10. From Grandmother-in-law to Arsen

21K 1.7K 2K
                                    

Pemandangan pagi hari Carnaby Street kota Oxford terlihat sangat cantik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pemandangan pagi hari Carnaby Street kota Oxford terlihat sangat cantik. Suhu derajat yang sangat dingin membuat para pejalan kaki mengenakan jaket tebal, tak lupa juga dengan syal agar tidak merasakan kedinginan yang berlipat-lipat dan merasakan kehangatan dari kain yang di pakainya meskipun terkadang terasa sama saja dinginnya.

Pagi hari ini pemandangan Alanna di sambut dengan sang nenek dan juga Arsen yang tengah duduk di ruang tengah, berbincang-bincang sambil menikmati secangkir kopi hangat dan sarapan yang terlihat menggiurkan di mata Alanna. Melisa terlihat banyak sekali tersenyum, bahkan tertawa ketika Arsen sedang menceritakan sesuatu.

"Pagi, Nenekku sayang yang paling cantik sedunia!" sapa Alanna, lalu mengecup singkat pipi kiri Melisa.

Melisa tersenyum. "Jangan asal cium Nenek, nanti suami kamu cemburu," goda Melisa.

"Nggak akan, Nek." balas Alanna sambi melirik Arsen. "Ya, kan?" tanyanya pada Arsen. Alis Alanna naik turun pertanda sedang menjaili suaminya.

Apapun yang di lakukan Alanna, Arsen selalu menanggapinya dengan senyuman. Jika saja Melisa tidak sedang duduk di sini, mungkin Arsen akan membalas kejailan istrinya itu tidak kalah jail.

"Kamu liat, kan, Nak? Sesuai yang Nenek ceritain ke kamu tadi kalau Alanna ini mirip sekali seperti Mama nya. Dulu Mama nya suka peluk-peluk gini," ucap Melisa dengan bangga.

Arsen tersenyum. "Iya, Nek."

"Nenek cerita apa aja ke Arsen?" tanya Alanna, penasaran pada apa yang di ceritakan oleh sang nenek.

"Nenek cuma bernostalgia aja." jawab Melisa, lalu pandangan teralih kembali ke Arsen. "Kamu tau, Nak? Ternyata Kakekmu sama Nenek dulu satu kampus di Jakarta. Sewaktu Alanna cerita ke Nenek perihal keluarga kamu, rasanya gak asing dengar marga Bhalendra,"

"Dunia sempit, Nek." sahut Arsen.

Melisa tersenyum saja. "Setelah Nenek dengar banyak tentang kamu dan ternyata kamu cucu dari Damaroz, rasanya semua beban Nenek runtuh,"

"Kenapa, Nek?" tanya Alanna.

"Karena kamu di terima dengan baik oleh keluarga Bhalendra. Dan karena cinta suamimu melebihi rasa cintanya Nenek ke kamu."

Jawaban Melisa membuat Alanna diam mematung. Sedangkan Arsen, lelaki itu berjongkok di hadapan Melisa, menggenggam kedua tangan wanita itu.

"Nek, rasanya cinta Arsen untuk cucu perempuan Nenek belum pantas di katakan melebihi rasa cinta yang Nenek sudah lama Nenek berikan ke Alanna sedari kecil. Arsen selain mencintai Alanna, Arsen juga menjalankan tugas bukan hanya menjadi pendamping hidup, tapi sebagai penuntun jalan masa depan dan menjadikan Alanna ibu yang terbaik yang akan selalu di banggakan oleh anaknya kelak."

Melisa meneteskan air mata bahagia mendengar ungkapan tulus dari suami sang cucu. Air mata bahagia yang untuk kedua kalinya menetes. Melihat wajah tulus Arsen membuat Melisa segera memeluk erat tubuh lelaki itu. Menuangkan segalanya melalui pelukan dan tangisan. Beban Melisa menjadi semakin runtuh seruntuh-runtuhnya di pelukan itu.

ARSENALANNA ; Every second of life, I Love YouWhere stories live. Discover now