30. Melepas Rindu

155 41 22
                                    

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

Ayara mengangkat kepalanya sesaat setelah merasakan seseorang duduk di sampingnya, ia mengerutkan dahinya karena Anjani malah bangun. Ini sudah tengah malam, tapi entah mengapa dia malah datang ke sini.

"Kenapa belum tidur, Ra?" tanya Anjani.

"Gak bisa."

"Kok, bisa?"

"Gak bisa, Anjani."

"Kepala lo pusing?"

Ayara mengangguk, bibirnya juga tampak pucat.

"Udah minum?" tanya Anjani. "Mau gue pijetin?"

"Lo gak ngantuk emang?" Ayara balik bertanya.

Anjani menggeleng. "Kepikiran terus sama lo."

"Idih!"

Anjani tertawa kecil, lalu ia menyuruh Ayara untuk duduk di atas karpet sementara dirinya tetap di sofa. Dengan jemari lentiknya Anjani memijat kepala Ayara, setidaknya bisa sedikit mereda rasa pening.

"Sering gini kalo tengah malam, Ra?" tanya Anjani.

"Iya kayaknya."

"Cepet sembuh ya, Aya. Kalo bukan lo, gak ada yang bisa dijadiin tempad ngadu, apalagi kalo nanti digangguin, kan preman di kita cuma elo."

Ayara tertawa kecil menanggapinya, karena dia termasuk tempat berlindung teman-temannya. Dikaruniai kemampuan bela diri membuatnya selalu siap siaga apabila ada yang mengganggu.

Anjani membuat Ayara menoleh ke arahnya, dia dapat melihat dengan jelas bagaimana wajah Ayara yang semakin ke sini semakin tirus. Dengan gemas Anjani menyentil kening Ayara.

"Sakit!"

"Sembuh buruan, ih!" Anjani merajuk. "Jangan kurus-kurus begini, pipi lo gemoy banget soalnya, sekarang agak ilang, kan sedih."

Ayara menyengir. "Bukannya gue kelihatan lebih langsing sekarang, yak?"

"Tapi gak sampe sekurus itu, dodol!" sembur Anjani. "Langsing juga kalo penyakitan masalah besar."

"Hehe."

"Haha hehe haha hehe!" Anjani meledeknya. "Sempet-sempetnya lo bertingkah kayak begini, ya. Heran gue."

Ayara menggeliat, ia melepaskan kedua tangan Anjani di kepalanya. Anjani mendongak menatap Ayara yang sekarang berdiri, tentu saja posisinya jadi lebih tinggi.

"Jalan-jalan, yuk!" ajak Ayara.

"Bego, ini udah malem!" sembur Anjani. "Gila aja lo? Kalo nanti kita ketemu sama cewek rambut panjang punggungnya bolong, gimana?"

"Ya masuk ke lubangnya kita, kayak lumba-lumba gitu."

Anjani geleng-geleng kepala dibuatnya, ia beranjak berdiri dan merentangkan kedua tangan. Karena Ayara tak paham maksudnya, Anjani akhirnya merengkuh tubuh sahabatnya itu. Bahu gadis itu tiba-tiba saja bergerak naik turun, Ayara juga bisa mendengar suara isakan seorang Anjani.

"L-lho?" Ayara panik. "Jani, lo nangis?"

"Aya jangan sakit parah, dong~" rengek Anjani. "Gue gak mau tanpa elo, gue gak mau ngeliat lo kenapa-kenapa, apalagi ngeliat lo kesakitan. Gue gak mau~"

Ayara melepaskan pelukan itu, ia memegangi wajah Anjani dan tertawa saat melihat raut wajah Anjani sekarang.

"Ututu, nangisnya bikin muka lo jelek~" goda Ayara.

"Aya!!!"

"Cup cup cup, jangan nangis lagi, ya."

Anjani menarik ingusnya. "Mau peluk lagi."

Ayara dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang