8-Written in The Stars

31 4 0
                                    

Arga melihat Lika memasuki toko buku, tak butuh waktu lama bagi gadis itu untuk mengetahui keberadaan Arga. Sore ini Lika mengenakan rok flared hitam selutut bermotif daisy dan kaos putih polos sebagai atasannya, meski sedernaha namun tampak manis di mata Arga. "Saya udah berusaha datang lebih awal tapi masih aja lebih lambat dari Pak Arga," kata Lika saat sudah berada di dekat Arga.

"Saya padahal nggak buru-buru loh pas berangkat. Tumben kamu pakai rok," Arga belum pernah meihat Lika mengenakan rok sebelumnya.

"Celana saya belum ada yang kering dan disetrika, adanya cuma ini jadi ya udah deh saya pakai aja."

"Sering-sering dong pakai rok."

"Kenapa memangnya?"

"Kamu cocok pakai rok," Arga tak ingin mengatakan alasan sebenarnya.

"Ya kan saya cewek."

Arga tersenyum tipis, "Nggak salah sih."

Mereka berkeliling untuk mencari buku-buku incaran mereka. Arga melihat Lika sangat antusias memilih buku layaknya seorang wanita yang antusias memilih pakaian. "Lik, tolong fotoin dong biar nggak kelihatan jomblo nih," pinta Arga.

Lika menerima ponsel Arga, "Pasti kalo lagi sendirian nih handphone ditaruh di rak gitu, kan?"

"Kok tahu? Pengalaman ya?"

"Sstt...jangan kencang-kencang," jawab Lika sambil menaruh telunjuk di bibirnya yang tertutup masker, "Habis ini gantian ya, Pak?" Mereka pun tertawa bersama.

Selesai membeli buku, Arga mengajak Lika makan malam bersama. Awalnya Lika menolak tapi Arga terus memohon sehingga membuat Lika tak enak jika menolak. Mereka kini duduk di bagian outdoor lantai dua sebuah restoran. Arga memperhatikan Lika yang melihat harga dari pada gambar makanan, gadis itu memilih makanan dan minuman yang paling murah sekali pun tahu Arga yang membayar.

"Gimana rasanya masuk 10 Business Minds di majalah Forbes bergabung dengan menteri dan para pengusaha senior juga?" Lika membuka obrolan selagi menunggu pesanan datang.

"Ya pasti senang sih, padahal saya yang paling nggak banget dibanding sembilan orang lainnya."

"Merendah untuk meroket nih ceritanya?"

"Tapi kenyataannya memang begitu, kesembilan orang lainnya jauh lebih berpengalaman dan lebih hebat dari saya."

"Bentar lagi bisa masuk Fortune Indonesia 40 Under 40 ya, Pak."

Arga hanya tertawa singkat menanggapi perkataan Lika.

"Pak Arga pernah nggak sih pas shampo udah hampir habis botolnya diisi air?"

"Pernah lah."

"Serius?" wajah Lika tampak tak percaya.

"Kenapa memangnya? Kayaknya itu bukan hal aneh deh, hampir semua orang kayaknya gitu."

"Tapi bukan orang yang kayak Anda," batin Lika, "Facial wash Pak Arga wadahnya tube atau bukan?"

"Tube"

"Itu kan susah ya kalo mau diisi air, pernah nggak pas udah mau habis tengah wadahnya digunting biar bisa ngambil sisanya?"

"Ooh, kalo itu belum pernah."

"Kapan-kapan harus coba deh, isinya masih banyak loh ternyata."

"Menarik, saya akan coba kapan-kapan."

"Kok Bapak mau aja sih."

"Ya pengen aja."

Lika tak habis pikir kepada Arga yang mau saja menuruti saran ala rakyat biasa sepertinya. Padahal Arga menjawab seperti itu supaya Lika tidak memandang Arga terlalu berbeda dengan dirinya. Saat mereka menyantap makanan mereka lagu Written In The Star dari TheOvertunes sedang diputar. Arga sesekali memerhatikan Lika terlihat sangat menikmati makanannya.

ExceptionWhere stories live. Discover now