30. [END] [M] Renjana

2.8K 119 19
                                    

***

Mereka lah Renjana, rasa-rasa hati yang kuat.

***

(Lanjutan cerita sudah di upload di Trakteer)

Kania sengaja duduk di balkon setelah ia mandi, dengan ditemani secangkir teh hangat, untuk menikmati angin dan langit malam kota Bali. Sedikit ia menyesap teh untuk membantunya rileks atas pikiran yang lagi-lagi mengganggunya sekaligus sebagai penghangat diri di tengah dinginnya malam.

Pembicaraannya dengan nenek teman Kanaka tadi sore sukses membuat pikirannya terbang kesana kemari. Rencananya untuk menikahi Ayunda di negeri luar, kini ia batalkan sendiri. Dipikir-pikir memang tak memungkinkan untuk melakukan itu. Selain karena pertimbangan karier dan keluarga, juga pertimbangan anak-anak Ayunda.

Bisa saja Ayunda menjelaskan bahwa kini ia memiliki pasangan baru, yaitu dirinya, pada Anne dan Naka. Tetapi apakah itu solusi? Bagaimana kalau anak-anak Ayunda tak menerima bahwa mommy mereka justru memiliki istri, dan bukan suami?

Kania menyesap tehnya lagi, berharap keputusan yang ia buat kali ini tidaklah salah, berharap Ayunda tak marah akan keputusan ini, berharap Ayunda tetap senang atas hubungan tanpa status resmi mereka sampai waktu lama nanti.

Kania mengangkat bahunya, dingin terasa. Ternyata secangkir teh tak dapat membuatnya rileks. Tak juga dapat menghangatkan dirinya dari dinginnya angin malam Bali. Ditambah lagi, ia hanya mengenakan atasan piyama tipis, dengan kondisi rambut yang masih basah setelah keramas, dan belum ia keringkan menggunakan hair-dryer. Jadilah, dingin semakin terasa menusuk kulit.

Kania tersenyum saat kehangatan terasa, lewat pelukan dari tangan yang tiba-tiba melingkar di lehernya. Dari harum tubuhnya saja, ia sudah bisa menebak siapa yang memeluknya dari belakang. Ditambah lagi ciuman kecil di ujung kepala Kania. Siapa lagi kalau bukan wanita-nya?

"Hei, udah selesai mandi?" ucap Kania sambil senyum.

Ayunda tersenyum sambil mengangguk sebagai jawaban. Ia lalu sengaja duduk di pangkuan Kania, dengan posisi menyamping, "Kenapa, kaget ya?"

Kania tersenyum manis, lalu menggeleng, "Nggak terlalu sih."

Ayunda lalu menyandarkan kepalanya ke leher dan pundak Kania, dengan duduk menyamping, tangannya memeluk pinggang wanita itu, "Abisnya kamu ngelamun lagi. Kenapa? Berantem sama Ayah karena hubungan kita? Atau masalah kerjaan? Atau ada hal lain yang kamu pikirin?"

Kania tersenyum kembali. Ia hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kamu bohong. Tell me babe. Masalah kamu juga masalah aku mulai sekarang."

Kania lagi-lagi hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya, "Nggak kok, ngga ada apa-apa. Lagian kalopun ada, aku juga ngga pengen bagi. Biar aku aja yang rasain susahnya. Kalo dibagi sama kamu, itu buat senengnya aja."

Ayunda tertawa, "Dih, malah ngalus."

Kania tersenyum kembali. Ia lantas memegang sebelah tangan Ayunda yang ada di pipinya, lalu memindahkan tangan itu agar memeluk lehernya. Betul, mereka kini berpelukan.

Kania terdiam sebentar, menikmati pelukan hangatnya dengan Ayunda, sembari mengusap lembut punggung wanita itu, "I'm serious. Kamu udah take so much risk just to be with me. Masalah kecil, enggak seharusnya aku bagi ke kamu. Malah nanti bikin beban pikiran aja."

Ayunda tersenyum sekilas, "Aku nggak setuju kali ini. Kebiasaan kamu mikir apa-apa sendiri itu yang bikin kita pisah 11 tahun lalu, remember? Jadi, please, tell me, Ken. Ada apa hari ini? Kamu jadi lebih banyak diem. Pasti ada hal lain yang lagi kamu pikirin."

Kania terdiam sebentar. Ia masih tetap pada posisinya semula--memeluk pinggang Ayunda dari samping dan meletakkan kepalanya di atas bahu wanita itu. Sedikit pembicaraan tercipta. Dan ujungnya, sudah tahu akan dibawa kemana kan?

(Lanjutan cerita sudah di upload di Trakteer)

Ruang kamar sepetak itu lah yang menjadi saksi kegiatan mereka semalaman suntuk. Ruang kamar itu lah yang menjadi bukti bahwa kepuasan, kebahagiaan, dan kebebasan telah berhasil mereka dapat setelah penantian panjang yang telah mereka lalui.

Lihat, mereka bertahan. Dari seluruh mendung yang pernah datang menyapa. Dari tajamnya lidah tak bertulang milik manusia-manusia. Dan dari segala penantian yang akhirnya menemukan perujungannya.

Mereka bersama. Setelah penantian yang panjang. Setelah semua rasa sakit yang ditorehkan. Setelah segala sesak yang tertahan. Dan setelah begitu banyak pengorbanan perasaan.

Mereka bersatu. Untuk semua sendu yang telah terlewatkan. Untuk semua kasih yang sudah terucapkan. Untuk semua hati yang sudah dikorbankan. Dan untuk mereka, kebahagiaan.

Benar, kini adalah mereka. Mereka yang tak menyerah meski sempat goyah. Mereka yang kuat untuk bertahan sedikit lebih lama. Dan mereka yang akhirnya saling menjalin kuatnya rasa.

Inilah kuatnya rasa. Rasa rindu, rasa kecewa, rasa sesak, rasa bahagia, puas, dan rasa-rasa lain yang berpadu satu menjadi sebuah rasa hati yang kuat. Rasa hati yang tak terkalahkan. Benar kan? Renjana.

________

FIN.

Renjana : rasa hati yang kuat

Yeayy! It's finish already. Thanks for ur support so far guyss.

Extra chapter akan saya kirimkan lewat email mulai minggu depan. Nanti saya kabarin kalau udah semuanya saya kirim. Spoiler extra chapter akan saya upload hari ini atau besok ya, see u!

Oh iyaa, saya kepikiran buat cerita baru. Choose and vote what kind of story u want me to write, on the next chapter ya. Stay tuned!

Renjana [√]Where stories live. Discover now