2.18 Behind the Accidental Maker

Start from the beginning
                                        

"bukannya kita lebih sinting nurutin kemauan dia?"

"tinggal fakultas Kedokteran." Mark mengingatkan,

"Jeno mana? biar dia yang ngelobby, jadi kita nggak perlu diem-diem nyisip undangan di mading," tukas Chenle memberi saran.

Di tengah remang lorong tanpa siraman sorot cahaya, siluet seseorang dengan sebuah ondol ondel berkuncir dua semakin mendekat. Semakin dekat, senyum gigi yang belum penuh itu terlihat. Balita berusia 4 tahun itu menggendong boneka kucing yang barusaja dibelikan pamannya ketika di tengah jalan ia merengek meminta untuk memelihara kucing, padahal Lee Bluena alergi dengan bulu kucing. Akhirnya karena si kaya dari Jakarta Selatan itu tidak tega kala Bluena Lee hampir ngecas karena keinginannya tidak terkabul, dia embelikan boneka kucing paling mahal di pedagang trotoar keliling yang melewati mereka.

"Anying maneh teu Jenonjing ! Ngapain bawa Srintiludin!"

"QYAAA Hacan!!" teriaknya girang lompat-lompat di gendongan Jung Jeno untuk menyambar laki-laki asal Bandung disana. Beruntung Jeno kuat menahannya, jika tidak Bluena akan lompat dari gendongan Jeno menuju pelukan Haechan, dan sudah dapat dipastikan 100 persen Haechan akan menghindar dan balita itu akan tersungkur di sembarang lantai.

            
"Anjing lu pada serius nyebar undangan kawin di mading?" sarkas Jeno menyadari perbuatan bodoh sahabat-sahabatnya.

"Apa gue bilang! Renjun itu sinting! Kalian nih nurut-nurut aja!" marah Jisung yang setengah ikhlas melakukan kegiatan tidak berfaedah baginya ini.

"Dia beneran cashless? I mean ga bikin undangan secara personal?" tanya Jeno memastikan lagi

"Nope, kalau cashless gue rasa ini lebih extravagant." balas Mark, mahasiswa ilmu komunikasi.

"So perkiraan tamunya? Apalagi tenggat waktunya tinggal 2 minggu."

"Unlimited." timbrung Mark

"Sok iye banget si bangsat." Lanjut Haechan mencemooh Renjun yang menyuruh teman-temannya menyampaikan undangan pernikahan di setiap mading Fakultas di SBU. Katanya siapa saja boleh datang.

"Yang fakultas kedokteran siniin. Gue foto terus share gc."

"Ente liat undangannya! template canva tanpa modif! pdahal junot bisa minta tolong ka aing sebagai anak dkv!" semprot Haechan marah-marah.

"Nikahan paling terganiat seumur hidup gue sebagai orang miskin menengah." kini Chenle turut berkomentar.

"Lu miskin menengah terus gue apa nyet?"

"Mmh onyet onyet.."

Bluena sibuk memperhatikan teman-teman pamannya lalu menggeyal geyolkan krpalanya ke kiri dan kekanan menebar pesona, dengan seperti ini dia merasa paling cantik sedunia.

"Firasat aing buruk nih kalau srintiludin tiba-tiba diem begini."

"Laper ya?" tanya Jeno sambil mengelus surai-surai rambut tipisnya yang tidak ikut dikuncir, namun Bluena hanya menggeleng anggun lalu menyandarkan kepala kecilnya di bahu pamannya.

"Dulu cimoy bikinnya gimana ya kokbisa casingnya bang tiway softwarenya full cimoy."

"Kebetulan aja itumah casingnya mirip bang tiway, inimah anak gembeludin ama tukang panci." ceplos Haechan memberi praduga.

"haha, kok?" tanya Mark Lee setengah tertawa

"aing pernah liat dia mojok di deket warung sama tukang tambal panci!"

"ya benerin panci kali, lu jan suudzon mulu sama cimoy, jelek-jelek gitu selera dia yang tinggi-tinggi."

"anying bener juga si cimoy teu kaga ngaca, makanya di azab anaknya macem srintiludin."

Script SwiftWhere stories live. Discover now