Oh, My Boss - 1

1.5K 196 21
                                    

Pakaian pemuda itu sangat mencolok menyakitkan mata orang yang melihatnya. Kemeja bergambar motif pohon kelapa dan laut dengan warna terang ia padu padankan dengan celana pendek sebatas paha. Kancing baju ia buka untuk menunjukkan seberapa dia bisa terlihat seksi dan menggoda. Karena ia tampan, orang-orang bahkan tidak peduli dengan kemeja warna warni yang ia pakai. Kemeja dengan tema yang tepat untuk ia kenakan pergi ke pantai seperti saat ini.

Dia berjalan dengan jumawa karena semua mata menatapnya takjub. Dia pasti bisa membawa beberapa gadis itu pulang ke rumah dengan mudah, tidak akan ada yang bisa menolak aura mempesona pemuda itu (menurutnya).

Ia terus berjalan ke arah bibir pantai, sesekali menyisir rambutnya dengan sela-sela jari dan ketika itu dia merasa semakin bersinar seperti bintang model ternama.

Sampai akhirnya suara sesuatu membuat semua orang kalang kabut.

"AWAS, GULF!!!" Gadis-gadis berteriak.

Basah kuyup!

Sial Gulf diterpa ombak.

Oh, bukan!

Gulf membuka matanya saat dua wanita berdiri di samping ranjang miliknya. Satu wanita paruh baya memegang ember dan satu wanita berambut pirang tersenyum lebar.

Gulf melihat dirinya dan tempat tidur sudah basah kuyup.

"MA?!!" Gulf reflek berteriak ketika sadarnya sudah terkumpul.

"ANAK MACAM APA INI?! TIDAK MAU KULIAH, TIDUR SAMPAI SIANG! GULF LAKUKAN SESUATU YANG BISA MEMBUAT MA MU INI BERTAHAN HIDUP! MELIHATMU TERUS TIDUR SEPERTI MAYAT MEMBUAT MAMA DARAH TINGGI DAN STRES!" Teriakan wanita itu menggema di seluruh ruangan bahkan mungkin suara Ma terdengar sampai ke sungai Chao Praya.

"Ma, kirim Gulf ke perbatasan saja seperti Pa!" Perempuan yang berdiri di balik punggung Ma menginterupsi. Gulf menatap sengit pada perempuan itu.

"Benar. Kalau Gulf masih sulit diatur Ma akan meminta Pa membawa Gulf sekolah militer."

Gulf beranjak duduk dengan lesu, tidak peduli seluruh tubuhnya sudah basah. "Kalian ini. Ckk, bisa-bisanya berteriak sepanjang hari dan pita suara kalian tidak putus," ujar Gulf sambil menggosok telinganya yang kebas.

"Cepat turun dan jaga kios. Ma harus belanja barang yang habis!" Ujar Ma sambil berbalik badan.

"Siapkan roti panggang untuk ku, adik manis," ujar perempuan bernama Sammy, Phi dari Gulf.

"Tidak perlu sarapan, badanmu sudah sebesar kerbau!"

"Anak laknat!! Jangan harap aku memberi mu uang untuk mu di akhir pekan, untuk top up game mu, tidak akan!" Teriakan Sammy yang penuh dengan ancaman membuat Gulf otomatis turun dari lantainya lalu bersimpuh pada perempuan itu.

"Tuan Putri yang terhormat, tunggu sebentar Tuan putri. Nong Gulf akan membuat roti panggang terenak di seluruh Thailand," ujar Gulf dengan suara selembut mungkin dan puppy eyes andalan.

"Manisnyaaaa..." Gumam Sammy lalu mengusap pucuk kepala Gulf.

Kurang lebih seperti inilah nasib seorang pemuda pengangguran dan memiliki posisi sebagai adik di dalam sebuah keluarga. Orang yang lebih besar menindasnya, yah, semacam itu. Hari-harinya untuk mengabdi pada kios keluarga dan pada Phi Sammy, sumber aliran dana kenakalannya.

Suara gaduh muncul dari belakang Gulf. Gulf menoleh melihat Sammy keluar dari pintu utama setengah berlari dan masih menggigit roti di mulutnya.

"Hey, apakah ada gempa bumi? Kenapa berlari seperti itu?" Tanya Gulf.

"Sialan! Aku tidak melihat grup semalam! Boss Mew mengatakan kami harus rapat mendadak pagi ini!" Ujar Sammy saat ia berlari ke arah mobilnya yang parkir di depan kios.

OH, MY BOSS!Where stories live. Discover now