Chapter V : DEVIL MAN

242 34 34
                                    

"Hinata ... Dimana kau?" Teriak lelaki bersurai crimson penuh emosi.

Suaranya menggelegar memecah keheningan di sepanjang koridor sekolah yang saat itu nampak sepi. Semua orang telah kembali ke rumah mereka masing-masing. Tinggallah aku dan dirinya disana. Hanya berdua saja.

Kini aku berada di dalam zona berbahaya. Seorang Akashi Seijurou sedang mencariku bahkan ekspresi wajahnya memperlihatkan bahwa ia sangat marah dan kesal. Dan itu semua karena aku.

Salahkanlah mulutku ini yang tak bisa menjaga ucapannya. Berbicara macam-macam mengenai sang emperor eyes, dan sialnya orang yang bersangkutan mendengar hal tersebut. Membuatnya naik darah dan hendak memangsaku hidup-hidup.

GLUPH

Aku menelan ludah ketika mendengar suara langkah yang kian mendekat ke tempat persembunyianku—di ruang musik. Bahkan saking tegangnya aku bisa mendengar bunyi detak jantungku sendiri.

'Kami-sama ... Lindungilah aku!' Doaku di dalam hati yang kini sedang dirundung gelisah dan ketakutan.

BRAKK

Terdengar suara pintu terbuka dengan kasar. Aku bisa melihat sosok berambut crimson memasuki ruangan dengan tatapan tajamnya memperhatikan setiap sudut ruangan memastikan keberadaanku yang sedari tadi ia cari.

"Arghh sial ... Dimana ia bersembunyi?" Erang Akashi frustasi.

Nafasku tertahan ketika melihatnya berjalan mendekat kearah lemari tempatku berada kini. Aku menutup mata serta mulutku, berdoa agar sang iblis tak menemukan dan membunuhku saat ini juga.

'Kami-sama ... Aku mohon sekali saja, kabulkanlah doaku.' Aku terus menggumamkan doa dalam hati.

Namun sepertinya Tuhan tak mendengar doaku.

"Akhirnya aku menemukanmu." Ujar Akashi yang kini sudah berdiri dihadapanku dengan seriangai khasnya yang membuat bulu kuduk meremang seketika.

Dan disaat itulah aku ingin sekali menghilang dari bumi ini, menghindari manusia berwujud iblis yang sebentar lagi akan memberikan penderitaan tak terkira kepadaku. Bahkan bisa dibilang, hal yang akan terjadi lebih buruk dari yang namanya ke-ma-tian.

Aku bergidik ngeri membayangkannya.

Akashi menarikku keluar dengan kasar. Mencengkram kerah kemejaku seraya berkata, "Kau berani padaku hm?"

"Le-lepaskan a-aku Akashi-kun!" Ujarku tergagap, merasa tak nyaman dengan perlakuannya yang kasar.

"Melepaskanmu? Tidak akan. Kau harus menerima hukuman karena sudah berani mencari masalah denganku." Akashi semakin mengeratkan cengkraman di kerah kemejaku membuat nafasku tersenggal dan terbatuk-batuk.

"Uhuuk ... Uhuuk ... Le-lepaskan aku!" Aku mencoba berontak—mempertahankan nyawaku yang sebentar lagi akan melayang jika Akashi terus mencengkramku seperti itu.

"Mulutmu itu harus diberi pelajaran agar tak sembarangan berucap lagi."

Akashi menghempaskan tubuhku keatas meja yang terletak tak jauh disana.

Aku meringis merasakan punggungku ngilu karena benturan yang cukup keras dengan benda padat itu.

Mataku membulat saat Akashi menindih tubuh mungilku dengan tubuhnya yang jauh lebih besar, memegangi kedua tanganku ke samping. Membuatku sulit bergerak apalagi melarikan diri dari situasi tak menyenangkan seperti ini.

"A-apa yang kau lakukan? Le-lepaskan aku!" Teriakku panik dan takut. Ekspresi wajahku kini bagaikan seekor anak kucing yang tengah berada di dalam kepungan anjing liar.

FIRST KISSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang