17. Membujuk

169 41 25
                                    

Terima kasih atas vote dan komentarnya ...

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

"Arga."

"Arga."

"Aku bawain kamu sate, nih!"

"Arga, aku tahu kamu ada di dalam."

"Arga, kamu gak kasihan sama aku?"

Ayara terus memanggil namanya, ia berdiri di depan pintu utama milik cowok yang beberapa hari ini hampir menggantikan posisi Arka dalam hatinya. Bisa jadi seperti itu, karena kini Ayara rela meninggalkan ranjangnya demi meminta penjelasan dari Arga.

"Arga, aku punya sabuk hitam karate, kok. Mereka mah lewat, cuma kemarin aku lagi males berantem aja."

"Arga, ayo buka pintunya."

"Aku mau obatin kamu juga. Dibuka pintunya, dong~"

Ayara menghembuskan napas panjang, lagi-lagi ia tak mendapatkan respon dari cowok itu. Lantas, apakah sebenarnya Arga pergi ke sekolah?

"Ah, mungkin dia sekolah. Gue lupa kalo gue bolos hari ini, duh."

Ayara menaruh satu kantung plastik kecil berisi sate pada daun pintu itu, ia menepuk-nepuknya sebelum melangkah menjauh dari teras rumah cowok itu. Baru saja ia memasang helmnya, ia mendapati salah satu korden bergerak yang menandakan adanya kehidupan di dalam sana.

"Arga, aku tahu kamu di dalam, ya!" teriak Ayara memberanikan diri. "Aku bakalan menunggu di sini, gak peduli kalo nanti hujan atau apapun itu. Aku bakalan nunggu kamu."

Menyimpan kembali helmnya, menunggu pintu untuk dibuka oleh pemiliknya. Tidak ada respon baik dari Sang pemilik rumah, mentari lenyap ditelan awan hitam, suara guntur dari berbagai penjuru mulai terdengar. Ayara turun membawa helmnya, menunggu Arga di teras rumah yang jauh lebih aman.

"Aku tahu kamu di dalam, Arga," ucap Ayara. "Jangan bersembunyi dari aku, aku gak akan pergi karena aku gak bisa tidur nyenyak nantinya."

Ayara menempelkan punggungnya pada pintu itu, ia mengetuk pintu berharap menerima respon dari pemilik rumah. Sampai aroma sate dari kantung plastik itu membuat perutnya bersuara, ingin mengambil tapi dia sudah mengatakan bahwa sate itu untuk Arga.

"Arga."

"Arga, aku takut suara petir."

Terdengar suara kunci yang dibuka, Ayara segera maju selangkah dan tersenyum saat pintu itu terbuka. Arga berdiri dengan tongkatnya, jangan lupakan tentang luka-luka di wajahnya.

"Pulang," ucap Arga dingin.

Ayara menggeleng. "Kamu baik-baik aja, 'kan?"

"Pergi."

"Jawab aku dulu, Arga."

"Menurut kamu?"

Rasanya tidak enak ketika berhadapan dengan Arga yang sedingin ini. Dia bukan Arga yang Ayara kenal lagi. Hanya dalam semalam cowok ini mengubah dirinya.

"Pulang."

"Luka kamu—"

"Sudah diobati."

"Arga, jangan begini, dong."

"Kamu bisa bahaya kalo sama aku, Ay."

Ayara menggeleng. "Enggak, Arga. Bukan kamu penyebab bahayanya, aku yakin."

"Sebaiknya kamu tidak perlu datang ke sini lagi."

"Arga tolong, jangan seperti ini." Ayara memohon.

Arga gelisah di tempatnya saat mendengar suara Ayara yang bergetar, khas orang menangis. Hatinya terlalu sensitif, apalagi jika yang terluka adalah perempuan.

Ayara dan RahasianyaWhere stories live. Discover now