20.5 [Intermezzo] [M] Cuddle

3.5K 281 63
                                    

***

"Mau apa sayang?"

***

Kania merasakan lengan kanannya pegal, seperti sedang ada beban, yang mengganggu tidurnya. Ia pun membuka mata, mengerjapkan mata untuk menyesuaikan diri kala cahaya matahari telah nampak silaunya.

Rupanya silau itu sudah terlalu terang, tanda pagi hari telah datang. Kania mengerjapkan matanya sekali lagi untuk menyadarkan diri.

Uh, pantas saja lengannya terasa pegal, berat, dan sakit. Ia lupa bahwa pagi ini, seorang wanita menemaninya tidur.

Kania tersenyum. Tersenyum senang sekaligus tersenyum sebab lengannya yang terlalu mati rasa. Duh, ia sudah sangat ingin menarik tangan kanannya itu, tetapi ia khawatir pergerakannya akan membangunkan wanita di depannya.

Tetapi posisi ini sungguh tidak menguntungkan. Maka setelah pertimbangan beberapa saat, Kania pun memutuskan untuk menarik lengannya dari bawah leher wanita di dekapannya itu.

Begitu sudah terlepas, ia lantas mengangkat tangannya ke atas, dengan posisi telentang. Ya ampun, rasanya kebas sekali. Ide tentang tidur berpelukan semalaman ternyata tidak terasa seromantis itu. Tidak lagi ia mencoba hal itu lagi setelah ini.

"Uh, udah bangun sayang?"

Kania menoleh atas suara parau khas orang bangun tidur yang barusan menyapanya.

Kania mengangguk, tersenyum. Lantas memiringkan badannya agar ia bisa menatap wanita di depannya dengan sempurna.

"Huum, barusan. Mbak Ayu kebangun gara-gara aku gerak ya? I'm sorry.."

Ayunda tersenyum, dengan mata yang masih berkedip lemas, "It's okay. Pasti tangannya jadi mati rasa sekarang."

Kania mengangguk, lalu berucap seperti anak kecil yang sedang mengadu, "Nggamau bohong, jadinya aku jawab iya, sakit. Uh kebas. Kepala Mbak Ayu berat banget sih."

Ayunda tertawa, ia tak marah. Karena kegiatan mereka semalam dan suasana pagi ini yang ia lihat. Uh, Ia merasa sangat bahagia.

"Mana sayang yang sakit? Siniin," tanya Ayunda dengan sepenuhnya menatap Kania yang posisinya setengah miring.

"Ini, lengan kanan ku," ucap Kania merengek, dengan gestur mengangkat tangannya ke atas, ke langit-langit kamar.

Ayunda tertawa. Ia lantas mengangkat badannya, dengan menumpunya menggunakan lengan kiri. Lalu meraih lengan kanan Kania yang terangkat ke atas, dan membawanya kembali ke kasur untuk diciumnya.

cup. cup. cup. cup

Kania tak bisa untuk tidak speechless atas hal yang dilakukan Ayunda sekarang. Astaga demi apapun, jantungnya berdebar kencang seiring dengan bibir manis milik wanitanya mengecup seluruh bagian tangan kanannya, dari lengan polosnya, hingga pergelangan tangan.

"Udah. Nanti stretch lagi ya, gerakin ke semua arah, biar engga kerasa kaku lagi," ucap Ayunda dengan senyuman manis setelah sesi ciuman itu selesai, sembari mengusap lembut pipi Kania. Posisinya masih sama seperti sebelumnya, menumpu badan dengan menggunakan tangan kiri.

"Mm, tapi masih sakit, mau lagi," ucap Kania pelan, dengan pandangan mata yang tidak sanggup membalas tatapan intens Ayunda. Ya ampun, kalau ia membalas tatapan wanita di depannya, bisa-bisa sesi bercinta mereka akan berlanjut di pagi ini.

Ayunda tertawa tipis, "Mau apa baby?"

Kania bergumam, "Mm yang kaya barusan."

Ayunda tersenyum geli, "Mau cium?"

Renjana [√]Where stories live. Discover now