ReSeII - Pertemuan

79 29 21
                                    

‼️SEBELUM BACA BISA FOLLOW DULU:)

JANGAN LUPA VOTE DI SETIAP BAB NYA, DAN COMENT‼️🔥👻


Selamat Membaca!(Emot BATu🗿)


Jalanan di sekitar sekolah yang masih lenggang dan terlihat becek, dengan beberapa genangan air yang belum mengering. Di tengah situasi itu, seorang siswi berwajah manis muncul. Sella Yuswita, merupakan sosok cewek tomboi yang penuh keberanian, tidak gentar menghadapi berbagai tantangan dan bersedia mengambil risiko. Hari itu, dia mengenakan hodie yang mengikuti tren estetika terbaru. Rambut panjangnya terurai sebahu dengan anggun, wajahnya memancarkan kecantikan dengan sedikit bedak yang menambah kesan cerah. Sejauh beberapa meter, tercium aroma wangi cokelat yang menyertainya.

Sella dengan hati-hati turun  dari angkutan umum dan menyelesaikan pembayaran, tiba-tiba sebuah motor sport berwarna hitam melaju kencang mendekatinya, tanpa cukup waktu baginya untuk menghindar.

Spraasss!!

"WOOY!! PUNYA MATA NGGAK LO, LO KIRA INI JALAN PUNYA BAPAK MOYANG LO!" Teriaknya dengan rasa kesal yang semakin memuncak ketika melihat dengan frustrasi baju seragamnya yang telah basah dan kotor oleh genangan air. Itu bukan cara yang baik untuk memulai hari yang diharapkannya.

Ketika Sella melihat dengan seksama motor sport hitam yang menyebabkan masalah ini, dia menyadari bahwa motor itu telah masuk ke dalam lingkungan sekolah yang sama dengannya. Hatinya semakin berdegup kencang, dan tanpa membuang waktu, dia memasuki halaman sekolah dengan langkah cepat, mengejar pelaku yang telah berani menantangnya dengan tindakan seperti itu.

Dalam perasaan marah dan kesal Sella berjalan menyusuri koridor sekolah. Dia merasa bahwa ada suatu yang sangat penting yang harus dia sampaikan kepada pelaku. Ini bukan hanya tentang etika dan tata krama di lingkungan sekolah. Sepertinya Sella juga merasa perlu untuk memberikan pelajaran kepada orang tersebut agar memahami konsekuensi dari perbuatannya.

Ketika Sella menoleh ke arah tempat parkir, matanya mencari dengan cepat sosok cowok yang mengenakan jaket Levi's yang dihiasi dengan beberapa logo patch, dan motor sport hitam yang telah merusak seragam sekolahnya, membuatnya basah dan kotor. Dia tidak butuh waktu lama untuk menemukan targetnya, dan dia melihat cowok itu sedang melepas helm full-face-nya.

Plaaak!!

Sebuah tamparan keras tiba-tiba menghantam pipi cowok itu, meninggalkan bekas merah di wajahnya. Meskipun terkejut, cowok itu tetap berdiri diam, menciptakan keheningan sejenak di sekitarnya. Wajah Sella dan cowok tersebut saling berhadapan, mata mereka saling memandang dengan intensitas yang membara. Tidak ada kata-kata yang diucapkan. namun ketegangan di udara begitu terasa. 

Kejadian ini mengundang perhatian beberapa orang di sekitarnya, yang berhenti sejenak untuk menyaksikan adegan ini. Tak lama kemudian, Sella akhirnya melepaskan pandangan tajamnya dan mulai berbicara.

"Woy! Malah bengong, lo nggak liat. Lo ama motor lo ini udah basahin seragam plus jaket hodie kesayangan gue. Lo bisa nyetir motor yang bener nggak? Kalo nggak bisa, gue saranin mending besok-besok lo naik sepeda aja. Naik odong-odong sekalian." Teriak Sella dengan nada sewot.

Cowok itu masih terdiam di tempatnya dengan tatapan yang hanya mengarah kepada Sella. "Buseet nih orang nantangin apa gimana si?" ucapnya dengan esmosi. 

