DAY ONE

36 4 1
                                    

Tetesan air hujan terus membasahi jalan di depan rumah Zia, hari ini tidak secerah biasanya, dari semalam terus menerus hujan sampai sekarang, membuat Bu Rik tak bisa lepas dari selimutnya.

"Bu, kalo dingin masuk aja gak papa" ucap Zia pada BuRik yang terduduk di kursi sebelahnya.

"Ibu mau pastiin dulu kamu berangkat Zi,"

"Ibu yakin ngga mau ikut aja? Sekalian pendekatan sama keluarga Theo lho bu" ajak Zia.

"Ibu banyak urusan, kamu harus bisa nitipin diri ya nanti di sana, jangan nakal, alhamdulilah banget keluarga Theo bisa nerima kamu"

Zia tersenyum manis, menghampiri ibunya hendak memeluk, tak lama kemudian sebuah mobil berhenti di depan rumah Zia, ternyata itu Theo dan bu Mega.

Keduanya menghampiri Zia dan BuRik, langsung saja mereka saling bersalaman.

"Selamat pagi bu, perkenalkan saya Mega" ujar nya ramah pada BuRik.

"Saya Rika, aduh sampe hujan hujanan gini, masuk dulu atuh yuk, ngeteh dulu kita" Balasnya

"Ngga usah repot repot bu, kita lagi buru buru, lain kali saja ya kita ngobrol ngobrol lagi hehe".

"Seneng banget saya ketemu besan, cantik banget ya ibu kamu Theo, kaya masih gadis" ujar BuRik

"Ah ibu bisa aja, saya juga seneng banget ketemu ibu, tapi sayang gak bisa ngobrol lama lama soalnya buru buru, ayo Zia kita berangkat" ucapnya lagi.

"Saya titip Zia ya bu, maaf kalo ngerepotin, kalo dia nakal cubit aja gapapa" pinta BuRik.

Bu Mega mendengar itu hanya tersenyum.

Zia memeluk BuRik dan mencium pipinya, "Zia pergi dulu ya bu, ibu jaga diri baik-baik" ucapnya seraya diikuti ciuman dari Theo juga.

Pertemuan singkat pertama BuRik dan Bu Mega ini sepertinya berjalan lancar, keduanya terlihat saling menyukai satu sama lain, sepertinya ini adalah calon besan terkompak di Indonesia.

***

"Halo kak, salam kenal aku Runa, Aruna Clessy Albara, aku adiknya bang Theo" ucap antusias gadis kecil itu saat Zia membuka pintu belakang mobil.

"Maa syaa allah, cantik banget Runa, salam kenal ya nama kakak Zia, Zia Anantha" balas Zia tak kalah ramah.

"Semalem abang cerita ke Runa tentang kak Zia, katanya kak Zia suka makan rumput ya?" dengan polosnya gadis kecil di sebelahnya itu bertanya.

Zia tersenyum masam, "Itu ngga bener sayang, abang kamu tuh yang suka makan beling" balasnya seraya mengusap rambut gadis itu.

Theo dan bu Mega di kursi depan hanya cengegesan, kepolosan Runa memang tak berubah daru dulu.

"Papa kemana mah? kok ngga jadi ikut?" tanya Zia setelah mendapati di mobil tidak ada Mr. P

"Papa menyusul besok, katanya masih ada urusan, tapi tenang aja, dia pasti datang, soalnya mama udah ancam dia" balas Bu Mega.

Di perjalanan hujan terus membasahi jalan, petir ikut meramaikan kali ini, rombongan mobil keluarga siswa siswi sekolah berjalan dengan santai dan hati hati.

Sesuai rencana awal, karena sebagian dari orang tua siswa ingin ikut liburan bersama, kepsek membuat keputusan untuk berangkat konvoi menuju Pangandaran dengan mobil keluarga masing-masing.

Theo mengendarai mobil di barisan konvoi tengah, di belakang nya tepat para anak buahnya alias petang.

Di sepanjang jalan, Runa terus menanyai Zia, bu Mega juga terlihat antusias berbicara dengan nya.

"Dari awal mama liat Zia, mama emang udah suka banget, aura nya bagus banget gitu pas Zia masuk rumah" cetus Bu Mega.

"Ah mama bisa aja bikin aku salting"

"Pinter kan Theo pilih calon istri" ucap Theo memotong.

Setelah beberapa jam perjalan Runa dan ibunya tertidur, menyisakan dua pasangan itu berdua, beberapa kali Theo melihat ke arah Zia dari spion depan, Zia pun sadar akan hal itu.

"Zi"

"Iya kenapa?"

"Kamu ngga lupa kan kalo kita pacaran" Ucap Theo yang sedikit membuat Zia terheran.

Zia hanya membatu, menatap mata Theo lewat spion depan, ia tak tau harus menjawab apa, lagian ada ada aja si Theo.

"Aku cuma pengen kita makin sweet aja gitu, misalnya manggil aku-kamu, ayang, sayang, baby, cintaku, honey atau apa kek" Ujar Theo manja.

Zia tak kuasa menahan tawanya, "Iya sayang, aku bakal lebih sweet mulai sekarang"

Mendengar uncapan Zia, Theo mengembangkan bibirnya, ia tersenyum puas dengan tak berhenti menatap bidadari di belakangnya.

***

Perjalanan panjang sudah di lewati, mereka sampai di sebuah hotel yang sudah di sewa oleh pihak sekolah, semuanya terlihat lelah dan ingin beristirahat segera.

"Sumpah gua pegel banget kalo naik mobil gini, nyesel ngga bawa motor aja" seru Ubey yang baru memasuki kamar hotelnya.

"Tadinya mau nyaranin naik motor aja, cuma gua pikir kalian pengen naik mobil" balas Daffin.

Percakapan mereka terpotong setelah Theo masuk kamar dengan tiba tiba, tubuhnya di bantingkan begitu saja ke kasur tepat didepan Gerald.

"Lu kenapa bar, kayak gak semangat idup" tanya nya

"Kebanyakan duit kayaknya" jawab ubey ngasal.

Theo terduduk, membuka jacket nya dan melempar dengan keras tepat ke wajah Ubey, "Bukan karena itu anjir!" tegasnya, "Capek aja gua, mending naik motor daripada macet naik mobil" lanjutnya lagi.

"Barusan kita ngomongin" balas Aray.

***

Sunset di pantai Pangandaran memang tak pernah mengecewakan, semuanya berfoto riang di tepi pantai, mengabadikan moment aesthetic ini.

Saat semuanya sedang asik berfoto, kedua pasangan bucin justru sedang bermanjaan disana, Zia menyenderkan kepalanya di bahu Theo, terlihat sangat damai suasana hatinya.

"Aku seneng banget, rasanya sekarang selangkah lebih dekat buat ketemu ayah" ucap Zia membuka obrolan.

"Iya sayang, aku juga ikut seneng kalo kamu seneng, aku janji kita bakal nemuin ayah kamu"

"Mau foto? Aku suruh Aray fotoin ya?" tanya Theo.

Setelah berfoto, mereka kembali duduk bermanjaan di atas pasir di tepi pantai,

"Aku upload di Instagram ya, boleh?" tanya Theo.

Zia tersenyum, "Aku juga mau upload, aku tag ya" balasnya.

Hari semakin gelap, matahari sudah tenggelam di telan lautan, mereka segera kembali ke hotel masing masing, mengistirahatkan tubuhnya yang mabuk perjalanan.

postingan Zia 👆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

postingan Zia 👆

***

votmen ya gess

TITIK TAKDIRWhere stories live. Discover now