15. Tidak Usah Bertemu Lagi

183 42 12
                                    

Terima kasih atas vote dan komentarnya ...

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

Ayara memandangi Arga yang sedang berdiri di hadapannya, semenjak mengantar cowok ini ke rumahnya, Ayara jadi tahu tempat pasti menemuinya. Seperti sore ini, Ayara mampir ke rumah Arga setelah melalui berjam-jam bergosip ria dengan teman-temannya.

"Arga."

"Ay?"

Ayara melipat kedua tangan di bawah dada. "Kamu mau ke mana?"

"Mau ke warung, mau makan sore."

"Kebetulan aku juga lagi lapar, nih. Kita makan bareng aja, gimana?"

"Boleh."

Ayara berdiri di samping Arga, melangkah beriringan dengan cowok yang berjalan sambil menggerakan tongkatnya. Dia tak hentinya memandangi Arga, tentu dengan sorotnya yang lembut serta senyuman manisnya.

"Eh!"

Arga reflek menodongkan tongkatnya sehingga Ayara berpegangan. Saking asyiknya memandang Arga, sampai lupa bahwa jalanan tidak semulus itu. Kakinya terkilir sekarang, mungkin akan membengkak seiring waktu berlalu.

"Kamu baik-baik aja, 'kan?" tanya Arga.

"Aman, kok."

Arga mengangkat sebelah tangannya, ia meraih wajah Ayara dan meraba dengan perlahan. Cowok itu mengerutkan dahinya, lalu berjongkok sehingga membuat Ayara reflek mundur dan meringis saat kakinya terasa nyeri.

"Masih bisa jalan, 'kan?" tanya Arga.

"I-iya, lagipula gak kenapa-kenapa, kok!" dusta Ayara. "Arga, ayo bangun."

"Pasti kaki kamu terkilir, jangan bilang gak kenapa-kenapa," ucap Arga. "Jangan karena aku tidak bisa melihat, kamu bisa bersikap seenaknya sama diri kamu."

Ayara berjongkok juga, ia memegangi wajah Arga dan memandangi cowok itu dengan lamat. Kedua sudut bibir Ayara terangkat, menyungging seulas senyuman kagum atas sikap Arga padanya.

"Warungnya cuma beberapa langkah dari sini, 'kan?" tanya Ayara. "Anggap aja sekarang aku gapapa, nanti kalo udah di warung baru aku bilang sakit."

Arga tertawa kecil. "Di sekitar sini pasti ada tempat duduk, aku bisa mengurut kaki kamu."

"Maaf ya," sesal Ayara. "Aku memang ceroboh, soalnya tadi terpesona sama kegantengan kamu."

Arga lagi-lagi tertawa dibuatnya, Ayara jelas ikut tertawa karena bagaimana pun Arga mengundang tawanya. Mereka terlihat cocok, padahal perkenalan mereka begitu singkat.

"Pegangan sama aku, Ay," ucap Arga saat mereka hendak beranjak. "Pokoknya urut dulu kakinya, soalnya aku takut kamu kenapa-kenapa."

"Iya, bawel banget kamu ternyata, ya."

"Aku cuma gak mau kamu sakit, Ay."

Ayara mendudukan dirinya di bebatuan sekitar sana, lalu Arga dituntun untuk berjongkok serta meraih kakinya yang mengalami luka ringan itu. Disaat Arga mencari-cari di mana letak luka dalamnya, Ayara tak bisa mengalihkan atensinya dari cowok tersebut.

"Pelan-pelan," pinta Ayara.

"Sebelah sini, Ay?"

"Iya, itu. Pelan-pelan, Arga."

"Bisa kamu pegang bahu aku?"

Ayara menurut, ia memegangi kedua bahu Arga dengan tanpa tahu untuk apa. Mungkin memegangi Arga, takutnya Arga hilang keseimbangan.

Ayara dan RahasianyaWhere stories live. Discover now