Part 9 | Being Ellio's Master

99.3K 13.4K 127
                                    

Algerion yang sudah pulih memilih keluar rumah untuk mencari udara segar. Bahkan, beberapa tetangga telah mengenalinya sebagai kakak sepupu Neva. Itulah yang disepakati sebelumnya agar tidak menimbulkan gosipan.

Algerion mengamati desa kecil yang tampak asri ini. Jaraknya cukup jauh dari ibukota. Pantas saja dia tak dapat menemukan pelayan kecil itu dulu karena pelayan itu benar-benar bersembunyi sangat jauh.

Dan yang membuat Algerion heran. Ini tentang Nevara sendiri. Menurut informasi dari para tetangganya, wanita itu sebelumnya sifatnya sangatlah buruk. Bahkan pada anaknya sendiri, si Ellio kecil. Namun, entah mengapa beberapa hari sebelumnya ini katanya sifatnya tiba-tiba berubah. Yap, berubah menjadi ibu yang penuh kasih.

Algerion tidak tahu apa yang membuat sifat seseorang berubah secara drastis?

Mengapa demikian?

Untuk sementara dia akan mengesampingkan pertanyaan ini. Tetapi jika dia tahu bahwa perubahan sifat si pelayan kecil itu hanya kepura-puraan saja dan kembali menyiksa putranya, dia yang akan menyingkirkannya sendiri!

Yap, dia sungguh tak tahan mendengar cerita kalau putra kecilnya seringkali dilecehkan oleh ibunya sendiri!

Andai saja, wanita itu masih bersifat seperti itu. Maka dia tak segan-segan untuk langsung memenggalnya!

Tetapi perubahan akan sifatnya juga ketergantungan putra kandungnya pada pelayan kecil itu saat ini, dia menjadi ragu. Untuk saat ini, dia akan mengamati dulu sikap wanita itu!

"Eh, kau katanya sepupunya Nevara ya? Katanya kau juga prajurit seperti mendiang suaminya? Apa kau sudah menikah? Kalau belum, aku mempunyai keponakan yang cantik dan masih muda bla bla bla..." Orang itu tampaknya ingin menjadi makcomblang bagi keponakannya.

Algerion hanya diam mendengar ocehannya.

"Bagaimana? Apa kau merasa tertarik?" Orang itu akhirnya mengakhiri perkataannya.

"Tidak tertarik." Algerion meliriknya dengan dingin lalu berlalu pergi tanpa menunjukkan sopan. Sebagai Jenderal yang berdarah dingin, dia sudah terbiasa tak bersopan santun di depan orang lain. Bahkan untuk yang posisinya lebih tinggi darinya, seperti raja dan para mentri, walau memperhatikan kesopanan namun jenderal masih cukup dingin.

"Hei, dasar tak tahu sopan santun! Memang ya tak jauh beda dengan sepupunya yang juga tak tahu malu itu!"

Meski masih mendengar ejekan orang itu, Algerion acuh tak acuh. Dia tak peduli. Bagaimanapun itu bukan seorang yang penting baginya!

"Dasar anak haram!"

"Tidak punya ayah!"

"Pembohong!"

Saat berkiling desa lebih jauh, Algerion tiba-tiba mendengar kata-kata cacian yang tampaknya terlontar dari mulut anak-anak.

Awalnya dia tak ingin peduli, namun entah bagimana hatinya tiba-tiba tergerak ingin melihat situasi di depan.

Dia melihat seorang anak kecil berjongkok dengan kedua tangan yang menutupi telinganya. Terlihat sangat menyedihkan. Algerion sontak merasa tubuhnya menegang. Dari postur tubuhnya yang kecil dan ringkih, dia mengenali siapa anak itu!

Mother Of The Villain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang