Part 16 | Chance and Gift

81.8K 12K 193
                                    

Algerion benar-benar menepati perkataannya, lelaki itu pergi keesokan harinya. Bahkan, Neva dan Ellio mengantar kepergiannya dari depan rumah. Tak lupa juga, Neva memberikan sebuah kenangan untuk lelaki itu. Akan dipakai atau tidak, Neva tak peduli. Ah, memikirkan kembali Neva merasa wajahnya memanas, dia malu sekali!

Oh ya, sebelum pergi lelaki itu juga berpesan kepada Neva agar Ellio dapat mengikuti kompetisi perebutan beasiswa di ibukota. Dengan bakatnya, Ellio pasti bisa memenangkan kompetisi itu.

Neva sebenarnya tak memiliki banyak masalah, tetapi ada satu masalah yang membuatnya sangat tertekan yaitu lokasi pelaksanaan serta akademi itu berada, semuanya terletak di ibukota.

Dan kalian tahu sendiri bukan, di ibukota merupakan tempat tinggalnya Jenderal Algerion Eckbert—yang tak lain adalah ayah Ellio!

Nevara —si pemilik tubuh asli— saja sampai kesini untuk bersembunyi darinya, lalu apakah dirinya akan kembali ke ibukota dan menampakkan diri secara terang-terangan?!

Tetapi, Neva juga memikirkan Ellio. Putra kecilnya itu harus belajar di akademi agar bakatnya dapat dikembangkan, mendapat banyak teman, serta memiliki masa depan yang cerah.

Putranya itu seharusnya ditakdirkan menjadi seorang yang bersinar cerah di masa depan. Apalagi lelaki kecil itu juga keturunan bangsawan, tak sepantasnya tinggal di tempat kecil ini untuk selamanya. Neva juga tak ingin membatasi perkembangannya. Jadi, haruskah dia membiarkan Ellio ke ibukota dan mengikuti kompetisi itu?

"Nak, apa kau ingin mengikuti kompetisi di ibukota? Jika kau menang kau bisa mendapat beasiswa dan menjadi murid dari akademi Equella, yang mana merupakan akademi terbaik di kerajaan ini."

"Masuk akademi terbaik kerajaan?" Mata Ellio berbinar cerah mendengar itu. Merupakan impian semua anak untuk bisa masuk ke akademi terbaik kerajaan.

Tetapi dia tak mau jauh dari ibunya. Ibukota jauh dari tempat tinggalnya ini. Mata Ellio meredup, dia lalu menatao ibunya sambil menggeleng pelan. "Tidak perlu, Bu! Ellio mau disini saja sama ibu."

Hati Neva menghangat mendengar penuturan Ellio. Lelaki kecil itu sungguh pengertian kepadanya. "Terima kasih Nak, sudah memikirkan ibu."

Wajah Ellio memerah malu, "He'eum!"

Walau tidak dapat pergi ke akademi, setidaknya bisa bersama sang ibu yang menyayanginya, Ellio sudah sangat senang.

"Tapi, jika Ellio ingin belajar di akademi itu, ibu juga akan mengikuti Ellio kesana. Nanti ibu akan menyewa atau membeli rumah di ibukota, agar setiap weekend Ellio bisa pulang ke rumah nanti dan kita dapat menghabiskan waktu bersama."

Mata Ellio kembali berbinar-binar. "Benarkah, Bu?!"

"Iya, apapun untuk putra tersayang ibu!" Neva mengangguk dengan senyuman.

Tidak peduli permasalahan apa yang ditinggal pemilik tubuh asli, dia harus menghadapinya. Berhubung ada kesempatan, Neva harus mencobanya. Semua demi masa depan putranya!

"Terima kasih, Bu. Ellio saaayang ibu!" Ellio memeluk ibunya dengan hangat dan penuh sayang.

***

Sosok lelaki gagah nan rupawan kini sedang duduk mengerjakan tugas-tugasnya dengan serius. Tatapannya yang tajam menyapu lembar dokumen dengan sangat hati-hati dan teliti. Tak membiarkan sedikitpun kesalahan terjadi.

Sosok yang tak lain adalah Algerion itu telah kembali ke kediamannya selama lebih dari seminggu. Hari-hari ini dia telah sibuk mengerjakan semua tugas yang telah ditinggalkan sebelumnya. Meskipun dia seorang Jenderal, dia juga merangkap sebagai kepala keluarga Eckbert. Tentu saja, dapat dibayangkan seberapa sibuknya dia.

Tiba-tiba lelaki itu merindukan putranya, bagaimana keadaan lelaki kecil itu sekarang? Lalu sosok wanita tiba-tiba juga melintas dipikirannya. Siapa lagi kalau bukan Neva—ibu dari putranya itu?

Ah, Algerion ingat sebelum pergi hari itu, wanita itu memberikan sesuatu kepadanya, sebuah benda dilapisi kertas pembungkus hitam polos.

Algerion mengambil benda itu dari lacinya, memperhatikan kalau benda itu tak berat sama sekali. Apa isinya ya? Algerion bertanya-tanya dalam hati, penasaran.

"Apa ini?"

Usai membukanya, Algerion mengeluarkan benda itu. Melebarkan benda yang berasal dari potongan kain itu. Ternyata sebuah baju!

Jika diperhatikan, baju ini tidak terbuat dari kain mewah atau mahal, tetapi entah kenapa memiliki pesonanya sendiri, dapat dilihat dari desainnya yang indah dan unik.

Entah kenapa hati Algerion terasa berbunga saat ini.

Tok! Tok!

"Masuk!"

Algerion melipat kembali baju pemberian Neva dengan hati-hati, seakan memperlakukan benda rapuh yang mudah rusak.

Seseorang yang baru saja mengetuk pintu, akhirnya masuk. Orang yang tak lain adalah sekretaris Algerion melihat bosnya itu sedang melipat baju, tak bisa menahan diri untuk tertegun.

Dia adalah Jenderal, lho!

Pegangannya selain pena adalah pedang. Kini, melihatnya melipat baju semacam itu membuatnya agak terlihat aneh. Lagipula, pekerjaan melipat baju walaupun sesedehana itu selalu dilakukan oleh para maid. Lalu, kini apa yang membuat Jenderal melakukannya sendiri?

Setelah mengucapkan salam hormat, sekretaris yang bernama Calvin Ricchardo itu mulai melapor. "Seperti yang telah Anda minta sebelumnya, Jenderal. Kami telah mendiskusikan dengan kepala akademi perihal penambahan dana beasiswa yang Anda katakan. Kepala akademi Equella tentu sangat senang mendengarnya, dan tentu tak ada penolakan atas prasyarat yang Anda berikan."

Calvin terus mengatakan hal yang perlu dilaporkannya. Lelaki itu sebenarnya agak bingung soal penambahan dana untuk murid yang akan menerima beasiswa tahun depan. Sudah bertahun-tahun dana yang diberikan keluarga Eckbert tak mengalami perubahan maupun peningkatan. Tetapi kali ini, setelah Jenderal kembali dari masa pemulihannya, kenapa seolah banyak yang berubah darinya?

Calvin tak tahu apakah itu hanya perasaannya atau bukan. Adapun jika benar, dia sama sekali tak punya hak untuk mengatur sang Jenderal kan?

Dia hanya bawahan okay, yang mana harus selalu menaati perintah atasan.

Kembali pada Algerion yang senang setelah mendengar laporan sekretarisnya. Dengan dana yang lebih banyak, putranya secara alami akan lebih mudah dalam membeli segala macam keperluan selama belajar di akademi.

Algerion sendiri sudah sangat yakin putranya akan memperoleh beasiswa itu. Dengan kemampuan serta kejeniusan putranya, lelaki itu yakin tak ada yang mampu melawan putranya.

Dan sudah dipastikan, beasiswa juara pertama itu pasti menjadi milik putranya!

Algerion tak sabar menantikannya.

***

Tbc.

Mother Of The Villain [END]Where stories live. Discover now