PETANG

46 11 10
                                    

"Alesan lu pilih ke Pangandaran kenapa Zi?" tanya Theo seraya memasangkan helm pada Zia.

"Gua ada misi" balasnya enteng.

"Hah? misi apa?" tanya Theo lagi.

Zia menghembus nafas kasar, "Kata BuRik, dulu ayah gua kerja di pantai itu-" ucapnya melemas, "And ya gua mau sekalian cari tau aja keberadaan nya, siapa tau kan dia ada di sana" lanjutnya lagi.

Theo mengangguk, memegang tangan Zia "Gua bakal selalu nemenin lu Zi, gua janji" ucap Theo berhasil membuat Zia kembali tersenyum.

Perlakuan Theo selalu membuat Zia tersenyum dan merasa sangat beruntung menjadi pacarnya, hidupnya terasa lebih berwarna bila Theo di sisinya.

Drrtt drrttt

Dering ponsel nyaring terdengar dari saku celana Theo, dengan cepat membuyarkan lamunan keduanya, Theo pun bergegas mengangkat nya.

"Halo kenapa Bey?" ucapnya setelah mengangkat telpon tersebut.

"Gua sama anak-anak udah nunggu di rumah Gerald, lu buru ke sini, jangan pacaran mulu!" ucap Ubey di ujung telpon.

"Iri lu?" balas Theo

"Ngapain gua iri sama kera!"

"Sembarangan lu bocah rongsok!" ejek Theo tak mau kalah.

***

Tak lama, mereka pun sampai di depan rumah Zia, terlihat di ambang pintu BuRik sudah menunggu kehadiran putri semata wayangnya itu.

"Hati-hati ya, lu harus pulang dengan selamat, gua ga mau lu kenapa-napa," ucap Zia seraya turun dari motor sport Theo.

Theo tersenyum kekeh, sepertinya Zia sangat khawatir padanya, "Cium dulu" tembal Theo enteng.

"Ish, apaan si lu! nanti di denger BuRik mampus!" balasnya.

"Bercanda sayang, nanti aja cium nya di kostan gua pas gua udah pulang" ucap Theo dengan nada berbisik.

Mata Zia membulat, pipinya memanas dan merah, mendengar ucapan itu membuat ia bergidik panas dingin.

"BUK THEO MAIN DULU YA" teriak Theo diikuti senyum dari BuRik, ia pun segera menghidupkan motornya, bergegas jalan menuju rumah Gerald.

Sementara itu Zia masih membatu, perkataan Theo membuatnya sangat takut dan ingin menghilang dari bumi.

***

Di halaman rumah Gerald terparkir 6 motor sport berwarna hitam, terdengar di dalam juga sangat berisik oleh musik dan tawa orang pemilik motor tersebut.

Theo memarkirkan motornya, bergegas masuk dan di sambut ramah oleh para teman-teman nya di dalam, belum apa-apa ia sudah di ambilkan minum oleh tuan rumah.

"Kan gua bilang, rencana nya kan sore" kata Theo di sela tegukan nya.

"Kita main-main dulu di sini lah, udah lama lu gak ikut kumpul" tembal Fatih yang duduk di sebelahnya.

"Biasa cuy sibuk pacaran" sambung Dito.

"Berisik lu wibu!" ejek Theo.

Dalam per circle an mereka memang tidak ada kata serius kecuali saat menjalankan tugas, semua di sini gak baperan, saling ejak bahkan bully menjadi hal yang wajar bagi mereka.

"Kencengin musiknya Bey!" seru Theo.

Aray berjalan mendekat pada Theo, duduk di sebelahnya dan bersandar "Gua lagi butuh banget uang bro" ujarnya melemas.

"Lu butuh berapa?"

"Bokap gua di tipu, dan itu uang perusahaan"

"Kalo kita berhasil dalam rencana kali ini, duitnya gua pinjemin ke lu dulu" ucap Theo enteng.

TITIK TAKDIRWhere stories live. Discover now