12. Menunggu Hasil

192 43 10
                                    

Terima kasih atas vote dan komentarnya ...

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

"Yakin gak nginep di sini aja, Ra?" tanya Adelia memastikan.

"Yakin gue," jawab Ayara. "Lo jagain Ayu baik-baik, ya. Soalnya gue udah kangen tidur di ranjang gue."

"Hati-hati bawa motornya lo."

"Iya."

"Ayara!" panggil Adelia saat Ayara sudah berbalik dan melangkah darinya.

"Apa?" tanya Ayara yang terpaksa menghadap lagi kepada Adelia.

"Sesekali lo pikirin diri lo sendiri, deh," saran Adelia. "Gue rasa berat badan lo turun, lo agak kering sekarang, cungkring."

Ayara merotasikan bola matanya malas, sejurus kemudian dengan tak sopan ia mengacungkan jari tengah dan ngibrit pergi dari hadapan Adelia. Melihatnya membuat Adelia geleng-geleng kepala, Ayara memang lain dari yang lain.

Sebenarnya Ayara sedang tidak bisa tidur malam ini, kepalanya pusing dan dia tidak mau merepotkan Adelia. Apalagi di kosan ada Ayu yang sedang sakit, Ayara tak akan tega.

Motornya melaju dengan kecepatan yang biasa, berjaga-jaga takutnya malah terjadi hal buruk. Berbahaya. Ayara juga sedang ingin mencari keberadaan Arga, sudah rindu dengan pemuda spesial itu. Namun semua tidak berjalan semulus yang ia rencanakan, Ayara menepi dan terduduk di trotoar sambil memeluk lututnya.

Pendengarannya berdengung, pandangannya pun memburam. Ayara beberapa kali mendaratkan pukulan di kepalanya, berharap itu akan membantu dari rasa sakit di kepala. Nyatanya tidak, kepalanya malah semakin sakit, sampai seseorang datang menghampirinya.

"Sakit lo?"

"Pusing sedikit."

Dia Keenan, seseorang yang tanpa berbicara apapun langsung saja menelepon temannya untuk mengambil motor Ayara.

"Yuk!" ajak Keenan.

"Ke mana?"

"Udah, lo nurut aja," kata Keenan. "Pelan-pelan berdirinya, pegangan aja sama gue."

Untuk pertama kalinya Ayara merasa tidak mampu, sehingga dia menuruti perintah Keenan.

"Kunci motornya, Ra."

"Nih."

Keenan memasukan Ayara ke dalam mobilnya, tapi dia masih menunggu di luar sampai seorang cowok keluar dari taksi yang mengantarnya. Dia berbincang sebentar dengan cowok itu, lalu melangkah cepat ke mobilnya untuk menyelesaikan tujuan utama.

"Apa perlu gue telpon Anjani, Ra?" tanya Keenan.

"Jangan," tolak Ayara. "Anter gue pulang ke rumah aja, Ken. Sebelumnya makasih, ya. Sori kalo gue ngerepotin."

Keenan tak menjawab, dia cukup fokus pada perjalanan hingga sampai pada tujuan utama itu. Rumah sakit.

"Ken, gue gak sakit parah," kata Ayara.

"Mau parah atau enggak, setidaknya lo tahu keadaan lo," tutur Keenan. "Jangan banyak bacot, pokoknya diam."

"Gue gak mau, ah!"

"Ayara!"

"Gue mau diperiksa, tapi jangan pernah lo telepon satu pun teman gue."

Jika Keenan tidak galak dan menyeramkan, Ayara pasti akan melawannya. Demi apapun, Ayara sedikit takut jika berhadapan dengan Keenan kalau marah. Ayara tahu sampai sejauh mana cowok ini jika marah, karena Anjani menceritakan seberapa toxic-nya Keenan.

Ayara dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang