23 ; Kukuh

48.8K 5.4K 607
                                    

"AKU BAKAL DENGERIN kemauan kamu," awal Gala pada saat itu. "Apa yang kamu mau dari aku? Liburan keluarga? Waktu buat Rafa? Porsi saham dari Dikara?" Dia menatap Gema lamat-lamat, ingin menyampaikan kesungguhan dan fakta bahwa dia tak sekadar main-main. "You name it. Aku bakal kasih kamu semuanya, apa yang kamu mau."

Gema menatap dengan sorot tidak percaya. Dia mengalihkan pandangan selagi mengulas senyuman masam.

"Isi kepala kamu emang materi semua. Dari dulu aku suka duit, tapi emang aku sematre itu?"

Gala mengembuskan napas kasar.

"Apa yang menurutku kamu mau, ternyata nggak kamu mau. Inilah alasanku ngajak kamu ngobrol," tuturnya, terdengar menahan gejolak emosi. "Aku tau, at some point, aku emang salah. Sekarang aku mau benerin kesalahan itu. Jadi, apa yang sebenarnya kamu mau dari pernikahan ini?"

Tujuh tahun sudah mereka menikah. Baru kali ini Gala benar-benar menanyakan keinginan Gema. Gema kembali menatapnya. Ada gores tak kasatmata dalam benak. Setak acuh itu 'kah diri sosok ini? Sampai-sampai dia baru berusaha membenahi permasalahan ketika ledakan masalah itu datang?

Dan Gema pikir tujuh tahun yang mereka lalui cukup berarti untuk keduanya. Gala tampaknya tidak pernah peduli pada waktu-waktu yang telah mereka lalui bersama.

"Mengesampingkan kemauan aku, kenapa kamu baru minta pendapatku tentang pernikahan kita sekarang? Berarti emang betul kalau aku harus minta cerai dulu dan pergi dari rumah buat bikin kamu peduli sama pernikahan ini?" Gema tersenyum ironi. "Mungkin gini kali, ya. Aku pergi, terus kamu baru sadar betapa ruginya kamu kalau nggak ada aku. Jadi, sekarang kamu mempertimbangkan buat memenuhi keinginanku?"

Gema menyandarkan diri pada sofa. Dia menatap layar televisi besar yang berada di seberang ruangan. Ekspresinya kosong, tak ada pancaran emosi yang berarti dari sana.

"Aku udah capek sama pernikahan kita. Kalaupun kamu mau berubah, atau apa pun itu, aku udah nggak ada tenaga buat nunggu atau ngulang dari awal." Dia menoleh pada Gala. "Aku mau kehidupanku yang dulu balik. Aku mau bebas dan bisa kembali melakukan hal yang ingin aku lakukan. Aku mau hidup sendiri tanpa beban tuntutan dari keluarga besar kamu. I can't bear it anymore. Aku nggak bisa selalu terlihat sempurna agar bisa dianggap layak buat jadi istri kamu, disuruh memenuhi standar ini itu yang bahkan aku nggak menikmatinya, bahkan to the point aku merelakan mimpiku buat eksis di bidang yang aku senangi."

Gema membasahi tenggorokan. Dia menatap Gala lamat-lamat, melihat ekspresi kaku yang membingkai wajah rupawannya.

"Dari awal, kita emang nggak cocok. Background dan lifestyle kita aja udah beda. Kamu yang berubah nggak akan cukup buat memperbaiki kondisi kita. Itu pun kalau kamu beneran berubah. Watak dan perilaku orang kebentuk nggak cuma semalam, 'kan? Aku nggak bisa mengubah kamu dan aku sadar tentang itu. Jadi, emang lebih baik aku pergi. Kamu juga sebaiknya nggak usah janji-janji gitu. Apa gunanya mengubah diri kalau malah membohongi diri kamu sendiri?" Gema menarik napas pelan. "Berubah bukan buat aku, tapi buat kebaikan kamu sendiri. Aku nggak percaya janji bullshit kayak gitu."

Gala masih belum mengalihkan pandangan darinya. Ada emosi asing yang tampak dari sorot mata itu, sorot yang sebelumnya belum pernah Gema lihat. Dia terdiam sesaat begitu balik melihatnya.

"Kalau aku emang beneran peduli sama pernikahan kita, kamu tetap mau pergi?"

Gema mengerjap. Dia mengalihkan pandangan.

"Aku udah yakin dengan keputusanku."

"Kamu sebenci itu ke aku?" tanya Gala lagi. "Karena dulu pernikahan kita ada karena aku maksa kamu? Karena aku ngambil kebebasan kamu dengan paksa?"

Gugat. [END - Telah Terbit]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum