33 - Meet Me in Milan [END]

5.6K 446 72
                                    

Even the most beautiful things come to an end

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Even the most beautiful things come to an end. It doesn't imply that you have been forgotten. Moments become memories. Regardless of how broken, complicated, or messy those moments were, they had to meet a new beginning.

●●●


Paris, France 2025...


Pada akhirnya, manusia selalu dapat memilih apakah dirinya akan terus terjebak pada dunia hitam putih, atau mengambil kuas untuk melukis warna lain yang ia pilih. Bukan bagaimana cara mencintai orang lain, tetapi bagaimana mencintai diri, untuk layak bersanding dengan suratan takdir.


Penyesalan akan selalu ada pada setiap pilihan terakhir, namun bukan berarti kesalahan yang terpilih. Terkadang, jatuh tidak selalu memberi sakit... Pencipta yang maha adil akan menyelipkan secercah bahagia tanpa disangka. Jenova tidak menyesali bahwa dirinya pernah terjebak cukup lama dalam lubang kegelapan. Jika dirinya tidak sama sekali mencoba, maka tidak akan pernah tahu harapan-harapan besar dari manusia lain yang mencintainya.


"Aku memaafkan Ayah, aku juga telah memaafkan diriku sendiri... Ayah, dimanapun Ayah berada – terimakasih telah membawaku hadir di dunia meski sementara. Kini aku telah memiliki bahagiaku sendiri," ujarnya, tiga tahun lalu.


Rupawan nampak semakin menawan, dengan surai merah muda membuatnya terlihat seperti balita menggemaskan. Jenova tersenyum begitu menawan di depan Menara Eiffel. Jika dahulu dirinya tidak ingin mengunjungi simbol romansa terindah di kota Paris, kini Jenova tidak sama sekali menolak perasaan bahagia melihat satu dua atau lebih para pasangan yang berbahagia. Berjalan bergandengan, saling berpadu kasih, hingga sedikit adu mulut yang berakhir dengan sebuah pelukan.


Panggilan masuk menghentikan aktifitas Jenova, nama Nathaniel tertera membuat bola mata berotasi malas. Mengetuk dua kali earphone pada telinga, suara Nathaniel menyambut Jenova.


"Kau dimana?!" 


"Eiffel." Jawab Jenova singkat.


"Astaga!"
Nada frustasi terdengar, jenova dapat membayangkan bagaimana Nathaniel memijat pelipisnya karena kesal.


"Masih ada waktu dua jam sebelum acaranya dimulai, Nath..."


"Mari bertukar posisi dan rasakan bagaimana saudarimu mengamuk padaku!"


"Dia memang akan selalu seperti itu,"


"Pulanglah cepat!"
Perintah Nath kemudian menutup sambungan telfon.


Jenova memperhatikan bagaimana matahari semakin meninggi pada ufuk timur. Menyudahi acara lari pagi, Jenova segera kembali menuju kediaman Quin.











MEET ME IN MILAN ☑️[END] [JAEJEN]Where stories live. Discover now