pak Beni.

"Gausah ayah, udah dulu ya ayah nelponnya," ucap Dini.

Dini melangkah mendekati Pak Beni.

"Kalau ada masalah cerita ke Bapak dulu, bapakkan kaget kamu tiba-tiba nangis," ucap Pak Beni.

"Itu saya sakit hati sama Rifat pak," ucap Dini.

"Haikal tolong panggilkan teman kamu sekarang," ucap Pak Beni.

"Baik Pak," ucap Haikal.

Rifat memasuki kelas.

"Ada apa panggil saya pak?" ucap Rifat.

"Minta maaf ke Dini," ucap Pak Beni.

"Maaf," ucap Rifat sambil berjabat tangan dengan Dini.

Haikal tiba-tiba batuk.

"Apasih lo," kesal Rifat.

"Orang sakit, lo yang kenapa," ucap Haikal.

"Nah tu kan bagus udah akur, yaudah kalian yang ada dalam kelas istirahat semua manfaatkan waktu istirahat sebaik-baiknya," ucap Pak Beni sambil meninggalkan kelas.

"Kamu gapapakan?" ucap Juan.

"Gapapa," ucap Dini.

"Sabar ya mereka emang kaya gitu mulutnya ga bisa direm kayak motor," ucap Juan.

"Ha?" ucap Dini.

"Lemot bener," ucap Juan dalam hati sambil tersenyum pada Dini.

"Engga ada, btw lo kenal gue siapa?" ucap Juan.

"Siapa?" ucap Dini.

"Gue Juan, lo Dini kan?" ucap Juan.

"Oh, iya," ucap Dini.

"Ayo istirahat bareng gue," ucap Juan sambil keluar dari kelas.

Dini mulai mengikuti dari belakang. Juan menoleh ke belakang.

"Lo ngapain disana, kaya mata-mata aja lo sini samping gue ntar kalau ada yang makan lo gue pukul," ucap Juan.

Dini mulai berjalan disamping Juan.

"Lo jurusan apa pas awal masuk sini?" ucap Juan.

"IPA, lo?" ucap Dini.

"Ga asik sama, kalau pacaran tuh cocoknya beda jurusan," ucap Juan.

"Yang mau pacaran sama lo siapa?" ucap Dini.

"Lo kan siapa lagi? lagian gue banyak yang ngantri gue kan ganteng mumpung lagi nyari cewe nih," ucap Juan.

Dini diam menghiraukan Juan dan tetap berjalan.

REBEL (ON GOING)Where stories live. Discover now