MENANG-IS

6 0 0
                                    

Tentu mustahil mencari dugong ke dalam laut, untung Zia mendapat ide cemerlang, ia mengedit selfie setiap anggota kelompok dengan foto dugong yang ia dapat dari internet. Satu masalah terselesaikan. Setelah memakai baju sablonan dengan foto selfie bersama dugong mereka pun segera berkumpul ke area bermain, Ubey dan Theo terlihat sangat antusias untuk menang.

"Kita harus menang Bey, gua mau minta mobil sport kalo menang, biar bangkrut sekalian tuh Kepsek"

"Gila lu, gak usah minta ke orang lain juga lu mampu beli sendiri!" Balas Rara.

"Mulai sekarang uang gua mau di tabung buat nikah sama Zia."

***

Lomba berlangsung meriah, dapat dibayangkan bagaimana asik mereka satu kelompok. Meskipun berakhir dengan kekalahan namun, tawa di wajahnya masih tergambar ceria.

"Coba aja tadi kapten nya Theo, pasti menang kelompok kita," cetus Gafin.

"Tapi gue seneng bisa main kaya gini"

"Lu mah mau gimana juga pasti seneng aja"

"Betul, kalo ada Zia" ucap Theo seraya melirik ke arah gadisnya itu.

"Padahal kita bisa lho gak jatuh pas Banana boat, gara gara Aray tuh yang gak konsentrasi malah kecebur, jadi aja kita kalah" lirih Rara.

"Sorry, gue agak pusing"

"Mau aku beliin obat?"

"Gausah Zi, nanti juga sembuh"

"Kamu jangan terlalu perhatian sama Aray Zi, aku cemburu"

"Iya, maaf"

***

Mereka sampai di penginapan, raut wajah Theo dan Ubey terlihat sangat sedih karena gagal menjadi juara.

"Padahal gue udah berusaha sekuat tenaga pas lomba Sky boat, gue juga ngerasa gue udah mimpin pertandingan waktu itu" cetus Ubey.

"Lu keluar jalur, bego" balas Fatih.

"Gue gak liat garis pembatasnya, gue kira lombanya siapa yang paling cepet sampe tiang yang ditentuin terus boleh lewat jalur mana aja"

"Gila, lu lomba sendiri aja kalo kaya gitu"

"Its Oke semuanya, yang penting kita seneng seneng, lagian juga kita bisa beli hadiah sendiri, self reward" potong Claudy.

"Kecewa gue sama tim Udang yang menang, masa mereka cuma minta satu juta buat tiap anggota kelompoknya. Satu juta cukup buat apa coba"

"Buat bayar parkir" balas Ubey.

Mereka terus membahas mengenai outbond hari ini, kamar Geng Petang dijadikannya tempat berkumpul. Rara yang membawa sekantung makanan membuat mereka betah berbincang hingga larut malam.

"Zi, udah ngantuk?" tanya Theo pada Zia yang bersandar di bahu nya.

"Ngantuk banget, capek juga abis Zet sky"

"Aku gendong ke kamar Mama ya"

Theo berpamitan, yang lain juga ikut pulang ke kamar masing.

***

Theo membaringkan Zia yang sudah tertidur di kasur nya, terlihat di sampingnya sudah terbaring adik Theo yang terlelap dalam mimpi.

"Selamat istirahat kedua bidadariku" Ucapnya seraya membelai kedua wajah mereka lembut.

Theo menutup pintu rapat, membiarkan keduanya istirahat. Ia menghampiri kedua orang tuanya yang sedang menonton film sembari berpelukan dalam satu selimut.

"Gila! Nih emak emak sama bapak bapak masih ngerasa ABG kali ya, udah pada tua juga masih aja nempel nempel kayak lem sama tikus" Cetus Theo sembari duduk diantara keduanya, memisahkan pelukan kedua orang tuanya itu.

"Kamu ini ganggu aja, kalo iri sana pacaran juga sama cewe kamu" Balas Mr. P seraya beranjak pindah ke samping Bu Mega.

"Pacar Theo udah tidur Pah! Padahal tadinya mau aku ajak nonton sambil satu selimutan juga" Balasnya lagi seraya kembali duduk di antara Mama dan Papa nya itu.

"Yaudah kamu nonton sendiri aja! Kenapa malah ganggu kita si ah" Bu Mega, kembali beranjak pindah duduknya ke samping suaminya.

"Mama sama Papa kenapa si, gak mau banget kayaknya nonton sama anaknya ini" Balas Theo kembali duduk di antara keduanya.

"Ini film buat orang dewasa, kamu masih kecil Theo" Mr. P kembali duduk di samping istrinya.

"Aku udah punya KTP pah, udah legal!"

Kedua orang tua nya tertawa, bagaimanapun di mata mereka Theo hanya anak kecil yang suka terbalik jika memakai sandal. Mereka akhirnya duduk diantara Theo, ketiganya berpelukan dalam satu selimut sembari menonton acara drama.

"Indah, rumah Theo tak seperti rumahku" Lirih Zia di balik pintu. Tak sadar kedua sudut bibirnya terangkat namun air matanya juga jatuh tak tertahankan.

Setiap anak menginginkan rumah yang dapat memberikan kehangatan, yang dapat memberikan kebahagiaan dan tidak membiarkannya merasa kesepian.

TITIK TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang