[ BAB - 27 ]

21.5K 2.3K 1.6K
                                    


Ada kali ya, Buna nggak up sebulanan? Tapi, enggak apa yang penting bisa tetep nembus dan masih ditungguin💓



Some typos will be revisi soon!

BAB 27 - THE TRUTH HAS BEEN TOLD.






Kening Shasa mengerut, ia memandangi dengan intens lelaki yang barusan turun dari mobil yang dikendarai. Dari raut wajah perempuan tersebut, terukir ekspresi yang menuntut keterangan tanpa mengajukan tanya secara gamblang.

“Agres enggak bisa jemput lo,” ujar si pemuda.

“Gue bisa order grab, Ru. Suwer, deh, males gue berangkat sama lo.”

Tumben Agres mengijinkan 'orang lain' mengantar dirinya. Si abnormal itu sangat pelit berbagi. Ia tak mungkin semudah ini menyerahkan persoalan jemput-menjemput. Terkecuali, Agres sudah begitu terpaksa dan tak rela Shasa memesan sopir dari aplikasi online.

“Monyet, Sha! Buruan naik, gue udah capek kesini enggak usah banyak protes lo.”

Shasa memeletkan lidah. Membuat kelopak mata Haru membelalak lebar. Sudah membuang rasa malas menjemput si Princess Milenial, respons yang ia terima justru seperti tadi.

Memang anak bungsu kesayangan pasti selalu bikin susah.

“Kalau bukan karena Agres, gue geprek lo, Sha,” tambahnya.

“Udah, gih, lo ke kampus. Gue mau naik grab, Ru.”

Netra Haru bergulir ke atas, ia memasang tampang datar. Sejak dahulu, dirinya dan Shasa memang tak memiliki hubungan yang cukup harmonis. Sebab, si Shasa acap kali merepotkan Haru. Berbeda dengan ketiga lelaki se-circlenya. Haru mempunyai tipikal interaksi hate-hate relationship bersama Shasa.

Ia mengulurkan tangan, menjentikkan jari ke daun telinga Shasa yang rambutnya tergerai bebas.

“Sakit, anjir!” keluh Shasa.

“Naik cepet, enggak usah banyak drama. Gue mau masuk kelas lagi, Sha. Tolong kerjasamanya.”

“Lo tuh enggak tau cara memperlakukan cewek dengan baik. Makanya lo selama ini lo selalu jomlo,” opini Shasa.

“Tenang, gue bisa memperlakukan cewek dengan amat sangat baik. Asalkan ceweknya bukan lo.”

“Gue juga enggak mau diperlakukan istimewa sama lo, ya, Haru. Dih, sok cakep.”

“Lo yang sok cakep.”

“Lo, Haru,” sengit Shasa.

“Lo, Shasa.”

“Lo, Haru!”

Perbincangan keduanya nampak selayaknya bocah yang beradu mulut. Haru mengembuskan napas panjang.

“Buruan, lo enggak takut telat?”

Terpaksa, Shasa berjalan melingkari area depan mobil dan— di luar ekspektasi; Shasa malah duduk di kursi penumpang belakang sopir.

Shit, Sha, gue bukan sopir, pindah ke depan!” ujar Haru.

“Bodoamat.”

“Sha, boncel!”

“Lo boncel!”

Astagfirullah hal adzim, lo manusia apa titisan demit, sih, Sha?”

“Titisan bidadari.”

REDFLAGWhere stories live. Discover now