24. Ternyata Sudah Pergi

162 40 18
                                    

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

Pesan dari Iris Tipis-Tipis :
'Di mana lo? Kita harus ketemu, sekarang.'

Ayara melirik Aruna yang sudah hilang kesadarannya karena tertelan rasa lelah. Sahabatnya yang satu ini dibekali wajah yang imut, tapi entah mengapa dia mempunyai hobi yang unik. Hobinya makan dan rebahan.

"Na, gue pamit, ya."

"Iya."

Ayara berpamitan kepada Aruna, tapi dia juga yang menjawabnya. Dengan perlahan ia menyibak selimut itu, menuruni ranjang itu untuk segera meninggalkan kamar ini. Begitu dia membuka pintu kamar, ia berpapasan dengan Bunda Jasmine.

"Kenapa belum tidur, Aya?" tanya Jasmine. "Aruna berisik tidurnya, ya? Tidur saja di kamar tamu."

"Sebenarnya ... Aya mau pamit pulang, hehe."

"Enggak!"

Ayara panik, pasalnya Jasmine meninggikan nada bicara sehingga bisa saja membangunkan Aruna.

"Tante boleh, ya?" bujuk Ayara. "Aya harus pulang sekarang, soalnya kalo gak pulang nanti rumah Aya kebakaran."

"Maksud kamu?"

Ayara menyengir. "Aya kayaknya lupa cabut setrikaan, deh."

"Astagfirullah, yang bener kamu, Aya?"

"Iya, makanya sekarang kasih izin Aya pulang, ya?"

"Tante antar, ya? Ini udah malam banget, gak bakalan ada taksi."

"Nah!" seru Ayara. "Itu kedengaran? Itu yang jemput Aya, Tan."

"Cowok? Dia cowok baik-baik, 'kan? Dia bukan cowok aneh yang jahat, 'kan?"

"Tante~" panggil Ayara menenangkan. "Dia cewek, kakak kelasnya Aya. Tante jangan khawatir, ya."

"Ya sudah, Tante antar kamu sampai ke luar."

Ayara mengangguk, dia menghela napas lega setelah mendapatkan izin dari Jasmine. Bagaimana pun Jasmine sudah Ayara anggap seperti ibunya, karena setelah kehilangan Sang ayah, Jasmine-lah satu-satunya orang dewasa yang datang memeluknya.

"Pake ini."

"Lo kenapa, sih? Tiba-tiba ngajak gue ketemu, tengah malem begini pula. Lo sebenarnya naksir sama gue, ya? Gila lo, ya."

"Bacot!"

Ayara memasang helm yang diberikan Iris, dia pun segera menaiki motor tersebut. Dengan tak minat ia berpegangan pada kedua bahunya, menikmati dinginnya malam sampai dibuat panik karena dibawa ke tempat sepi.

"Ris? Sumpah lo, ya? Lo mau apain gue?"

"Ih, gue masih normal, ye!"

"Meskipun gue gak nangis pas diputusin Kak Arka, bukan berarti gue belok."

"Ris!"

"Ih si anjir!"

"Iris, lo mau bawa gue ke mana?"

Iris memberhentikan laju motornya, mereka berhenti tepat di gerbang masa depan semua orang. Yap, pemakaman.

Ayara dan RahasianyaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum