Ini gila, sejak saat itu ia melakukannya tiap malam. Melalui sebutir pil yang nantinya akan membuat korban melupakan kejadian semalam.

"Berharap aku menyentuhmu dengan izin terlebih dahulu?" Alzion tertawa mengingat kelakukannya itu. "Aku membelimu dengan mahar Launa, itu artinya, semua yang ada pada dirimu adalah milikku. Dengan atau tanpa seizinmu, aku berhak menikmatinya kapan pun."

Launa salah menduga, Launa jatuh pada perangkap gila suaminya. Alzion nyatanya tak memiliki sisi nurani di hatinya, pria itu pandai memanipulasi semuanya. Launa, tunduk tak berdaya.

*******

Sekitar tiga puluh menit yang lalu Launa terbangun, tapi, ia tidak menemukan siapapun di ruangan ini. Hati kecil Launa mencari Alzion, kemana pria itu?

Ceklek.

Suara pintu terbuka itu membuat Launa spontan menoleh, di sana terlihat Alzion muncul di balik pintu sambil menenteng satu paperbag dan sepelastik jajanan minimarket di tangan kanan kirinya.

Alzion tak memasang reaksi apapun, tapi, aura yang dipancarkannya cukup positif. Hal itu membuat Launa menebak bahwa pria pengolah ekspresi terbaik itu, sedang dalam mood yang baik.

Alzion meletakan barang bawaannya itu di atas nakas, ia menarik kursi lalu duduk di samping brankar Launa. "Sudah lebih baik?" Tanyanya lembut.

Launa menerjab bingung, ada apa dengan pria itu?

Melihat keterdiaman Launa, Alzion menaikan alisnya bertanya. "Whats wrong?"

Tangan Launa terangkat lalu menempelkannya pada kening pria itu, ia menyerngit saat ternyata Alzion tidak sedang demam.

Jadi, apakah ini tidak mimpi?

Alzion dalam mode baik berkepanjangan?

Tak terasa senyum Launa tertarik tipis, ia lega, setidaknya Alzion tidak akan menyakitinya, bukan?

"Maaf karena merepotkanmu," ucap Launa.

Alzion tersenyum tipis, pria itu mengangguk pelan. "Wanita hadir di dunia memang untuk merepotkan laki-laki, bukan?" Sahutnya sedikit terkekeh pelan.

Mendengar itu, Launa berdecak. "Menyebalkan," ucap Launa saat jawaban Alzion tak sesuai prediksinya.

Alzion semakin menggelengkan kepalanya melihat tingkah Launa yang begitu menggemaskan. Ia mengambil paperbag  itu dan mengeluarkan isinya. Launa melihat itu semua dalam diam, saat dimana perhatian-perhatian kecil kini mulai pria itu tunjukan.

"Kau belum makan tadi. Sekarang makan, ya? Aku suapi," ucap Alzion ketika sudah membuka kotak makan yang berisikan makanan empat sehat lima sempurna, yang dikirim langsung dari mansionnya.

Launa menggeleng pelan. Ia tidak sedang tidak nafsu makan sekarang. "Kenapa?" Tanya Alzion.

"Tidak nafsu." Alzion terdiam beberapa saat, lalu pria itu kembali menatap Launa.

"Makan, Launa." Kalimat Alzion menekan tak ingin terbantah. Bagaimana jika nanti calon bayinya kelaparan dalam perut Launa? Tentu saja ia tidak terima. Jika Launa tidak mau makan tidak apa, tapi sekarang ada calon penerusnya, jadi Alzion tidak akan mengikuti sikap keras kepala Launa.

A Frozen Flower [ Terbit ]Where stories live. Discover now