10 x √9 ÷ 10

7.5K 606 10
                                    



Pertama, yang harus dia lakukan adalah memastikan tanggal. Clara harus tahu dia bagian berapa sekarang dan sudah sampai mana alurnya.

K

edua, yang dia lakukan adalah menyusun rencana. Bagaimanapun dia harus melakukan sesuatu, Clara tidak ingin nasibnya sama seperti yang ada dinovel.

"Artinya, ada dua pilihan. Pertama aku harus keluar dan bersembunyi ditempat yang aman, lalu pilihan kedua..."

"Membuat protagonis bertekuk lutut di hadapanku, em sepertinya ini agak sulit. Dalam novel Matcha juga berusaha mati matian untuk keluar tapi yang ada dia malah semakin dikurung."

Kini Clara berada dikamarnya. Apertement ini ada 2 kamar utama dan satu kamar tamu, yang pertama milik protagonis, dan yang kedua miliknya eh maksudnya milik Matcha.

"Sebenarnya aku ragu dia hanya protagonis karena jiwanya cukup untuk di bilang antagonis." Clara bergedik ngeri.

"Yah, paling gak sekarang aku harus nurut dan membuat Mereka Kean jatuh hati sama aku, kalau masih belum bisa kita buat rencana lain."

Sekarang tekadnya bulat. Clara akan menaklukkan pria dingin dan kejam itu cepat atau lambat. Setidaknya, sampai pria itu lengah kemudian ada kesempatan untuk Clara melarikan diri sejauh mungkin.

Itu kata Clara terakhir kali, sekarang nyalinya menciut kala ditatap tajam oleh mata hitam yang kelam itu. Dia duduk dengan tegak dimeja makan, hawa dingin dan aura negatif terasa disekelilingnya.

Clara tidak tergoda dengan makanan yang terhidang itu, meskipun Clara seorang gadis miskin dan selalu mata duitan namun kali ini beda.

Tatapan singa didepannya membuat Clara makan terburu buru bahkan mengunyah dengan cepat. Dia ingin segera pergi dan menjauh dari pria itu.

"Jangan berulah lagi atau melakukan hal bodoh yang mencelakai dirimu sendiri. Aku tidak akan merasa kasihan dan melepaskan kamu begitu saja."

Tangan Clara mengambang di udara. Ucapan datar dari Kean jelas sekali menyinggungnya. Menarik nafas dalam, mencoba bersabar.

"Ingat Ra, seniormu lebih menyebalkan dari ini." batinnya mencoba sabar.

"Iya, maaf."

Kean menaikan alisnya, dia membersihkan sudut bibirnya menggunakan tissu dengan elegan dan terlihat seperti bangsawan. Sangat lain dengan dirinya yang sangat tidak estetik.

"Iya iya, aku tahu kamu emang anak orang kaya." batin Clara mencibir. Yah, walau sebenarnya dia iri dengan Kean. 

"Trik apa lagi ini?" Kean berucap dingin. Clara menghela nafas, dia menyimpan sendoknya dan menunduk mendalami peran.

"Ini bukan trik-trik lagi. Sekarang aku sadar kalau ini memang sudah pantas aku dapatkan. Memang apa yang kakakku perbuat padamu itu sangat keterlaluan. Bahkan aku rasa ini tidak dapat menebus dosa yang kakakku perbuat." ucap Clara asal.

Dia dengan cepat melahap sisa makanan di piringnya. Dengan kunyahan kasar dia segera menelan dan bangkit.

"Aku selesai,"

Clara tidak melihat bagaimana ekspresi yang di keluarkan oleh Kean setelah perkataannya itu. Yang pasti dia ingin segera pergi, perutnya sudah melilit karena suasana yang tidak mengenakkan sejak tadi.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?"

Clara berdenyit kaget di langkahnya yang ketiga, dia menoleh mendapati Kean dengan ekspresi muram.

JUST A DREAMWhere stories live. Discover now