29. Fenetrasi Seorang Bhara

22.9K 2.6K 77
                                    

"Malah bengong! Itu hearing aids udah saatnya diganti apa gimana?" Namun Seni tidak ingin berubah secara drastis. Biarlah Bhara merasa punya ibu yang sadis, yang penting Seni tidak ingin Bhara mengira dirinya hanya kasihan saja. Seni sadar kok, Bhara adalah satu-satunya makhluk yang tak berdosa di antara masa lalunya. Sekaligus korban dari keegoisan manusia tua di sekitarnya.

"Fotoin mama, Bhara!" Seni menggerutu sambil mengulurkan ponselnya.

"Fotoin gimana? Nggak ah, Bhara nggak jago fotoin." Bhara nyaris pergi kalau saja tangan Seni dengan sigap menarik kerah baju anak itu.

"Jangan males kamu jadi anak. Katanya kamu pengen mama balik, sekarang udah balik kamu nggak mau bersyukur?" Seni melotot sambil membalik badan anak itu. "Bhar, dengerin ya, mamamu ini model terkenal. Influencer. Followers IG mama udah 13 juta. Subscriber Yourtube mama juga sampai 4 juta. Masa bantuin mama bikin konten aja nggak mau."

Bhara mendengkus. Tapi diam-diam hatinya begitu berbunga mendengar Seni selucu, seketus itu. Cih, padahal kalau sayang, mah mengaku saja. Tidak usah pura-pura galak lagi. Bhara lantas mengambil ponsel Seni. "Ya udah sini aku fotoin. Mama bergaya sana."

Seni tersenyum puas. Lantas mundur mendekati bunga-bunga lagi. Berpose hingga belasan kali sampai akhirnya merasa puas mengerjai Bhara. Sejujurnya, Seni pro kalau soal foto dan selfie. Ambil sekali dua kali saja sudah cukup. Tapi demi pendekatan boleh lah usil ke Bhara sedikit.

"Bedankt."

"Ja, Mama mooi." Bhara menyeringai kesal.

"Caption-nya enaknya gimana, Bhar?" Seni lagi-lagi usil. Pura-pura bingung. "Yang estetik gitu."

"Selamat pagi dunia tipu-tipu, Ma." Tapi, ternyata Bhara juga tak kalah usil. Memang keturunan Seni yang hakiki.

"Yang lain dooong!"

"Begitu syulit, lupakan Rehan. Apalagi Rehan baik. Gitu aja caption-nya, Ma. Dijamin viral."

Bola mata Seni memutar malas. Tak terlalu paham dengan jokes yang dimaksud Bhara. "Kamu deh yang ngetikin. Mama males. Biasanya ada Belia yang ngurusin. Gara-gara bapakmu tuh jadi kepisah gini sama asisten kesayangan."

"Beneran mau dikasih caption itu, Ma?" Bhara membelalakkan mata. Agak ragu dan tak tega. Takut mamanya jadi bahan bully netizen Indonesia. Karena bisa dipastikan, dari 13 juta followers yang ada di Infagram Seni, pasti 10 jutanya adalah warga +62. Sisanya baru dari Belanda dan negara lainnya.

"Atur lah, Bhar."

Ya sudah, Bhara mengangkat bahu. Segera mengetik caption itu untuk di-post di feed. Sementara untuk di story, Bhara memilih foto selfie Seni yang paling cantik. Biar imbang, di feed aib, di story mukjizat.

"Sebenernya, Mama itu cakep banget loh. Tapi lebih cakep lagi seandainya Mama pakai baju yang lebih sopan sedikit. Mama kan, sekarang tinggal di Indonesia, Ma. Nggak di Belanda lagi."

Seni pun sebenarnya menyadari hal itu. Kadang, dia juga agak sungkan kalau berpakaian seksi di depan Kamila dan Alsha yang orangnya sopan-sopan minta ampun. Perbedaannya sangat mencolok.

"Nanti lah. Butuh proses. Lagian fans mama suka kok mama kayak gini. Malah mama disebut-sebut sebagai pemersatu bangsa. Cowok dan cewek semuanya nge-fans. Akur-akur lagi. Kalau komen juga suportif. Tuh lihat kan?" Seni menunjuk kolom komentar yang mulai ramai dan juga DM yang dipenuhi sapa dari para penggemar.

SENANDUNG RUSUK RUSAKWhere stories live. Discover now