5. Sakit ya?

1.6K 341 64
                                    

Update! Siapa nih yang nungguin? ☝️

Ayo ayo di kencengin vote sama komentarnya biar aku makin rajin 🙈

Updatenya setiap hari apa? Update-nya suka-suka aku gais 🙈 kalo rame aku lanjut kalo enggak bersabar saja 😂

makanya yuk di gas kasih vote komentarnya. Ajak temen2 kamu buat ikut baca juga biar rame 🔥


Vanila memutuskan untuk pulang setelah drama Putu yang datang terlambat dengan kondisi yang memprihatinkan. Memainkan beberapa game dengan dua teman-temannya setelah itu sudah tidak ada lagi yang ingin Vanila lakukan. Orang tak di kenal yang chat di game pun sudah tidak lagi membalas.

"Kamu baru pulang jam segini?"

Pertanyaan familier dengan nada suara tinggi beberapa oktaf membuat Vanila menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu masuk.

Ibu muncul dengan wajah marah. Berdecak pinggang seperti preman yang sedang menghalangi jalan Vanila. "Dari mana? Main? Hah? Kebiasaan banget. Kamu tuh kalo di kasih tahu kenapa sih gak pernah mau dengar Ibu? Jangan main terus."

Ibu mulai mengomel. Omelan yang sudah sering Vanila dengar. Dia bahkan sudah hafal apa saja yang akan di katakan Ibu setelah ini. ini bukan pertama kalinya Ibu memarahi Vanila. Ya, ini sudah kesekian kalinya. Tapi Vanila terus mengulang perbuatannya karena dia merasa dia tidak salah. Dan apa yang di lakukan nya bukan kesalahan fatal.

"Apa sih Bu? Vanila cuma main ke rumah Pia doang."

"Numpang Wifi lagi? Iya. Setiap hari main ke rumah orang buat numpang Wifi. Kamu gak malu? Hah?"

Vanila mengedikan bahunya. "Kenapa harus malu? Vanila kan gak maling."

"Ngelawan terus kalo di ngomongin. Kamu gak malu, tapi Ibu yang malu."

"Kenapa Ibu malu? Aku gak ngapa-ngapain."

"Gak ngapa-ngpaian gimana. Setiap hari kamu numpang Wifi ke rumah orang. Hari gini kamu masih numpang Wifi? Udah kayak orang miskin aja."

"Emang miskin kok," ucap Vanila.

Ibu melotot. "Kamu itu ya. Siapa yang miskin? Hah!?"

Vanila menarik napas panjang. Kalau dia ladeni permasalahan ini akan semakin panjang. Vanila sedang tidak ingin berdebat, apa lagi dengan Ibu. Dia tidak mau kalau ucapannya semakin menggila karena tidak bisa menahan kesal.

"Udahlah, Bu. Vanila mau masuk dulu, mau mandi."

"Kamu itu kalo di omongin selalu kayak gitu. Kapan sih kamu mikir? Kamu itu anak gadis. Vanila! Vanila!"

Vanila mengabaikan teriakan Ibu dan terus melangkah masuk ke dalam kamarnya. Kebiasaan ini terus terulang. Berkali-kali sampai Vanila merasa muak tinggal di sini. Vanila hanya main ke rumah Pia. Bahkan rumahnya tidak jauh dari rumah Vanila. Dan Vanila tidak ke mana-mana selain duduk bermain game di sana.

Kenapa Ibu selalu mempermasalahkannya? Kenapa Ibu selalu mengungkit soal kebiasaannya bermain Wifi di tempat Pia yang bahkan orang tuanya saja tidak keberatan. Memang benar keluarga Vanila tidak miskin, mereka juga punya Wifi. Tapi apa gunanya kalau Vanila tidak bisa menggunakannya?

Setiap kali Vanila memakainya. Ibu akan mencoba berbicara. Memintanya mematikan sambungan ke Wifi rumah karena sedang di pakai Kakak laki-lakinya. Dia harus memberikan pengertian untuk semua kebutuhan kakaknya. Bahkan untuk bermain keluar saja dia masih di marahi, padahal dia keluar juga sudah membereskan pekerjaan rumah.

"Sabar-sabar Vanila," kata Vanila. Mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Tidak ada gunanya juga dia menyimpan rasa kesal seperti ini. mengambil handuk, Vanila kembali ke luar untuk membersihkan diri ke kamar mandi. Turun dari anak tangga, Vanila berhenti saat melihat Kakaknya baru saja datang dengan pakaian lusuh dan satu bola yang di pegang di satu tangannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Halo, Rasa!Where stories live. Discover now