18-Sesuatu di Balik Game Online

51 4 0
                                    

Lika: Kelihatannya enak

Lika membalas unggahan story akun Instagram Erlina yang menampilkan foto kukis berbahan dasar oatmeal. Tak lama kemudian, Erlina membalas.

Erlina: Aku kreasi sendiri nih resepnya, jadi kamu nggak bakal nemu di google

Lika: Mau dong resepnya

Erlina: Boleh, ntar ya

Nyatanya pesan dari tiga hari yang lalu itu tak berbalas sampai hari ini. Baru sore ini juga Lika mengetahui alasannya. "Pantas pesanku nggak dibalas ternyata Erlina lagi melahirkan, kiran dia kenapa-napa gitu soalnya kayak ngilang nggak ada kabar dari sosmed padahal biasnya hampir tiap hari bikin story," Kata Lika yang berjalan di samping Arga. Merka berjalan menuju lift untuk mencapai lantai di mana kamar rawat inap Erlina berada.

"Ya menurut mu dia harus nge-live di Instagram buat ngasih tau semua followers-nya kalo dia melahirkan?"

"Ih, nggak gitu maksud ku. Udah deh."

Lift yang ditumpangi Arga dan Lika sudah sampai di lantai tempat Raynar dan istri berada. Mereka segera menuju kamar Erlina. Saat masuk ruangan luas itu sepi karena hanya ada Raynar dan Erlina. Raynar yang semula memperhatikan bayinya yang tengah pulas beralih menatap kedua tamu. Erlina yang berbaring tersenyum menyambut kedatangan Arga dan Lika.

"Jangan berisik," peringat Raynar sambil menempelkan telunjuk ke bibirnya, padahal Arga menutup pintu dengan perlahan, Lika pun juga bersikap tenang.

"Biasanya juga lo yang berisik," balas Arga sambil meletakan bingkisan yang ia beli bersama Lika ke meja terdekat.

"Tau tuh Raynar lebay banget, baru aja sehari jadi papa," kata Erlina "bisa-bisanya juga pas mau lahiran dia lebih heboh dari aku sampai disuruh tenang sama dokternya."

"Maaf ya Sayang, nggak gitu lagi deh pas adiknya Arsen nanti."

"Sabar ya Lin, lo masih lima tahun hidup bareng dia. Bayangin aja gue harus sesabar apa ngadepin dia puluhan tahun."

"Nggak usah berlebihan ya lo..." Raynar yang tak terima tanpa sadar sedikit meninggikan suaranya sehingga membuat Arsen terbangun dan ingin menangis karena terkejut.

"Tuh kan lihat siapa yang berisik dan bikin Arsen bangun," kata Arga. Raynar segera menenangkan bayinya agar tertidur kembali. Beruntung, usahanya tak sia-sia.

"Ini juga gara-gara lo ya, coba aja lo nggak ngajak debat," ujar Raynar dengan suara lebih pelan namun serius kepada Arga.

"Siapa juga ngajak debat? Dikira gue mau nyapres? Lo aja yang baperan."

Adu argumen Arga dan Raynar seakan tak bisa berhenti begitu saja jika tidak ada yang menengahi, "Kalo masih mau berantem keluar aja sana sekalian baku hantam juga, mumpung lagi di rumah sakit nih gampang ngobatinnya," kata Erlina yang sudah tak betah mendengar perdebatan tak penting dua bersaudara itu. Lika hanya terkekeh melihat kericuhan kecil itu, sepertinya ia harus terbiasa dan belajar untuk jadi penengah juga seperti Erlina.

Erlina berhasil membuat keduanya diam sejenak. "Ya begitu lah Lik keluarga Rahardyan, luarnya aja kelihatan elegan padahal aslinya ya kayak gitu tadi tuh," kata Erlina.

"Iya Lin, udah cukup terbiasa kok aku."

"Eh iya, kamu udah ngabari keluargamu buat ke Jakarta?"

Lika mengerutkan kening, "Buat apa ke Jakarta?"

Erlina tersadar kalo dia hampir keceplosan, dia berusaha menormalkan ekspresinya agar Lika tak curiga. "Ehm, maksud ku ya ajak jalan-jalan aja gitu. Kan dulu kamu pernah cerita mau bawa keluargamu jalan-jalan ke sini soalnya belum pernah ke Jakarta," untung saja Erlina ingat Lika pernah mengatakan hal itu.

ExceptionWhere stories live. Discover now