2. Gadis Kecil

8.4K 1K 210
                                    

***

"Gadis kecil yang miliki senyum indah, itu persis seperti senyummu."

***


Kania berada di rumah ayahnya sekarang. Lelaki itu menyuruhnya datang ke kediaman Winata untuk yang pertama kalinya. Kebetulan Kania tak begitu sibuk, jadi ia bisa mengiyakan ajakan tersebut.

Selain itu, ini juga kali pertamanya berkunjung ke rumah besar keluarga ayahnya. Sudah enam tahun setelah pertemuan dengan ayahnya, tetapi ia sama sekali belum bertemu dengan keluarga baru lelaki yang dipanggilnya "ayah" itu. Maka sekarang, disinilah ia, di depan pintu masuk rumah, baru akan memasukinya.

Pintu putih berbahan kayu itu diketuknya.

"Iya, sebentar."

Kania menghentikan ketukan di pintu ketika telinganya mendengar suara itu. Suara bariton yang amat sangat dikenalnya.

"Ahh, akhirnya anak ayah datang juga," ucap orang itu ketika pintu telah terbuka.

Kania tersenyum, "Sore, ayah."

Mereka lantas berpelukan. Kania merasa senang dan bersyukur atas pelukan itu. Beberapa bulan belakangan tak ada waktu bagi Kania untuk menemui ayahnya. Dan, ketika pertemuan itu ada, ia sangat mensyukurinya.

"Opa, Who's there?"

Kania melihat siapa yang berbicara. Yang barusan, adalah suara seorang anak perempuan yang ia taksir masih berumur empat tahunan--atau mungkin kurang dari itu.

Ayah Kania lantas melepas pelukan mereka. Lelaki itu berbalik untuk melihat seseorang di belakang yang barusan berbicara.

"Come here, Ann," ucap lelaki itu sambil mengayunkan tangan, menyuruh anak perempuan di belakang agar mendekat.

Kania melihat bocah itu berjalan mendekati mereka. Mata anak itu tak lepas menatap dirinya. Kania jadi kikuk, astaga pandangan matanya mengapa bisa terlihat sangat tajam seperti itu?

"Ini auntie kamu. U can call her as Ken."

Kania merasa terkejut untuk beberapa saat. Dia sempat melupakan fakta bahwa ayahnya memiliki keluarga baru, yang tentu saja mereka memiliki anak. Tetapi Kania sama sekali tak menyangka bahwa saudara tirinya lebih tua dari dia. Terlebih lagi, saudara nya sudah memiliki buah hati.

"Auntie? Ken?"

Kania menghilangkan pikirannya, ia juga mengalihkan tatapannya untuk melihat bocah kecil yang kini menaikkan alisnya lucu.

"Yup. She's ur auntie."

Bocah itu melihat ke arah Kania. Merasa ditatap, kania lalu melambaikan tangannya kaku sambil tersenyum.

Bocah itu menyipitkan mata, menatap Kania dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Hai, auntie Ken!" sapa perempuan itu tiba-tiba dengan riang. Kania semakin tersenyum, gemas ketika melihatnya dengan senyum lebar lengkap dengan mata yang menyabit.

"Hi, girl!" sapa Kania tak kalah riang. Ia lalu berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka.

"What do I call u?"

"An."

"Uh? Just An?" ucap Kania sambil membentuk huruf 'A' dan 'N' dengan tangannya.

Bocah itu mengangguk antusias, "Yups. Anne---A. n. n. e auntie."

Kania tersenyum kala anak itu tersenyum riang. Lucu sekali. Saking gemasnya, Kania lantas mengusap lembut rambutnya.

Renjana [√]Where stories live. Discover now