14 ; Ayah dan Ibu

41.8K 4.7K 45
                                    

ALYA MERUPAKAN ADIK tiri Gema. Mengenal Alya saat sosok tersebut masih duduk di bangku SMP, Gema cukup kesulitan untuk benar-benar dekat dengannya. Jarak umur yang merentang cukup lebar sempat membuatnya kesulitan untuk meyakinkan Alya bahwa pernikahan dari masing-masing orang tua mereka bukanlah sesuatu yang buruk. Setelah menjalani hidup bersama keluarga baru mereka, Gema bersyukur bahwa Alya sudah benar-benar peduli dan menerima keluarga barunya.

Penerbangan dari Jakarta menuju Semarang hanya memakan waktu kurang lebih satu jam. Urusan kesehatan ibunya telah masuk dalam daftar prioritas Gema. Jarak antar kota yang memisahkan mereka takkan menjadi kendala baginya untuk tetap menjenguk sang ibu. Sebelum benar-benar berangkat ke Semarang, Gema sudah sempat berpesan pada Hasna untuk menjemput Rafa di sekolah. Dia meminta tolong pada asisten rumah tangganya untuk menemani Rafa hingga malam nanti.

Alya dan dua orang temannya duduk di bangku ruang tunggu. Anak-anak kuliah itu tampak ikut khawatir dengan kondisi kesehatan ibu Alya, padahal sekarang sudah lebih dari dua belas jam sejak sang ibu dibawa ke rumah sakit.

Gema menghampiri mereka bertiga dengan membawa tiga cup minuman kopi ternama, memberi mereka semua minuman sekaligus hidangan roti yang masih hangat.

"Udah, kamu sama teman-temanmu balik ke rumah Bude aja," tutur Gema pada mereka.

Dua teman Alya mengucapkan terima kasih pada Gema. Gema membalasnya dengan anggukan ringan.

"Aku nggak enak kalau harus ke rumah Bude Ambar," timpal Alya. "Kami niatnya nggak sampai nginap di sini, mau langsung balik ke Jogja."

Gema mengerling pada jam tangannya.

"Kalian mau motoran jam segini? Semarang ke Yogyakarta kurang lebih empat jam, 'kan?"

"Tiga jam, Kak, kalau ngebut," balas teman laki-laki Alya.

Gema langsung menyipitkan mata pada laki-laki itu.

"Saya nggak akan bawa Alya ngebut," tambahnya. "Biasanya saya juga bawa motor dari Madiun Jogja, bolak-balik. Jadi, Alya aman di saya, Kak."

Gema mengembuskan napas. Dia menggeleng.

"Lagi musim hujan gini, kalian bakal susah liat kondisi jalan, apalagi udah malam." Gema menatap mereka semua. "Cari penginapan dekat sini aja, pulangnya besok pagi sekalian." Dia menoleh pada Alya. "Nomor rekening kamu masih sama, 'kan?"

Alya mengangguk. Gema pun berujar, "Nanti Kakak kirim ongkos penginapannya. Daripada kalian kenapa-napa."

Kedua teman Alya berterima kasih padanya. Gema menjawab dengan anggukan. Dia menemani mereka menikmati cemilan yang dibawa. Sesekali, dia mengajaknya bercerita tentang kegiatan kuliah anak-anak muda itu. Dua anak tersebut tampak menikmati obrolan mereka, sama seperti Gema yang jadi teringat oleh masa-masa kuliahnya sendiri.

"Main-main boleh, asal jangan kebablasan," tutur Gema saat itu. Dia menoleh pada lelaki di samping Alya, menepuk pelan pundaknya. "Kalian harus beda kamar ya, di penginapan. Jangan rese ke adik saya."

Omongan Gema tentu saja tidak disangka-sangka oleh mereka. Alya langsung mengembuskan napas panjang.

"Kakak, nggak mungkinlah! Vino anak baik-baik!" protesnya.

"Vino udah punya pacar, Kak," ujar teman Alya yang lain. Dia tertawa. "Ini dia kami culik bentar biar bisa jadi guide tour di Semarang."

Gema menoleh pada Vino. Dia menaikkan sebelah alisnya.

"Oh, mau jadi guide tour dadakan, ya. Baik banget kamu, Vino."

Yang diajak bicara langsung berdeham.

Gugat. [END - Telah Terbit]Where stories live. Discover now