RENCANA

62 14 4
                                    

Hari kembali berganti, Zia menyalami Bu Rik, diikuti Theo di belakangnya, hendak berangkat sekolah bersama.

"Kita berangkat ya bu" pamit Zia.

"Iya hati-hati, Theo kamu jagain Zia ya, semalem badannya sempet panas" pinta BuRik pada Theo yang sedang menghidupkan motornya.

"Iya bu santai aja, Theo jagain kok, asal nanti nikahin kita ya" ucapnya sedikit berteriak.

Bu Rik hanya tertawa pelan, ada-ada saja kekakuan makhluk ini, pagi-pagi sudah membuat senam perut.

Mereka pun berangkat ke sekolah, Zia sedikit kurang vit hari ini, keceriaannya turun lima puluh persen dari biasanya, hal langka.

***

"Zia!" seru Claudy di ambang pintu kelas, "Lu sakit? pucet banget si, lu di apain sama si Theo sampe kaya gini?" panik Claudy yang mendapati Zia tengah terduduk lemas di sana.

"Theo kemana? kok dia ga ada di sini si?!" tanya Claudy, dan memang di sana hanya ada Zia sendiri.

"Theo lagi beliin gua minum Clau, lu temenin gu-"

Brughh

Tubuh Zia terjatuh begitu saja, dia sudah sangat lemas daritadi, di tambah mengeluarkan tenaga untuk bicara, ntah apa yang terjadi pada gadis ini.

"Zi, Zia bangun astagaa!" panik Claudy, ia segera meminta bantuan dan membawa Zia ke UKS.

Tak lama Theo pun datang, ia menerobos masuk ke UKS begitu saja, rasa khawatirnya terhadap Zia sangat berlebihan, "Zi, Zia bangun Zi" Panik Theo mencoba membuat Zia sadar.

"Clau! Zia kenapa kok bisa sampe pingsan gini?!" tanya Theo menggebu-gebu.

"Gua gatau, pas gua samperin ke kelas terus gua tanya, eh dia pingsan, lu kan pacarnya, lu yang harus lebih tau"

"Zia emang agak kurang sehat hari ini, dia terlalu banyak pikiran, tapi gua gak nyangka tubuhnya selemah ini" balas Theo.

"Gua telpon Bu Rik dulu"

"Jangan!" bantah Theo cepat "gua ga mau Bu Rik khawatir! biar gua aja yang urus Zia!" lanjutnya.

Claudy pun mengangguk, "Kalo gitu, gua keluar dulu" ucap Claudy meninggalkan mereka berdua, membiarkan Theo menjaga wanita kesayangannya itu.

Theo terduduk, menatap wajah cantik Zia, meskipun sedang sakit seperti ini, kecantikannya tak memudar, seperti biasa selalu membuat Theo semakin mencintai nya.

"Zi, lu harus kuat, jangan sakit gini, gua ga mau lu kenapa-napa" tutur Theo, mengusap kepala Zia di sana.

Tak lama, Zia membuka mata, melihat sekeliling, "Gue di mana?" tanya Zia setelah tersadar, "Apa ini yang namanya Syurga?, kok ada pangeran badak di samping saya ya Allah" canda Zia.

"Ish, nyebelin lu, gua pangeran cacing tau!" tembal Theo tak kalah, kekhawatiran nya sedikit berkurang setelah melihat Zia tersadar seperti ini, bahkan sudah bercanda seperti biasanya.

"Pacar gua gemesin banget si" ucap Zia menatap wajah cemas Theo di sampingnya, dengan rambut yang acak-acakan dan nafas menggebu, "Gue baik-baik aja kok," lanjutnya.

"Gue takut lu kenapa-napa Zi, gue sayang banget sama lu" jujur Theo menggenggam tangan Zia, memberikan rasa nyaman dan kehangatan pada gadis yang terbaring lemah di sampingnya.

"Gue kuat, gue ga bakal sakit cuma gegara mikirin ayah" ucap Zia penuh keyakinan.

Theo tak mengerti lagi, pacarnya ini selalu ingin terlihat gembira dan seolah tak terjadi apa-apa, "Sekarang gua mau lu buktiin itu Zi, lu pasti bisa" ucapnya memberi semangat.

TITIK TAKDIRWhere stories live. Discover now