"Woy, lo paham nggak apa yang gue bilang tadi? Lo nggak punya mulut buat ngomong. Etdah nih orang minta gue slengkat apa ya kakinya," teriaknya lagi semakin esmosi.

Akhirnya, cowok itu mengambil napas dalam-dalam. Dengan tenang, ia merogoh kantong sakunya dan mengeluarkan dua lembar uang, satu lembar seratus ribu rupiah dan satu lembar lima puluh ribu rupiah. Lalu, ia mengulurkan tangan kanannya ke arah Sella. Sorot mata cewek itu penuh kebingungan, namun sebelum Sella menyadari apa yang terjadi, tangan cowok itu meraih satu tangan Sella dan meletakkan uang itu di telapak tangannya.

"Maaf, gue nggak sengaja," Ucap cowok itu dengan lembut sambil memberikan senyuman tipis yang penuh makna. Senyum itu memunculkan keraguan di wajah Sella, yang masih mencerna situasi yang baru saja terjadi. 

"Dan makasih buat tamparan sambutannya," tambah cowok itu, sebelum melangkah pergi dengan langkah yang semakin menjauh dari Sella. Sella merasa kebingungan dan kesal pada saat yang bersamaan. Sepertinya momen ini membawanya pada perasaan yang sangat bercampur aduk.

Namun, Sella tidak bisa meredakan emosinya begitu saja. "Dih, gila kali tuh cowok," gumamnya dengan nada kesal. Tanpa ragu, dia mengambil langkah cepat untuk mengejar cowok itu yang sudah semakin jauh dari tempatnya.

"WOY! GUE NGGAK BUTUH UANG LO, BAWA NIH!" teriaknya dengan keras, mencoba menarik perhatian cowok tersebut.

Sella melemparkan uang kertas itu ke lantai dengan raut wajah kesal yang sulit disembunyikan. "Di kira gue kaga punya duit apa buat beli seragam? belum aja gue selepet palanya ampe nanahan," gumamnya dengan nada yang masih penuh kemarahan, sambil merogoh tasnya mencari dompet.

Namun, saat tangannya mencari-cari di dalam tasnya, kepanikannya semakin bertambah. "Eek! Dompet gue ketinggalan di kamar lagi," kesalnya meluap setelah ia menyadari bahwa dompetnya tidak ada di dalam tas. Sella berusaha untuk meredakan kemarahannya, meskipun keadaan sudah membingungkannya lebih dari cukup.

Sella hendak pergi meninggalkan tempat parkir, tetapi matanya tertuju pada dua lembar uang kertas yang di berikan cowok tadi masih tergeletak di lantai parkiran. Dengan ragu, ia menunduk dan mengambil uang itu dari lantai. 

"Gue ambil duit lo bukan karena gue nggak punya, cuma buat menghormati lo aja, ya... Ama terpaksa juga si, karena dompet gue ketinggalan," kata Sella dengan suara pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Sella kemudian meninggalkan parkiran menuju koperasi untuk membeli seragam baru, menggantikan seragam dan Hodie nya yang basah. Meskipun hatinya masih sedikit panas karena pertemuan tadi, dia mulai merasa lega karena setidaknya masalah seragamnya akan segera teratasi.

Sesampainya di koperasi, Sella langsung menuju bagian seragam. Dia melihat-lihat beberapa pilihan seragam yang tersedia, mencari yang sesuai dengan ukurannya. Sementara itu, pikirannya masih teringat pada cowok yang tadi sempat berkonflik dengannya di parkiran. Meskipun dia masih merasa kesal atas tindakan cowok itu, dia juga merasa ada sesuatu yang istimewa dalam kebaikan hatinya.

Setelah memilih seragam yang sesuai dan membayar di kasir, Sella melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Saat dia melangkahkan kakinya keluar dari koperasi, pikirannya terarah pada niat untuk berbicara dengan sahabatnya, Icha, tentang kejadian tadi. Icha Wulandari, sahabatnya yang mempunyai sifat agak teledor namun selalu mampu memberikan sudut pandang yang unik mengenai berbagai masalah.




Pertemuan yang tidak sengaja dapat membawa warna baru dalam kehidupan kita, dan menciptakan kenangan-kenangan manis yang indah dan tak terlupakan. (Sella)

RE&SE [🥊]Where stories live. Discover now