2. Mau ke mana lo?

1.6K 381 60
                                    

Spesial update! Seneng gak nih?

Absen dulu sini, kalian dari kota mana aja nih? ♡(> ਊ <)♡

Kalo rame aku kasih double update deh. Kalo berani target sih 🙈 vote 500 komentar tembus 200 gas double update! Berani gak? ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡

Selamat membaca, semoga suka❤️

Vanila tidak jadi pergi ke warung Pak Arip untuk menikmati gorengan hangat dan sambal kacang yang mengunggah seleranya di karenakan sebuah insiden tak menyenangkan terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanila tidak jadi pergi ke warung Pak Arip untuk menikmati gorengan hangat dan sambal kacang yang mengunggah seleranya di karenakan sebuah insiden tak menyenangkan terjadi. Di mana dia di bawa pergi oleh cowok tak dikenal ke tempat yang bukan menjadi tujuan utamanya.

Tidak kenal? Secara pribadi, Vanila memang tidak kenal dengan Gavin. Dia hanya tahu track record cowok itu di sekolah yang memang sudah sangat terkenal karena kenakalannya. Dia dan teman-temannya pernah di hukum karena ketahuan membolos untuk tawuran dengan sekolah sebelah yang sudah menjadi musuh bebuyutan sekolah mereka. Bukan hanya Vanila, semua orang juga tahu Gavin. Termasuk dua temannya, Putu dan Pia. Entah bagaimana kabar mereka, Vanila sedang marah kepada dua temannya itu.

Bagaimana tidak, selain mereka meninggalkan Vanila bolos lebih dulu. Vanila juga harus merelakan waktu berharganya untuk bolos ke warung Pak Arip yang gagal. Belum lagi dia harus bertemu dan berlari seperti maling dengan cowok biang onar yang menganggapnya sebagai cowok.

"Lo jangan ngambek terus dong, Nil." Pia membujuk Vanila yang tak merespons kehadirannya.

Vanila seakan memperlakukan dua temannya seperti makhluk halus yang tidak terlihat. Biar saja, dia masih marah. Gara-gara mereka dia harus mendapatkan sial yang tak di inginkan. Kalau tahu akan seperti itu, lebih baik dia duduk diam di kelas. Mendengarkan dongeng dari guru Matematika yang tidak dia sukai.

"Jangan marah sama gue ya, Van. Ini salah Pia nih, dia yang ngajak pergi duluan." Putu membela diri. Dia tidak mau ikut di marahi di sini meski dia juga sama salah.

"Dih, lempar kutang sembunyi beha lo. Lo juga sama salah," kata Pia tak terima mendengar pembelaan Putu. Pia menoleh menatap Vanila yang sibuk membersihkan kelas. Kebetulan hari ini dia jadwal piket. "Marahin Putu juga, Nil. Dia juga salah. Masa dia ngabisin gorengan Pak Arip yang gue bungkus buat lo."

Putu menatap Pia tajam. "Fitnah lo, mana ada gue kayak gitu."

"Emang iya, Nyet. Gak usah sok amensia lo."

"Amnesia!"

Pia mengangguk. "Nah, itu."

Vanila yang mendengar dua temannya semakin berisik hanya bisa memutarkan kedua bola matanya malas. Meski terganggu dengan tingkah mereka berdua, Vanila tetap tidak mau membuka mulutnya dan berbicara dengan keduanya. Vanila sedang marah.

Sayangnya mereka berdua tidak peka. Mereka terus saja mengomel, berdebat saling lempar kesalahan sampai membuat Vanila yang tadi diam mulai kesal.

"Bisa diem gak?"

Halo, Rasa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang