Oh My Boss - 18

911 141 29
                                    

Normal POV

Segerombol laki-laki yang cukup menjadi sorotan lantaran paras mereka yang rupawan melenggang menyusuri terminal kedatangan. Mew berjalan di depan sementara orang-orangnya yang lain mengikuti di belakang. Seseorang yang berada paling dekat dengan Mew nampak sudah bisa bersikap biasa. Awalnya Nappan mengira hubungan dua orang ini akan menjadi kikuk karena kejadian di kantor hari ini tapi nampaknya mereka sudah bisa menyelesaikannya jadi semua terlihat kembali seperti biasa.

Mew membuka ruang obrolannya dengan seseorang pada aplikasi chat.

'Berjalanlah di sampingku jangan di belakang ku'

Kirim.

Pemuda yang berjalan mengikuti atasannya melihat sekilas pada ponselnya yang sempat bergetar tanda pesan masuk.

'Kamu buta? Ada yang lain disini bukan hanya kita. Kamu bodoh.'

Mew tiba-tiba berhenti lalu berbalik. Nappan, Gulf, Gun dan Tae yang berjalan mengikuti lantas ikut berhenti.

"Ada apa Khun?" Tanya Nappan.

"Aku dan Gulf akan menjemput Dew dan Samy ke dalam. Kalian bisa menunggu di food court dan makanlah," ujar Mew.

"Hey- maksudku Khun ini tidak adil! Bagaimana kalau aku yang ikut ke food court?!" Protes Gulf.

"Kamu seharusnya menyambut Phi mu pulang," ujar Mew.

Gulf memutar bola mata malas, "Dia hanya pergi untuk sehari. Aku tidak seantusias itu," ujar Gulf.

"Tapi ada Milk juga Gulf. Dia pacarmu," imbuh Gun kemudian.

Seketika itu Mew dan Gulf saling melihat satu sama lain.

"Jadi sebaiknya kami saja yang menunggu di food court," lanjut Gun.

Mew mengulas senyum kecil, terpaksa, "Itu benar ada pacarmu. Ayo," ujar Mew yang kemudian kembali berjalan.

Gulf memutar bola matanya dengan malas lalu mengejar Mew menyusul.

"Apa dia sedang marah? Kekanakan," dengus Gulf ketika ia mencoba berjalan secepat Mew. "Seharusnya hari ini aku yang lebih marah. Aku melihatnya sedang menindih Fon, aku memiliki seribu alasan untuk marah padanya tapi lihat aku memaafkan orang ini. Sekarang hanya karena mendengar Phi Gun menyebut Milk pacarku dia marah begitu saja. Dia seperti wanita," Gulf terus mengomel kesal saat mengejar Mew.

Mew mulai hilang ditengah keramaian pengunjung bandara sementara pemuda yang sejak tadi mengikutinya di belakang mulai menyerah. Ia memutuskan berhenti dengan perasaan yang kesal. Dia tidak peduli bosnya pergi seorang diri. Kalaupun bosnya dalam bahaya Gulf benar-benar tidak akan peduli tentang itu.

Gulf mencondongkan tubuh, mengatur nafasnya yang terengah-engah ketika sejenak berhenti. Setelah ini dia akan menemui yang lain di food court dan tidak ingin tahu nasib bosnya.

"SHIA!" Gulf terpekik ketika pipinya terasa sangat dingin karena seseorang menempelkan botol minuman dingin ke pipinya.

"Minumlah," ujar Mew sambil tersenyum.

Gulf menegakkan berdirinya dan menatap Mew dengan sebal.

"Apa yang kamu lakukan?" Kesal Gulf.

"Memberimu minum," jawab Mew. "Cepat minum," desak Mew sambil menyodorkan teh botol.

"Nanti," jawab Gulf singkat namun tangannya terulur menerima pemberian Mew.

"Mereka pasti hampir tiba, ayo," ajak Mew sambil memberikan telapak tangan kanannya.

"Apa lagi?" Bingung Gulf.

Mew menghela nafas kasar. Tanpa menunggu persetujuan Gulf ia menarik tangan pemuda itu untuk bisa berjalan beriringan.

OH, MY BOSS!Where stories live. Discover now