4. Meet in a dream

31.9K 2.2K 1.1K
                                    

Suatu malam, Arsen berdiri di depan figura yang tertempel di tembok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suatu malam, Arsen berdiri di depan figura yang tertempel di tembok. Lelaki itu memandangi wajah bahagia delapan orang yang ada di foto tersebut, termasuk dirinya. Ia tersenyum karena kenangan foto itu sangatlah berharga sebelum salah satu sahabatnya tiada.

Beberapa detik kemudian, figura itu terjatuh yang menimbulkan suara berisik pecahnya kaca. Arsen berjongkok mengumpulkan pecahan kaca, ketika mengambil pecahan kaca yang berukuran lumayan besar, tiba-tiba jari telunjuknya tergores mengeluarkan darah yang begitu banyak tanpa henti. Arsen meringis karena selain darah yang terus keluar, luka itu juga terasa sangat perih timbul rasa nyeri.

"Ssshh..."

Berkali-kali mencoba mengguyur luka berdarah itu dengan air, tapi tetap saja darah itu tidak ingin berhenti dan terus keluar.

Beberapa detik kemudian, datanglah seorang lelaki yang membantu. Ketika menoleh dan melihat siapa lelaki itu, Arsen terkejut dan diam. Mengeluarkan sepatah kata pun ia kesulitan. Lalu lelaki itu menoleh sambil tersenyum.

Lelaki itu adalah Samuel Roy Elfino.

"Sam?" Arsen masih tidak percaya bahwa lelaki yang ada di sampingnya ini adalah sahabatnya yang sudah meninggal empat tahun yang lalu.

Dengan tangan yang masih menggenggam tangan Arsen, Samuel mengangguk samar. "Setelah ini perjuangan lo selesai,"

Samuel meletakkan telapak tangannya di dada Arsen. Ia seperti sedang memberikan sebuah peringatan penting. "Jangan biarin pikiran melawan hati cuma-cuma,"

Tangan Samuel beralih menepuk bahu kiri Arsen sebanyak dua kali. "Akan ada musuh di balik selimut dari orang-orang yang lo percaya,"

Arsen tertegun mendengar kalimat yang di katakan oleh Samuel. "Pengkhianat," gumamnya.

Samuel tersenyum kecil. "Be careful."

Setelah selesai memberikan kabar yang bisa di katakan baik atau buruk itu, tubuh Samuel menghilang seperti di terpa angin.

Di detik itu juga Arsen langsung terbangun dari tidurnya. Raut wajahnya sangat pucat dan berkeringat. Kepalanya terasa pusing sejadi-jadinya. Ketika Arsen terbangun, Alanna pun juga ikut terbangun karena samar-samar ia mendengar suara terkejutnya Arsen.

"Kenapa?" tanya Alanna seraya menghidupkan lampu tidur. Lalu pandangan perempuan itu memandang wajah Arsen yang terlihat sangat pucat. "Is everything okay?"

Arsen mengangguk samar. "Just have a night bad,"

Segera Alanna bangkit dari tempat tidur menuangkan segelas air yang tersedia di meja sofa kamar dan di berikan air itu pada Arsen. "Minum dulu,"

Arsen meneguk air putih itu hingga tersisa setengah. Tatapan Alanna terus menatap Arsen khawatir karena wajah lelaki itu terlihat pucat. Lalu di letakkan gelas itu kembali ke tempatnya.

ARSENALANNAWhere stories live. Discover now