3. Tidur Berbayar Untuk Mantan

27.2K 2.9K 68
                                    

Belia tercengang saat membuka pintu. Gadis itu bingung menghadapi ada pria bertampang Asia yang kini berdiri di depan pintu apartemen Seni. "Hello, good morning."

Pria yang tak lain dan tak bukan adalah Arayi tersenyum begitu lebar. "Good morning. Saya Arayi."

Oh, orang Indonesia!

Belia tersenyum canggung. Seni memang sangat sering gonta-ganti teman kencan. Tapi Arayi ini Belia tak pernah melihatnya. Mungkin saja gebetan Seni yang baru? Hasil dari jogging di Vondelpark dua hari yang lalu mungkin? Atau oleh-oleh dari pemotretan di Blijburg kemarin?

Belia suka takjub. Semua yang digebet Seni pasti mas-mas keren dan berduit. Yang ini mana gantengnya luar biasa, tidak terlihat seperti om-om. "Ehm, ada yang bisa dibantu, Pak Arayi?"

Arayi mengangguk. Lalu masuk sebelum dipersilakan. "Bantu saya dengan jangan lapor petugas keamanan atau polisi, ya. Percaya, saya bukan orang jahat. Saya cuma kangen sama istri saya."

Belia membelalakkan mata. Bukan orang jahat mungkin iya, tapi kalau orang gila mungkin lebih iya lagi. Di apartemen ini hanya ada dirinya dan Seni. Baik dia dan Seni sama-sama jomblo. Jadi siapa yang jadi istrinya Arayi? Masa kucing betina peliharaan Seni yang sudah beranak 3 kali?

"Pak, siapa istri Bapak? Jangan ngawur, Pak!" Belia meraih lengan Arayi yang sedang melenggang menuju kamar Seni, seolah sudah tahu seluk beluk hunian itu. 

Sementara itu Belia kalang kabut. Seni masih tidur. Kalau dia terbangun sebelum waktu yang diinginkan, bisa-bisa Belia kena semprot.

Arayi menoleh, melepas tangan Belia dari lengannya. Lalu membawa gadis itu duduk manis di sofa. "Kamu diem aja. Ini urusan orang gede. Tenang aja, saya nggak akan ngapa-ngapain."

"Nggak, gimana saya mau diem aja. Bapak gila, ya? Pagi-pagi buta gini udah masuk ke apartemen orang. Nyelonong ngaku-ngaku cari istri pula. Kalau bukan mau mengganggu apa namanya? Saya akan telepon petugas keamaan buat ngusir Bapak, ya."

"Belia, udah deh kamu diem aja."

Belia tertegun. Dari mana orang aneh itu tahu namanya?

"Saya suaminya Seni. Kamu tenang aja. Saya cuma mau kangen-kangenan sama dia."

"Jangan ngarang, Pak!"

"Nih kalau kamu nggak percaya!" Arayi mengeluarkan ponsel, lalu memperlihatkan sebuah foto sepasang pengantin memegang dokumen yang tidak lain dan tidak bukan adalah buku nikahnya dengan Senandung Niluh Kaniraras.

Belia sontak memegang kepala dengan kedua tangannya. Gadis itu terhenyak menatap Arayi.

"Mendingan kamu balik ke kamar, tidur lagi. Mulai bulan ini, saya bakalan tambahin gaji kamu tiga kali lipat. Sebagai ucapan terima kasih saya karena kamu selama ini udah ngejagain istri saya."

Belia meneguk ludah. Lalu bagai disihir jadi batu, dia diam saja saat Arayi berjalan dengan santai menuju kamar Seni.

***

Seni masih tidur. Tidur pun tetap saja seksi.

Arayi menghela napas. Perlahan mengepalkan tangan. Diam-diam menuju meja rias untuk meletakkan 12 tangkai mawar yang ia bawa. Ada perasaan malu yang teramat besar menggelayuti hati. Tapi demi meraih Seni kembali, dia harus mengupayakan berbagai cara.

Termasuk menebalkan muka.

Arayi berdeham. Berjalan pelan menuju ranjang. Lalu rebah di hadapan Seni yang tidur menyamping. Ada banyak kata yang ingin Arayi ucapkan namun tersendat di tenggorokan. Ada banyak cerita yang ingin Arayi ungkapkan tapi tertahan di pikiran.

SENANDUNG RUSUK RUSAKWhere stories live. Discover now